Mohon tunggu...
Bagas Putut Pratama
Bagas Putut Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya ialah membaca dan menulis, entah itu di buku, ataupun media massa.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pelayanan Kesehatan yang Berbicara: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Klinik Brawijaya

8 Januari 2025   06:38 Diperbarui: 8 Januari 2025   06:38 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Komunikasi adalah jantung dari pelayanan kesehatan. Seperti roda yang menggerakkan kendaraan, komunikasi yang baik memastikan interaksi antara pasien dan tenaga medis berjalan lancar. Ketika komunikasi berjalan efektif, pasien merasa didengar, dipahami, dan lebih percaya terhadap proses penyembuhan yang dijalani. Dalam sebuah observasi di Klinik Brawijaya, Kebalenan, Banyuwangi pada Rabu (13/11/2024) pukul 08.00 -- 09.00 WIB, saya menyaksikan secara langsung bagaimana komunikasi menjadi elemen vital dalam alur pelayanan kesehatan, mulai dari resepsionis hingga ruang periksa.

Resepsionis: Gerbang Pertama Layanan

Pagi itu, ruang tunggu Klinik Brawijaya ramai dengan pasien dari berbagai kalangan. Mereka duduk sambil memegang nomor antrian, menunggu giliran dipanggil menuju meja resepsionis. Di sinilah kontak pertama pasien dengan pelayanan kesehatan dimulai.

Resepsionis tidak hanya bertugas mencatat data pasien, tetapi juga menjadi wajah pertama klinik tersebut. Dengan senyuman ramah dan cara bicara yang sopan, mereka menjelaskan proses registrasi, mengecek data pasien, dan memberikan arahan langkah selanjutnya. Proses ini sederhana, tapi sangat penting untuk membuat pasien merasa nyaman.

Seorang resepsionis yang baik bisa membuat pasien lebih tenang hanya dengan berbicara. Mereka bukan hanya memberikan informasi, tetapi juga menanamkan rasa percaya diri kepada pasien untuk menjalani pemeriksaan berikutnya. Jika tahap awal ini tidak berjalan baik, pengalaman pasien di klinik bisa menjadi kurang menyenangkan.

Pelayanan yang baik di meja resepsionis sering kali mencerminkan kualitas layanan sebuah klinik. Jika pasien merasa dilayani dengan baik sejak awal, mereka akan lebih percaya dan nyaman menjalani tahapan berikutnya. Sebaliknya, jika pengalaman di tahap ini buruk, kesan negatif bisa terbawa sampai akhir.

Ruang Cek Kesehatan: Empati dalam Setiap Pertanyaan

Setelah registrasi selesai, pasien melanjutkan ke ruang cek kesehatan. Di sini, mereka menunggu giliran untuk bertemu tenaga kesehatan. Tahap ini lebih dari sekadar menunggu; ini adalah langkah penting untuk mengetahui kondisi awal pasien melalui pertanyaan atau anamnesa.

Tenaga kesehatan biasanya akan bertanya tentang keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan gejala yang dirasakan. Selain itu, mereka juga melakukan pemeriksaan dasar, seperti mengukur tekanan darah. Informasi ini nantinya membantu dokter memberikan diagnosis yang tepat.

Di sinilah peran komunikasi kembali diuji. Tenaga kesehatan harus bertanya dengan cara yang sopan dan ramah agar pasien merasa nyaman. Mereka juga perlu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, sehingga pasien tidak merasa bingung atau takut. Bahkan, terkadang tenaga kesehatan juga harus menjadi pendengar yang baik, memberikan kesempatan bagi pasien untuk menceritakan kekhawatirannya.

Empati menjadi kunci utama di tahap ini. Dengan mendengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian, tenaga kesehatan bisa membangun hubungan yang baik. Pasien merasa dihargai, sehingga mereka lebih percaya pada proses pengobatan yang sedang dijalani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun