Mohon tunggu...
Baginda fachrul rhazi
Baginda fachrul rhazi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku berpikir maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Manusia Memandang Sejarah

17 Oktober 2022   19:34 Diperbarui: 17 Oktober 2022   20:01 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejarah merupakan kejadian yang terjadi di masa lampau, atau bisa dikatakan peristiwa yang pernah di alami dalam kurun waktu tertentu. Adapun pengertian sejarah secara umum adalah segala bentuk pengetahuan hasil penyelidikan dari masa lalu yang akan menjadi acuan atau pedoman untuk masa sekarang serta proses untuk kemajuan di masa depan. Tentu saja para ahli sejarawan banyak ikut mendefinisikan sejarah itu sendiri, seperti Sartono Kartodirdjo menjelaskan sejarah sebagai gambaran tentang masa lalu manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap. Dari banyak definisi terhadap sejarah, bisa disimpulkan secara kontekstual bahwa sejarah merupakan pembahasan mengenai masa lampau.

Sejarah sendiri dikenalkan pertama kali oleh seorang berkebangsaan Yunani kuno bernama Herodotus yang hidup sekitar abad ke 5 - SM, Herodotus kemudian di kenal sebagai bapak sejarah karena berhasil mengkaji dan menulis sejarah tentang Perang Yunani dan Persia secara sistematis. Akibat dari tulisan nya tersebut maka berkembanglah ilmu sejarah sampai saat sekarang ini. Ilmu tentang sejarah pun mengalami perkembangan yang pesat mengingat kebutuhan akan rasa ingin tahu pada masa itu kian marak, apalagi pada masa Yunani kuno banyak menghasilkan para filsuf-filsuf hebat akibat dari kesadaran untuk berpikir. Kebutuhan akan rasa ingin tahu menjadi pencetus awal dari perkembangan sejarah sampai dewasa ini.

Setelah membahas secara singkat bagaimana Asal mula sejarah itu muncul tentu kita memiliki pandangan sendiri tentang sejarah. Dewasa ini sejarah menjadi suatu kajian yang kurang diminati oleh sebagian orang karena sifatnya yang empiris, karena kebanyakan orang lebih berminat dalam mempelajari seputar Ilmu pengetahuan Teknologi atau hal yang akan terjadi di masa depan, banyak orang yang tidak menyukai atau bahkan tidak suka membahas tentang masa lalu, hal itu menjadi tugas penting bagi sejarawan bagaimana menguatkan dan mengingatkan kepada masyarakat luas bahwa ilmu sejarah itu tidak kalah pentingnya dengan disiplin ilmu lain. Sejarah sebagai peristiwa yang pernah terjadi berdasarkan pengalaman manusia seharusnya bisa menjadi acuan terhadap masa depan, bagaimana kesalahan dimasa lalu bisa diminimalisir terjadi bahkan di cegah, dan Dari situlah kita bisa belajar dari sejarah untuk proyeksi tentang masa depan.

Sejarah yang sudah mulai terkikis oleh kemajuan teknologi harusnya bisa ikut dikembangkan, bukan malah ikut tergeser akibat kemajuan zaman. Sebagai salah satu contoh sejarah berperan terhadap masyarakat Indonesia dalam proses nasionalisasi agar menumbuhkan jiwa-jiwa nasionalisme akibat dari penderitaan oleh para-para penjajah di masa lalu. Ucapan Soekarno yang mengatakan Indonesia di jajah selama 350 tahun tentu menghasilkan reaksi sosial yang beragam lalu kemudian berkembang di masyarakat, terlepas dari kebenaran dan realitas yang terjadi pada masa itu. Reaksi sosial akan menimbulkan pandangan tertentu terhadap suatu hal, contohnya Kolonialisme di Indonesia menyisakan luka mendalam bagi masyarakat Indonesia, hal itu akan terus di kenang sampai saat sekarang hingga doktrinisasi itu berakhir di lingkungan tersebut.

Disinilah pentingnya memiliki pandangan sendiri tentang sejarah, sejarah yang sejatinya memiliki sifat objektif atau hal yang sebenarnya terjadi sangat sulit dipisahkan dari subjektifitas dari siapa yang menulis sejarah atau siapa yang meneliti sejarah. Kita tentu harus bisa kritis dalam berpikir untuk mencapai suatu permasalahan, menerima suatu hal mentah-mentah merupakan suatu bentuk pikiran fatal yang dilakukan oleh sebagian orang lalu menimbulkan hoax yang beredar di masyarakat, hal tersebut menghasilkan presepsi yang buruk terhadap suatu hal karena kita hanya sekilas mengetahui tanpa mengkaji suatu masalah lebih dalam. Salah satu contoh kesalahan fatal dalam sejarah adalah cara setiap individu memandang sejarah terhadap satu sudut pandang saja, penilaian terhadap satu sudut pandang akan membutakan kita terhadap perspektif sejarah lain. Historiografi ( Tahapan dalam metode sejarah) merupakan sebuah jalan keluar untuk melakukan perbandingan sejarah. Dalam historiografi kita akan membandingkan beberapa karya dari satu topik yang sama, metodelogi sejarah juga merupakan jalan keluar bagi para sejarawan untuk mengurangi subjektifitas dalam penulisan sejarah. Sementara itu bagaimana orang awam dalam menanggapi subjektifitas sejarah?

Subjektifitas sejarah mengacu kepada hal yang berhubungan dan hanya diyakini oleh pihak yang menulis sejarah tersebut, dengan kata lain mereka hanya menulis atau memberi gambaran sejarah berdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhi pihak terkait. Padahal sudah dijelaskan bahwa sejarah harus jauh dari subjektifitas dan harus dengan kajian secara objektif sistematis. Sebagai contoh subjektifitas yang terjadi adalah pandangan masyarakat indonesia terhadap kolonialisme yang dilakukan Belanda merupakan sebuah tindakan tidak manusiawi dengan eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada, jika kita melirik kepada pandangan orang Belanda terhadap apa yang terjadi pada masa lampau di Indonesia mereka hanya melihat Kolonialisme dan Imperialisme itu sebagai suatu proses pemberadaban dalam paham humanisme dan pengembangan wilayah yang diberadabkan, terlepas dari dua pandangan itu tentu saja kalian memiliki pandangan lain tentang sejarah tersebut.

Kebenaran tentu memiliki porsi nya masing-masing, tidak ada kebenaran yang absolut baik itu dari pihak manapun. Sejarah ditulis oleh pemenang merupakan ungkapan nyata yang teruji secara empiris. Mengesampingkan latar belakang kita baik dari  etnis, ras, suku, dan agama adalah pilihan yang tepat dalam proses kritisasi sejarah, Hal tersebut akan lebih membukakan pandangan kita terhadap apa yang sebenarnya terjadi bukan hanya sekedar apa yang diyakini oleh segelintir orang dengan identitas sosial masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun