Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya memiliki hobi membaca dan menikmati konten visual yang berkaitan dengan sains, perkembangan teknologi, dan makanan. Tetapi tidak hanya di situ, saya juga tertarik dalam dunia otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Eksplorasi Makanan Tradisional: Pudak

5 Mei 2024   19:38 Diperbarui: 5 Mei 2024   20:12 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pudak | Sumber gambar: Arief Basuki

Makanan tersebut, saya kategorikan sebagai hidangan berat dengan ciri khas daerahnya masing-masing. Lalu di level makanan pencuci mulut, ya seperti kue Pudak dan kue Bugis. Masih ada yang lainnya lagi, seperti Klepon, Cenil, Getuk, kue Muso, Bika Ambon, Mangkuak Sayak, dan masih banyak yang lainnya.

Setiap kali saya merenungkan hal tersebut, semakin saya mengagumi tanah air tercinta ini. Sayangnya, saya sendiri pun suka luput dari informasi seperti ini, seakan seperti tidak tersiarkan dan tidak se viral makanan kekinian seperti minuman teh, boba, kopi gula aren, atau malah yang lebih terkenal itu makanan dari luar negeri seperti Croissant, bomboloni, donut atau kue-kue moderen seperti kue tart, cheese cake, dan crepe.

Bukan berarti saya ini anti dengan hal seperti itu, tetapi, bagi saya sangat disayangkan, saya lebih mengenal kue-kue itu dibandingkan kue tradisional negara sendiri. Bahkan, salah satunya Croissant itu banyak divariasikan seperti Croffle (Croissant waffle) atau Cromboloni (Croissant bomboloni). 

Pertanyaannya, apakah saat ini sudah ada Puffel (Pudak waffle) atau Klepoloni (Klepon Bomboloni) ? Sebuah invoasi dari variasi bentuk makanan tradisional. Bahkan, mungkin ada di generasi yang baru ini, tidak tahu apa itu getuk atau cenil, atau bahkan makanan tradisional di daerah kita masing-masing.

Saya merasa cukup sedih, tetapi saya juga ingin sekali memperkenalkan makanan daerah melalui narasi saya melalui artikel ini. Apabila saya belum merasakannya, paling tidak, saya bisa menambah literasi mengenai makanan ringan tradisional Indonesia dan mimpi saya, yaitu bisa menikmati makanan tradisional itu sebelum akhirnya punah oleh waktu.

Sekian berbagi pengalaman dan pengenalan tentang salah satu makanan tradisional Indonesia, yaitu Pudak. Kira-kira, pembaca pernah menikmati makanan tradisional apa dan bagaimana rasanya? Silakan berbagi di kolom komentar ya. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun