Semarang kembali menunjukkan langkah maju dalam desain arsitektur berkelanjutan dengan hadirnya Microlibrary Warak Kayu, sebuah perpustakaan mikro yang sepenuhnya mengadopsi prinsip-prinsip arsitektur hijau. Berlokasi di Jalan Dr. Sutomo, Barusari, perpustakaan ini dibangun menggunakan limbah kayu bersertifikasi dan dirancang oleh SHAU Indonesia Architecture. Dengan berbagai inovasi, bangunan ini telah memenangkan penghargaan bergengsi Architizer A+ Awards 2020.
Bangunan seluas 182 m ini mengusung prinsip konservasi energi dengan mengadopsi metode konstruksi Zollinger Bauweise yang memaksimalkan sirkulasi udara alami dan pencahayaan matahari, sehingga tidak memerlukan pendingin ruangan atau lampu tambahan pada siang hari. Desain ini juga dirancang untuk menanggapi iklim tropis Semarang yang panas, dengan bukaan ventilasi di keempat sisi bangunan dan penggunaan desain rumah panggung untuk memanfaatkan sirkulasi udara alami dari pohon di sekitarnya.
Microlibrary Warak Kayu juga mengutamakan kenyamanan pengguna dengan ruang yang terang, sejuk, dan fasilitas seperti jaring untuk membaca. Selain itu, bangunan ini menggunakan material limbah kayu bersertifikasi FSC dan SVLK, yang menjadikannya contoh nyata penerapan prinsip berkelanjutan dalam arsitektur. Semua prinsip arsitektur hijau---konservasi energi, respon terhadap tapak dan iklim, kenyamanan pengguna, serta penggunaan material ramah lingkungan---diterapkan secara holistik.
Keberhasilan proyek ini diharapkan menjadi inspirasi bagi arsitek lain untuk lebih mengedepankan desain ramah lingkungan, mengingat pentingnya mengurangi dampak negatif pembangunan terhadap bumi. Microlibrary Warak Kayu adalah bukti bahwa inovasi sederhana namun efektif dapat membawa perubahan signifikan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H