Mohon tunggu...
Mohamad Bagja Darmawan
Mohamad Bagja Darmawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa Program Studi Jurnalistik yang saat ini sangat menekuni dalam bidang copywriter, editor dan scriptwriter. Saya memiliki semangat dalam mengembangkan bidang kejurnalistikan yang saya miliki untuk ikut serta membantu Indonesia memberantas hoaks.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sampah Sisa Makanan di Bandung, Harus Digimanain Atuh?

2 Juli 2024   13:55 Diperbarui: 2 Juli 2024   13:57 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BANDUNG, Kompasiana -- Sebagai seorang warga Bandung yang peduli terhadap lingkungan, saya merasa prihatin dengan masalah sampah sisa makanan yang semakin hari semakin menggunung di kota tercinta ini. Bandung, yang sering dijuluki Paris van Java, menghadapi masalah serius yang tampaknya tidak kunjung usai. 

Di balik pesona keindahan dan daya tarik wisatanya, tumpukan sampah sisa makanan menjadi pemandangan yang tidak bisa diabaikan. Masalah ini bukanlah hal baru, namun solusi efektif tampaknya masih jauh dari jangkauan. Pertanyaan yang perlu kita jawab bersama adalah, langkah apa yang perlu diambil untuk mengatasi krisis ini?

Saya melihat bahwa volume sampah sisa makanan di Bandung terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari warung makan, restoran, hingga rumah tangga, limbah organik ini menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah kota untuk mengatasi masalah ini, namun hasilnya masih jauh dari harapan. Ini mengindikasikan bahwa pendekatan yang selama ini diambil mungkin perlu dievaluasi dan diperbarui.

Sampah sisa makanan tidak hanya menjadi masalah estetika, tetapi juga masalah lingkungan yang serius. Sampah organik yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan pencemaran tanah dan air. 

Cairan lindi yang dihasilkan dari pembusukan sampah dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah, sementara gas metana yang dihasilkan dari pembusukan tersebut berkontribusi pada perubahan iklim. Dengan demikian, solusi untuk masalah ini tidak bisa ditunda lagi.

Salah satu langkah awal yang perlu diambil adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah sisa makanan. Edukasi harus menjadi prioritas utama. 

Banyak warga Bandung yang masih membuang sisa makanan begitu saja tanpa memikirkan dampaknya. Program pengurangan sampah melalui gerakan "Kang Pisman" merupakan kepanjangan dari Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan yang pernah diluncurkan oleh pemerintah Kota Bandung perlu diperkuat dan diperluas cakupannya. Program ini harus mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam mengonsumsi makanan dan memanfaatkan sisa makanan yang masih bisa dikonsumsi.

Pemerintah juga harus berperan aktif dalam menyediakan infrastruktur yang memadai untuk pengelolaan sampah sisa makanan. Pembangunan fasilitas pengolahan sampah organik yang modern sangat diperlukan. Fasilitas ini dapat mengolah sampah sisa makanan menjadi kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk. 

Namun, fasilitas ini harus beroperasi secara optimal, dengan dukungan dana yang memadai dan tenaga ahli yang kompeten. Pemerintah juga harus mengembangkan sistem pengumpulan sampah yang efisien, dengan menyediakan armada pengangkut sampah yang memadai dan mengoptimalkan rute pengumpulan.

Teknologi bisa menjadi kunci dalam mengatasi masalah ini. Pengembangan teknologi pengolahan sampah yang lebih canggih, seperti bioreaktor anaerobik, dapat membantu mengurangi volume sampah sisa makanan yang dibuang ke TPA. 

Bioreaktor ini mampu mengolah sampah organik menjadi biogas, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Selain itu, teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah. Aplikasi yang dapat memantau dan mengatur pengumpulan sampah sisa makanan dari rumah tangga dan restoran dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.

Saya juga melihat bahwa keterlibatan sektor swasta sangat diperlukan. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman dapat berkontribusi dalam mengatasi masalah ini dengan cara mengurangi limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Mereka juga dapat mendukung program-program pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah dan komunitas. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dapat menciptakan solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi krisis sampah sisa makanan di Bandung.

Pemerintah pusat juga harus berperan aktif dalam mendukung upaya pengelolaan sampah sisa makanan di Bandung. Kebijakan yang mendukung pengelolaan sampah sisa makanan perlu diperkuat. Insentif bagi daerah yang berhasil mengelola sampah dengan baik dapat menjadi motivasi bagi kota-kota lain untuk mengikuti jejak Bandung. Selain itu, pemerintah pusat juga harus menyediakan dana yang memadai untuk pengembangan infrastruktur pengelolaan sampah di daerah-daerah.

Edukasi dan kesadaran masyarakat juga harus terus ditingkatkan. Program yang kreatif dan edukatif perlu digalakkan untuk mengajak masyarakat lebih bijak dalam mengelola sampah sisa makanan. 

Sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan lainnya dapat berperan aktif dalam mengajarkan pentingnya pengelolaan sampah sejak dini. Dengan demikian, generasi muda dapat tumbuh dengan kesadaran yang tinggi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Saya juga berpendapat bahwa pemerintah harus lebih tegas dalam menerapkan regulasi terkait pengelolaan sampah. Sanksi yang tegas bagi pelanggar aturan tentang pembuangan sampah harus diberlakukan. Pemerintah juga harus menyediakan fasilitas yang memadai untuk mendukung pengelolaan sampah sisa makanan, seperti tempat pengolahan sampah organik yang modern dan armada pengangkut sampah yang memadai.

Bandung, dengan segala potensinya, tidak seharusnya terus dibayangi oleh masalah sampah sisa makanan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai komunitas, masalah ini seharusnya bisa diatasi. Namun, tanpa adanya tindakan nyata dan keseriusan dari semua pihak, krisis ini akan terus membayangi kehidupan kota yang seharusnya menjadi salah satu destinasi wisata terdepan di Indonesia ini.

Krisis sampah sisa makanan di Bandung bukan hanya masalah lokal, tetapi juga menjadi perhatian nasional. Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, Bandung memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu adanya komitmen bersama dari semua pihak untuk mengatasi masalah ini.

Sebagai warga Bandung, saya berharap kita semua dapat berkontribusi dalam mengatasi krisis sampah sisa makanan ini. Dengan upaya yang tepat dan kerja sama yang solid, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Mari kita bersama-sama menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan kota kita tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun