Mohon tunggu...
Bagas Prabowo Adi
Bagas Prabowo Adi Mohon Tunggu... Penulis - Teologi | Pemuridan

Studying at Surakarta Christian University, Faculty of Theology | Instagram : @bagasprabowo

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Saat Teduh, Seberapa Penting?

3 Agustus 2020   21:20 Diperbarui: 3 Agustus 2020   22:01 1670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi hari adalah waktu yang tepat karena pikiran dan tubuh kita masih fresh/segar belum terbebani oleh kegiatan sehari-hari, sehingga kita akan jauh lebih mudah berkonsentrasi dan menikmati waktu teduh. 

Untuk permulaan atau sebagai latihan, yang paling utama adalah teman-teman sekalian bisa menikmati waktu tersebut. Catatlah setiap kesan yang didapat dari waktu teduh teman-teman. Kesan tersebut mungkin bisa berupa perintah, janji, penghiburan atau teguran.

3.       Bagaimana jika tidak Saat Teduh?

Kita belajar bahwa saat teduh merupakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh rohani kita saat dilahirbarukan, maka tentu kita dapat mengerti bahwa ketika kita tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup maka tentu saja tubuh rohani kita akan semakin melemah. 

Ikatan batin/relasi akan semakin renggang, bahkan mungkin bisa saja mati secara rohani. Kita tidak lagi merasakan gairah saat membaca Alkitab, malas berdoa, bahkan mungkin kegeraja hanya menjadi salah satu rutinitas yang otomatis dilakukan saja tanpa ada gairah, atau ketertarikan khusus sama sekali saat pergi kegereja. Sebab kita tidak lagi terbiasa mendengar suara Tuhan, tidak lagi terbiasa merasakan hadirat-Nya.

3 poin diatas mungkin belum sepenuhnya mewakili penjelasan saat teduh kali ini. Namun, 3 poin diatas bisa menjadi dasar bagi kita supaya Saat Teduh menjadi bagian dari gaya hidup kita.

Mari kita secara disiplin melakukan saat teduh setiap pagi. Sebab, Yesus telah membayar dengan sangat mahal yaitu tubuhnya sendiri agar kita bisa memiliki relasi yang intim itu. Supaya kita dapat bertemu dengan-Nya secara langsung tanpa keraguan dan terhalang oleh tembok pemisah, Kristus telah mengorbankan diriNya. | BPA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun