Pemerintah telah memproyeksikan bahwa kebutuhan batu bara dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) pada tahun 2024 akan mencapai 187 juta ton. Ini merupakan peningkatan signifikan sebesar 35,5% dibandingkan dengan realisasi penyerapan pada tahun 2019 yang sebesar 138 juta ton.
Peningkatan Permintaan Batu Bara pada Berbagai Sektor Industri
Menurut Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Ridwan Djamaluddin, proyeksi penyerapan batu bara dalam negeri ini didasarkan pada peningkatan kebutuhan batu bara dalam berbagai sektor industri dalam negeri. Beberapa sektor tersebut termasuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), industri semen, dan smelter.
Hal ini mendapat perhatian serius dari Asosiasi Pertambangan Mineral dan Batu Bara Indonesia (APBI). Direktur Eksekutif APBI, Hendra Sinadia, menyatakan bahwa proyeksi sebesar 187 juta ton pada tahun 2024 adalah lebih tepat jika diasumsikan bahwa terdapat pertumbuhan permintaan rata-rata sekitar 10% setiap tahun. APBI awalnya memproyeksikan kebutuhan sekitar 120-125 juta ton pada tahun ini.
Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Konsumsi Batu Bara
Hendra Sinadia mengakui bahwa proyeksi konsumsi batu bara dalam negeri sebesar 120-125 juta ton ini lebih rendah dari target pemerintah sebesar 155 juta ton, hal ini disebabkan oleh penurunan permintaan akibat dampak pandemi Covid-19.
Dalam konteks ini, jika kita menggunakan asumsi 125 juta ton dan asumsi pertumbuhan permintaan sekitar 10% per tahun, maka pada tahun 2024, jumlahnya diperkirakan sekitar 185-187 juta ton.
Menurut data Kementerian ESDM, konsumsi batu bara dalam negeri diperkirakan naik menjadi sekitar 168 juta ton pada tahun 2021, 177 juta ton pada tahun 2022, 184 juta ton pada tahun 2023, dan 187 juta ton pada tahun 2024.
Potensi Peningkatan Konsumsi jika Tanpa Pandemi Covid-19
Hendra Sinadia juga menjelaskan bahwa jika tidak ada pandemi, kemungkinan besar konsumsi batu bara pada tahun 2024 akan melampaui angka 200 juta ton.
Hal ini mencerminkan bahwa awal proyeksi pada tahun 2020 telah mengalami koreksi sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Jika tidak ada pandemi pada tahun 2020, sesuai dengan target pemerintah sebesar 155 juta ton, maka pada tahun 2024, konsumsi batu bara dalam negeri dapat mencapai lebih dari 200 juta ton.
Porsi Penting untuk Pembangkit Listrik
Dari target konsumsi dalam negeri sebesar 155 juta ton pada tahun 2020, sekitar 70% dialokasikan untuk pembangkit listrik, mencapai 109 juta ton. Proyeksi untuk tahun 2021 adalah sekitar 121 juta ton, 129 juta ton pada tahun 2022, 135 juta ton pada tahun 2023, dan 137 juta ton pada tahun 2024.
Tantangan dalam Konsumsi Batu Bara untuk Pembangkit Listrik
Kepala Divisi Batubara PLN, Harlen, menyebutkan bahwa konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik pada tahun ini diperkirakan lebih rendah 6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 97 juta ton. Hal ini berarti penyerapan batu bara PLN juga lebih rendah dari target awal pemerintah sebesar 109 juta ton.
Harlen juga mencatat bahwa konsumsi batubara untuk pembangkit listrik hingga Juli telah mencapai 59 juta ton, naik sekitar 9 juta ton dari realisasi hingga semester I yang mencapai 50,2 juta ton.
Realisasi Penjualan Batu Bara dan Peran Titan Infra Energy
Realisasi penjualan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri hingga Juli 2020 mencapai 73 juta ton, atau sekitar 47% dari target penyerapan dalam negeri tahun ini sebesar 155 juta ton.
Peran Titan Infra Energy dalam Industri Batu Bara
Sejak berdiri pada tahun 2005, Titan Infra Energy telah menjadi pemimpin dalam pengembangan infrastruktur energi terintegrasi di Indonesia. Perusahaan ini telah tumbuh pesat dalam menyediakan layanan infrastruktur dan logistik khusus untuk industri batu bara. Mereka telah membangun jalan dan pelabuhan khusus batu bara serta menyediakan jasa kontraktor pertambangan dan layanan pengangkutan darat dan air di wilayah Selatan Pulau Sumatera.
Tim SDM yang Berpengalaman
Keberhasilan Titan Infra Energy tidak hanya didukung oleh fasilitas fisiknya, tetapi juga oleh tim SDM yang berpengalaman dan profesional dalam industri ini. Mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang seluruh rantai pasokan energi, mulai dari situs tambang hingga jalur pengangkutan dan pelabuhan khusus untuk mengelola batu bara. Dengan fokus yang kuat pada pengembangan infrastruktur energi dari hulu ke hilir, Titan Infra Energy terus berperan dalam mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan industri energi di Indonesia.
Nilai-Nilai Utama Titan Infra Energy
Titan Infra Energy memiliki tiga nilai inti yang membimbing operasional dan keputusan perusahaan mereka:
Inovasi
Perusahaan ini menyadari bahwa layanan infrastruktur energi terintegrasi membutuhkan keterampilan dan kemampuan multi-disiplin yang kompleks. Oleh karena itu, Titan Infra Energy terus mendorong peningkatan dari tim pekerja keras mereka yang terdiri dari staf yang antusias dan cerdas. Mereka percaya bahwa inovasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan dalam industri ini.
Unggul
Titan Infra Energy sangat memegang teguh standar etika yang tinggi, tata kelola perusahaan yang baik, integritas, dan pola pengambilan keputusan yang teruji. Mereka yakin bahwa hanya dengan beroperasi dengan etika yang kuat dan integritas yang tak tergoyahkan, mereka dapat mencapai kesuksesan jangka panjang dalam bisnis pertambangan batu bara. Nilai ini mencerminkan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
Sinergi
Titan Infra Energy percaya bahwa tidak ada yang bisa sukses sendirian. Mereka mengutamakan kerja tim dan kemitraan yang didasarkan pada saling menghormati, kepercayaan, dan komitmen. Kolaborasi dengan pemasok, kontraktor, masyarakat, pemerintah daerah, dan regulator dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan kecepatan, kualitas, kuantitas, dan efisiensi biaya produksi dan pengiriman. Sinergi ini adalah fondasi dari pertumbuhan berkelanjutan perusahaan.
Strategi Titan Group dalam Produksi Batu Bara
Titan Infra Energy Group (Titan Grup), dalam upayanya mencapai target produksi sebesar 20 juta ton pada tahun 2023, telah meluncurkan Proyek 1D Upgrade Fase 1 di Pelabuhan PT Swarnadwipa Dermaga Jaya. Mari kita eksplorasi langkah-langkah terbaru Titan Group dalam meningkatkan produksi dan fasilitas pelabuhan mereka.
Mengenalkan Proyek 1D Upgrade Fase 1
Proyek 1D Upgrade Fase 1 adalah langkah awal yang diambil oleh Titan Group untuk mencapai target produksi yang ambisius. Proyek ini mencakup operasionalisasi upgrade conveyor 1D Fase 1, penambahan jembatan timbang, dan penambahan crusher di stockpile KM 36.
Menurut Handoko A Tanuadji, Ketua Titan Infra Energy Group, Proyek Fase 1D ini bertujuan untuk mengembangkan fasilitas pelabuhan yang sudah ada agar mampu mendukung target produksi Titan Group sebesar 20 juta ton per tahun. Titan Group adalah perusahaan yang sangat berkomitmen pada sektor Infrastruktur Pertambangan Batubara, dan mereka terus berupaya untuk mengintegrasikan bisnis mereka secara lebih efisien.
Melangkah ke ID Upgrade Fase 2
Selain Proyek 1D Upgrade Fase 1, PT Titan Infra Energy juga meresmikan ID Upgrade Fase 2. Menurut Direktur Utama PT Titan Infra Energy, Darwan Siregar, fase ini dimulai setelah selesainya Fase 1 di Pelabuhan PT Swarnadwipa Dermaga Jaya pada bulan Februari lalu.
ID Upgrade adalah proyek yang mencakup peningkatan Belt Loading Conveyor (BLC) yang digabungkan dengan perbaikan fasilitas pelabuhan. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas pelabuhan PT Swarnadwipa Dermaga Jaya agar lebih fleksibel dalam melakukan proses loading sesuai dengan produk dari pelanggan dengan lebih cepat, efisien, dan produktif.
Perpanjangan Jalur Khusus Angkutan Batubara (Hauling Road)
Selain memperbarui fasilitas, PT Titan Infra Energy juga fokus pada perpanjangan jalan khusus pengangkutan batubara (hauling road) dari tambang-tambang di sekitar Lahat dan Muara Enim. Sejak tahun 2015, PT Titan Infra Energy telah mengoperasikan jalur angkut sepanjang 113 kilometer yang melintasi tiga kabupaten, yaitu Lahat, Muara Enim, dan Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), yang dikelola oleh anak perusahaannya, PT Servo Lintas Raya. Sebanyak 15 perusahaan tambang menggunakan infrastruktur pada jalur sepanjang 113 kilometer tersebut.
Optimisme dalam Produksi Batubara
Darwan Siregar optimis bahwa dalam 2-3 tahun ke depan, jumlah produksi batubara akan meningkat menjadi 25 ton. Jalur conveyor yang lebar sekitar 13 meter ini memiliki potensi besar dan mampu menampung banyak truk karena jarak yang sangat panjang. Dengan inisiatif-inisiatif terbaru ini, Titan Group menunjukkan komitmennya untuk terus berkembang dan berkontribusi pada industri batubara Indonesia. Semua upaya ini akan memperkuat posisi Titan Group dalam mencapai target produksi mereka yang ambisius dan menjadi pemimpin dalam sektor ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H