Gen Z, masuk dalam kategori NEET (Not in Employment, Education, or Training). Artinya, mereka tidak bekerja, tidak bersekolah, dan tidak mengikuti pelatihan apa pun. Hal inilah yang menjadi permasalahan besar, mengapa generasi Z cenderung susah mencari pekerjaan. Angka ini juga setara dengan 22,5 persen dari total populasi Gen Z di Indonesia, menunjukkan bahwa hampir seperempat generasi muda saat ini tidak terlibat dalam aktivitas produktif yang dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan atau meningkatkan peluang karier di masa depan. Meskipun terjadi penurunan sebesar 0,97 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada Agustus 2022, situasi ini tetap menjadi isu serius yang memerlukan perhatian dan solusi segera. (Gugus Febri Putranto, 2024)
Generasi Z, atau yang sering disebut sebagai digital natives, adalah mereka yang lahir di era teknologi yang berkembang pesat seperti saat ini. Mereka tumbuh dengan akses teknologi, terutama internet yang membuat mereka sangat mudah untuk menggali informasi, pendidikan, dan peluang jaringan global melalui internet. Saat ini, Generasi Z merupakan salah satu generasi yang mendominasi jumlah penduduk di Indonesia, yaitu sekitar 74,93 juta jiwa atau 27,94% dari total populasi (Sawitri, 2021). Secara umum, Generasi Z lahir antara 1995an sampai dengan tahun 2012. Generasi ini dikenal sebagai generasi yang kreatif, ambisius, dan terbuka terhadap inovasi. Namun, di balik segala keunggulannya, banyak dari mereka justru menghadapi kesulitan ketika memasuki dunia kerja. Â Menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2023, sebanyak 9,89 juta penduduk Indonesia berusia 15-24 tahun kelompok yang dikenal sebagaiEkspektasi dari Gen Z terhadap pekerjaan sering kali tidak sesuai dengan realitas pasar kerja. Keinginan untuk mendapatkan gaji yang tinggi, fleksibilitas kerja, dan makna dalam pekerjaan sering kali sulit ditemukan di awal perjalanan karier mereka. Media sosial juga memperburuk situasi ini dengan menampilkan gambaran sempurna dari kesuksesan yang sering kali tidak realistis yang malah mereka gunakan sebagai standar hidup. Kondisi ini menciptakan apa yang disebut sebagai krisis karier bagi Gen Z. Banyak yang merasa terjebak antara tekanan untuk sukses dan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya penguasaan soft skill. Keterampilan ini, seperti kemampuan berkomunikasi, bekerja dalam tim, dan manajemen waktu, sangat penting dalam dunia profesional. Sayangnya, banyak dari Gen Z yang kurang memiliki keterampilan ini, meskipun sebenarnya soft skill dapat dipelajari dan dilatih.
Generasi Z perlu menyadari bahwa kesuksesan dalam dunia kerja tidak hanya bergantung pada latar belakang pendidikan atau koneksi yang dimiliki, tetapi juga pada kemampuan untuk beradaptasi, dan bersikap proaktif dalam menghadapi suatu tantangan. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan memanfaatkan teknologi secara produktif. Sebagai generasi yang sangat akrab dengan dunia digital, Generasi Z memiliki keunggulan dalam menggunakan teknologi. Namun, keunggulan ini harus diarahkan untuk mendukung produktivitas, seperti membangun portofolio digital, memperluas jaringan profesional melalui platform seperti LinkedIn, atau mempelajari keterampilan baru melalui kursus online. Selain itu, Generasi Z perlu mengembangkan mentalitas growth mindset. Sikap ini mencakup keyakinan bahwa kemampuan dapat ditingkatkan melalui kerja keras, serta dedikasi. Dengan mentalitas ini, mereka akan lebih terbuka terhadap kritik dan tantangan baru, serta mampu melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar, bukan sebagai akhir dari segalanya. Mengingat di duunia kerja penuh dengan ketidakpastian, sehingga kemampuan untuk terus beradaptasi dan belajar dari pengalaman sangatlah penting.
Di sisi lain, Generasi Z perlu menjembatani kesenjangan antara ekspektasi dan realitas dunia kerja. Banyak dari mereka menginginkan gaji tinggi dengan jam kerja yang fleksibel, namun kenyataannya, mereka tidak menyadari bahwa perjalanan karier dimulai dengan posisi pemula yang mungkin tidak ideal. Oleh karena itu, penting untuk melihat pekerjaan pertama sebagai kesempatan untuk terus belajar, dan memahami budaya kerja. Pendekatan ini dapat membuka jalan menuju karier yang lebih memuaskan di masa depan. Personal branding juga menjadi elemen penting yang tidak boleh diabaikan. Generasi Z harus mampu menciptakan citra profesional yang mencerminkan keahlian dan nilai mereka. Dengan menunjukkan karya atau wawasan melalui platform digital seperti Instagram dan linkedin, mereka dapat menarik perhatian perusahaan atau profesional lain yang mungkin tertarik dengan potensi mereka (Mahrunnisya, Ma'ruf and Rahmawati, 2021). Langkah ini dapat memberikan keunggulan dalam persaingan kerja, terutama di era di mana jejak digital seseorang menjadi salah satu pertimbangan utama dalam proses rekrutmen.
Kesimpulannya, Generasi Z memiliki peluang besar untuk bersaing di dunia kerja jika mereka mampu memanfaatkan keunggulan yang dimiliki dan mengatasi berbagai tantangan yang ada. Dengan menggunakan teknologi untuk mendukung produktivitas, membangun mentalitas yang tangguh dalam menghadapi kegagalan, dan menjembatani kesenjangan antara ekspektasi dan realitas, Generasi Z dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik. Proses adaptasi ini membutuhkan kesadaran untuk terus menggali potensi diri, dan menciptakan nilai tambah, baik secara individu maupun dalam konteks profesional. Di samping itu, membangun personal branding yang kuat melalui jejak digital yang positif dapat membuka peluang karier yang lebih luas, sekaligus memberikan kepercayaan diri untuk bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif. Dengan upaya yang terarah dan konsisten, Generasi Z tidak hanya mampu beradaptasi, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih produktif dan penuh peluang.
Daftar Pustaka
Gugus Febri Putranto, D.S.P.M.P. (2024) 'Where Did Young Workers Go? The Increase of Youth NEET in Indonesia During Pandemic', Jurnal Ekonomi Kependudukan dan Keluarga, 1(2). Available at: https://doi.org/10.7454/jekk.v1i2.04.
Mahrunnisya, D., Ma'ruf, A. and Rahmawati, F. (2021) 'Pemanfaatan Teknologi Berbasis Sosial Media Linkedin Guna Efektivitasi, Efisiensi Permintaan dan Penawaran Kerja Di Masa Pandemi Covid-19', Journal of Social Education, 2(2), pp. 88--91. Available at: https://doi.org/10.23960/JIPS/v2i2.88-91.
Sawitri, D.R. (2021) Perkembangan Karier Generasi Z: Tantangan dan Strategi dalam Mewujudkan SDM Indonesia yang Unggul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H