Dengan kontrol penuh atas lingkungan tumbuh, produksi pangan dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa bergantung pada musim. Ini membantu menjaga pasokan pangan yang stabil, terutama saat terjadi gangguan pasokan global.
Melalui teknologi yang sudah disebutkan di atas, kita bisa "memanipulasi" musim dan kondisi yang diinginkan agar produksi tetap berjalan sepanjang tahun.
3. Pengurangan Penggunaan Air
Sistem hidroponik dan aeroponik menggunakan air lebih sedikit dibandingkan pertanian konvensional. Air yang digunakan dapat didaur ulang dan digunakan kembali, sehingga lebih hemat dan ramah lingkungan.
Akan tetapi, untuk mempertimbangkan penggunaan air, kita perlu memaksimalkan dan memastikan takaran nutrisi, persebaran nutrisi, dan jarak penanaman agar dapat terdistribusi secara merata, sehingga menghasilkan sayuran yang kualitasnya baik.
4. Pengurangan Jejak Karbon
Dengan produksi pangan yang dilakukan di pusat kota, kebutuhan transportasi dari wilayah produksi ke wilayah konsumsi berkurang. Hal ini membantu mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari distribusi pangan.
5. Keamanan dan Kebersihan Pangan
Tanaman ditanam di ruang tertutup dengan kontrol ketat terhadap lingkungan, sehingga risiko kontaminasi dari hama atau patogen lebih kecil. Produk yang dihasilkan lebih bersih dan aman untuk dikonsumsi. Tentu dengan pengendalian yang ketat, kita bisa mencegah terjadinya kontaminasi pada sayuran yang kita produksi.
Meskipun semua keuntungan di atas sangat menjanjikan, bukan berarti vertical farming ini tidak memiliki tantangan tersendiri terutama modal yang harus disiapkan untuk mengimplementasikan teknik pertanian ini.
Berikut ini saya jelaskan apa saja yang menjadi tantangan saat kita ingin melakukan vertical farming.