Bahasa merupakan alat komunikasi antar individu masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Adanya faktor-faktor sosial yang mengakibatkan timbulnya variasi-variasi bahasa. Salah satu contoh variasi bahasa yaitu bahasa gaul. Bahasa gaul merupakan bahasa yang digunakan oleh sekelompok remaja dalam situasi nonformal atau santai.
Menurut Sarwono (2004) bahasa gaul adalah bahasa khas remaja (kata- katanya diubah-ubah sedemikian rupa, sehingga hanya bisa dimengerti diantara meraka) bisa dipahami oleh hampir seluruh remaja ditanah air yang terjangkau oleh media massa. Padahal istilah-istilah itu berkembang,berubah dan bertambah hampir setiap hari.
Era industri 4.0 merupakan era yang mengalami perkembangan pesat dari segi teknologi. Segala sesuatu yang dulunya dilakukan secara manual kini terfokus pada sesuatu yang digital. Perkembangan teknologi saat ini memberikan pengaruh pada semua kehidupan di masyarakat dengan membuat sesuatu yang baru. Tentunya perubahan tersebut harus diantisipasi, terutama di kalangan generasi milenial.
Generasi milenial sangat akrab dengan perkembangan teknologi saat ini. Teknologi berbasis digital merupakan media yang harus dikuasai oleh generasi milenial untuk mengakses informasi dan menggunakan media tersebut sebagai tempat belajar dan bertukar informasi.
Oleh karena itu, generasi milenial dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi agar mampu bersaing dengan negara lain yang penggunaan teknologinya semakin cepat dan maju. Ketelitian dalam memahami penggunaan teknologi berbasis digital juga harus dimiliki oleh setiap anak muda, agar dapat membedakan antara hoax dan fakta yang semakin sulit diidentifikasi.
Penggunaan media khususnya media sosial tidak lepas dari kehidupan masyarakat khususnya generasi milenial. Penggunaan gadget kini telah menjadi bagian dari kehidupan setiap orang, terutama dalam menggunakan media sosial untuk mendapatkan dan bertukar informasi.
Penggunaan berbagai aplikasi media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, dan Tiktok sudah menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Oleh karena itu, penggunaan media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar baik dari segi pola pikir maupun perilaku karena tidak ada batasan dalam menggunakan media sosial.
Berinteraksi di media sosial tentunya tidak lepas dari cara kita berbicara, hal ini erat kaitannya dengan ragam bahasa yang digunakan oleh generasi milenial untuk berkomunikasi di media sosial. Variasi bahasa muncul dari berbagai bahasa yang berbeda-beda di setiap daerah, kelas sosial, waktu yang berbeda, dan situasi bahasa yang berubah-ubah, salah satunya adalah bahasa gaul.
Meluasnya penggunaan bahasa gaul serta munculnya kata dan istilah baru membuat generasi milenial sulit menerima bahasa Indonesia yang baik dan benar serta memahami posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
Anak muda masa kini lebih tertarik menggunakan bahasa gaul yang membuat mereka semakin eksis di media sosial. Akibatnya kemampuan berbahasa Indonesia yang baik tergerus dengan munculnya bahasa gaul dan bahasa asing sehingga keaslian sebuah kosakata dalam bahasa Indonesia akan sulit diketahui oleh kaum milenial karena ketertarikan mereka menggunakan bahasa tersebut.
Media sosial sudah menjadi kebutuhan di kalangan masyarakat khususnya generasi milenial yang dapat memberikan pengaruh kuat terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa gaul yang digunakan secara terus menerus akan menyebabkan anak muda tidak tahu apa-apa tentang kosakata baku dan bahasa yang baik dan benar.
Belakangan ini media sosial Twitter menjadi perbincangan netizen karena munculnya istilah "jujurly" dan "sehonestnya" yang menambah istilah baru dalam bahasa anak muda masa kini. Selain itu, penggunaan istilah jujurly dan sehonestnya semakin populer tidak hanya di Twitter, tetapi juga di media sosial lainnya.
Anak muda semakin kreatif dalam membuat suatu istilah sehingga fenomena kebahasaan seperti ini sangat menarik dan mendapat perhatian kita. Penggabungan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam satu kata. Jujurly yang berasal dari kata dasar jujur dan tambahan -ly, sedangkan kata sehonestnya berasal dari kata honest yang terapit dengan se- dan -nya.
Penggunaan istilah jujurly dan sehonestnya memiliki arti jujur. Misal, "Jujurly #minkes mengsedih banget, ga mau kan kayak Yudha-kun yang ketinggalan update vaksinasi?", contoh ini diambil dari salah satu unggahan @KemenkesRI di Twitter yang mengimbau anak muda untuk melakukan vaksinasi. Juga, postingan @GrabID "sehonestnya kalau jam segini tuh suka bingung mau ngegrabfood apaan".
Pada dasarnya setiap orang dituntut untuk membuat sesuatu yang baru untuk menarik perhatian semua orang, termasuk netizen di media sosial, tetapi mengunggah konten yang menarik agar tidak ketinggalan zaman dengan menggunakan bahasa gaul agar dapat diterima oleh semua kalangan terutama kaum milenial. generasi, tidak persis, sebaliknya. dua unggahan ini patut menjadi contoh bagi anak muda masa kini untuk berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia selalu dikenal sebagai bahasa yang kaku, bukan berarti sebuah unggahan atau konten juga kaku, namun ketika menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di media sosial merupakan cara untuk mengajak dan mempengaruhi generasi milenial untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Selanjutnya istilah mengsedih yang berarti sedih, mengcapek, mengkaget, dan masih banyak istilah baru dalam bahasa gaul yang menyertakan awalan meng-, meskipun tidak sesuai dengan kaidah afiksasi dalam bahasa Indonesia. Dalam buku yang berjudul Bentuk dan Pilihan Kata, dijelaskan bahwa awalan meng- dapat digunakan untuk membentuk kata dalam bahasa Indonesia.
Awalan meng- ini dapat berubah bentuk jika digabungkan dengan kata dasar yang dimulai dengan huruf tertentu, misalnya huruf /k, g, h, kh/ dan vokal dan luluh jika digabungkan dengan huruf /k, p, t, s/. Akar kata sedih bila digabungkan dengan kombinasi imbuhan meng-. . . -kan, maka akan ada hasil yang menyedihkan.
Selain itu, istilah membagongkan sering digunakan ketika seseorang menunjukkan sesuatu yang tidak jelas atau tidak dipahami. Dalam hal ini, membagongkan berarti membingungkan.
Menggunakan bahasa di media sosial tidak harus mengikuti tren, apalagi yang secara tidak langsung dapat merusak keutuhan bahasa Indonesia. Kuatnya pengaruh media sosial saat ini di tengah wabah Covid-19 menjadi media yang tepat untuk mengajak dan mempengaruhi anak muda untuk menggunakan bahasa Indonesia agar perkembangan bahasa gaul tidak mendominasi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kebiasaan menggunakan bahasa gaul akan semakin mempersulit generasi milenial untuk menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah kebahasaan, terutama dalam lingkungan formal. Generasi milenial akan kesulitan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi.
Jika generasi milenial terlena dengan istilah-istilah dalam bahasa gaul dan bahasa asing, maka posisi bahasa Indonesia akan terguncang untuk mempertahankan identitasnya sebagai bahasa negara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI