Mohon tunggu...
Nicolas Bagas Prayitno
Nicolas Bagas Prayitno Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Brawijaya

Memiliki minat pada filsafat, hukum, dan isu pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Polarisasi Ormek dan Anti-Ormek di Dunia Kampus: Sebuah perspektif atas dinamika politik identitas

18 Desember 2024   11:56 Diperbarui: 18 Desember 2024   11:56 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pergerakan Mahasiswa (Sumber: Pinterest/yogiaprillianto)

Polarisasi Ormek dan Anti-Ormek: Dinamika Politik Identitas di Kalangan Mahasiswa

Dalam lanskap politik kampus, fenomena polarisasi kian terlihat jelas antara kelompok Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (Ormek) dan kelompok Anti-Ormek. Polarisasi ini lahir dari perbedaan ideologi, nilai, serta pandangan terhadap kebijakan tertentu, yang mencerminkan kompleksitas politik identitas di kalangan mahasiswa.

Mengapa Manusia Cenderung Berkelompok?

Secara alamiah, manusia adalah makhluk sosial yang hidup berkelompok. Kebutuhan akan keamanan, kerjasama, dan pengakuan identitas mendorong pembentukan kelompok dengan nilai dan tujuan tertentu. Di kalangan mahasiswa, kelompok Ormek hadir sebagai organisasi berbasis ideologi yang berperan dalam menggerakkan diskusi, aksi, dan pengambilan keputusan sesuai prinsip-prinsip yang mereka anut.

Namun, keberadaan Ormek juga memicu munculnya kelompok Anti-Ormek. Secara etimologis, istilah 'anti' selalu merujuk pada sesuatu yang sudah ada terlebih dahulu. Kelompok ini hadir sebagai antitesis dari Ormek dengan sentimen politik tertentu, terutama terkait antipati terhadap praktik politik identitas yang dianggap ekstrem.

A-Ormek: Kelompok Netral di Tengah Polarisasi

Di antara Ormek dan Anti-Ormek, terdapat pula kelompok yang disebut A-Ormek. Mereka adalah mahasiswa yang memilih sikap netral, tidak terafiliasi dengan ideologi tertentu dalam berpikir atau bertindak. A-Ormek berfokus pada gagasan dan konsep tanpa melibatkan faktor identitas sebagai pijakan utama.

Politik Identitas dan Efektivitasnya

Menurut Francis Fukuyama (2018), politik identitas adalah praktik politik yang menggunakan identitas seperti ras, agama, dan latar belakang sosial sebagai alat mobilisasi massa. Politik identitas dianggap lebih efektif dibandingkan praktik politik lainnya seperti politik uang karena mampu memanfaatkan aspek emosional dan kebanggaan kolektif suatu kelompok. 

Dalam konteks kampus, politik identitas ini sering menjadi alat bagi kelompok Ormek untuk memperkuat posisi mereka. Namun, jika dilakukan secara ekstrem, praktik ini dapat menimbulkan polarisasi dan fanatisme, yang justru menghambat terciptanya dialog sehat antar kelompok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun