Mohon tunggu...
Riska BagasPurnama
Riska BagasPurnama Mohon Tunggu... Lainnya - Lahir sebagai anak manusia

Yang jelas bagaimanapan hidupnya "Berfikir positif adalah salah satu cara sederhana untuk mensyukuri otak" hueheheh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Cangkir Kopi dalam Satu Meja

24 Maret 2024   15:54 Diperbarui: 24 Maret 2024   16:02 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu waktu yang baik, dalam sebuah warung kopi yang sesak dengan aroma kopi yang mengoda, terdapat sebuah pertemuan yang unik antara tiga cangkir kopi yang berbeda. Cangkir Demokrasi, Cangkir Oligarki, dan Cangkir Anarki.

Ketiga cangkir itu berada dalam satu meja. Cangkir Demokrasi, dengan semangat yang berapi-api, berkata, " hai teman-teman! tahukah kalian bahwa kita ini adalah simbol dari kebebasan dan kesetaraan. dimana semua memiliki suara yang sama dan hak yang sama untuk menentukan rasa kopi yang kita inginkan."

Cangkir Oligarki, dengan sikap sombongnya, menjawab, "Tentu saja, hanya mereka yang memiliki banyak uang yang akan mampu mendapatkan kopi terbaik. Jika dihitung hanya sedikit orang yang bisa menikmati kopi yang berkualitas sementara yang lain terjebak dengan kopi yang murahan, hueeheheeh." 

Sementara itu disebelah ada Cangkir Anarki, dengan wajah yang tersenyum misterius ia berkata, "Demokrasi, Oligarki, mengapa kita harus terikat oleh batasan batasan ini? ayolah kita lepaskan diri kita dan biarkan saja kopi mengalir bebas dan tanpa batas! tanpa aturan tanpa hierarki dan hanya ada kebebasan yang kita nikmati."

Mereka bertiga pun terus beradu argumen dengan penuh semangat dan mengemukakan argumen-argumen dengan dasar logika dan data yang jelas dan saling bertentangan. Ditengah perdebatan seru itu, datanglah seorang pelayan warung yang bijak dan lembut. Diawali dengan senyumnya yang ramah ia berkata, "Tidakkah kalian sadari bahwa kopi ini adalah hasil kerja sama dari berbagai elemen? mulai dari pemilihan lahan, pemilihan biji dan penenaman yang susah payah, perawatan dari seorang petani yang penuh dengan kasihsayang, dan pada akhirnya jatuh pada para penikmat kopi yang terus menyanjungnya disetiap teguknya."

Mendengar apa yang dikatakan oleh pelayan warung itu, mereka ketiga Cangkir itu terdiam dan saling tatap, berlahan mereka menyadarai bahwa dalam keberagaman dan kerja sama itulah kekuatan dan kenikmatan itu tercapai. Demokrasi, Oligarki dan Anarki tidak harus saling bertentengan, akan tetapi bisa saling melengkapi satu sama lain.

Dengan pemahaman barunya itu ketiga Cangkir  kopi yaitu Cangkir Demokrasi, Cangkir Oligarki, dan Cangkir Anarki bersama  sama mengisu gelas - gelas dengan kopi yang penuh dengan keberagaman. Mereka mulai menyadari bahwa kopi adalah simbol persatuan dan kebebasan, di mana setiap cangkir kopi memiliki peran penting dalam menciptakan harmoni dan keadilan.

Dan sampai saat ini, aroma kopi di warung kopi itu tidak berubah, harum kopi sedap menyebar memenuhi sudut sudut warung membuat ruang - ruang ngopi menjadi sesak oleh harum aroma kopi yang menyegarkan. hal ini mengigatkan kita bahwa dalam kehidupan ini , kita semua adalah bagian dari cerita yang lebih besar, Kita bisa saling mendukung membantu  saling menghormati, dan menciptakan dunai dengan lebih baik. Satu tegukan kopi akan punya makna pada suatu waktu tertentu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun