Kondisi produksi migas domestik yang telah menurun dibandingkan era 90an merupakan signal kurang bagus bagi investor yang akan menaruh dananya di Indonesia. Hal itu harus kita sadari, tetapi Industri Hulu sendiri sangat menarik dan penuh risiko. Industri Hulu migas memiliki ketidakpastian dalam menemukan migas yang cukup besar. Resiko keberhasilan menemukan migas  sama besarnya dengan peluang mendapatkanya 50:50. Risiko sendiri sebenarnya bukan hal tabu yang harus dihindari, tetapi sesuatu yang dpat diukur sehingga dapat dimitigasi.
Risiko untuk menemukan migas sangat dipengaruhi oleh kemampuan operasional dan teknologi suatu perusahaan. Selain butuh kemampuan operasional dan teknologi yang tinggi, sheet data merupakan kunci dalam menemukan migas. Mari kita lihat seberapa transparan data migas di Indonesia?
Jangan salahkan investor yang semakin sedikit datang ke Indonesia untuk berinvestasi. Bahkan untuk membeli data hulu migas saja mereka cukup ragu. Data studi pendahuluan yang melibatkan kampus dan independent consultant relative sangat sulit dijangkau. Sudah tidak salah lagi, mungkin budaya menulis masyarakat kita memang sangat kurang. Data survey permukaan, survey seismik juga tidak dapat dibanggakan. Jadi apa yang bisa ditawarkan kepada investor?
Jadi Indonesia bisa dibilang negara yang tidak kaya migas dan tergantung kepada import, tetapi untuk menyeimbangkan importnya, Indonesia berusaha menggalakkan eksplorasi. Siapa yang mau eksplorasi kalau blok di Indoensia belum memiliki daya tarik lagi bagi investor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H