Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya memiliki hobi membaca dan menikmati konten visual yang berkaitan dengan sains, perkembangan teknologi, dan makanan. Tetapi tidak hanya di situ, saya juga tertarik dalam dunia otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Eksplorasi Makanan Tradisional: Pudak

5 Mei 2024   19:38 Diperbarui: 5 Mei 2024   20:12 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pudak | Sumber gambar: Arief Basuki

Waktu itu, saya sedang melakukan perjalanan dinas ke perusahaan pengolahan hewan laut di daerah Gresik untuk melakukan inspeksi udang beku sebelum melakukan ekspor ke luar negeri. Perjalanan dinas saat itu merupakan pengalaman pertama saya, melakukan perjalanan jarak jauh dan kebetulan untuk urusan pekerjaan. 

Saat melakukan perjalanan dinas tersebut, yang terbesit pertama kali di kepala saya itu bukan "Udang dalam bentuk apa yang akan saya inspeksi ?" atau "Berapa banyak udang yang harus saya inspeksi dan berapa banyak sampelnya?". Satu hal yang terbesit di pikiran saya saat itu adalah "Gresik, di sana ada makanan tradisional apa ya?"

Setelah saya selesai melakukan inspeksi dan berbincang dengan pegawai di perusahaan itu, akhirnya saya mendapatkan informasi bahwa ada salah satu makanan tradisional di Gresik, namanya Pudak.

Nama itu terdengar asing bagi saya dan maaf terkadang saya suka pelesetkan seperti "Kepala, pudak, lutut, kaki, lutut, kaki". Saya terkadang tertawa sendiri ketika mempelesetkan nama makanan itu. Siapa sangka, nama itu terus saya ingat dan akhirnya saat perjalanan pulang, saya minta izin ke supir perusahaan untuk menepi karena saya ingin membeli Pudak.

Pudak yang saya beli waktu itu masih hangat dan aromanya legit. Makanan itu dibungkus dengan daun aren kemudian diikat dengan tali rafia dan modelnya digantung (direnceng) seperti menjual kopi saset.

Saya tanya kepada pedagangnya waktu itu dan dia mengatakan bahwa ada dua rasa, yaitu original dan juga rasa pandan. Saya tertarik dan membeli kedua rasa itu. Saya lupa berapa harganya waktu itu, tetapi menurut saya itu sepadan dengan rasa dan aromanya yang nikmat. Kalau tidak salah ingat, satu renceng itu isi 5, saya beli 3 renceng (2 original, 1 pandan)

Nah, sesampainya di hotel, saya buka masing-masing rasa, jadi saya mencoba yang original dan juga yang pandan. Seperti yang saya sampaikan tadi, bahwa rasanya sangat nikmat. Masih hangat, cocok sekali untuk dinikmati waktu lelah, ditemani dengan kopi atau teh.

Pudak, adalah makanan tradisional yang berasal dari Gresik. Pudak ini sendiri dibuat dari campuran tepung beras ketan, santan, gula pasir, dan gula merah. Adonannya dimasukkan ke dalam pelepah aren yang bagian bawahnya dijahit, sehingga menyerupai seperti kantong. Setelah itu, bagian atasnya ditutup dengan tali rafia dan siap dikukus hingga matang.

Berbicara soal tekstur, Pudak ini seperti menikmati kue Bugis. Teksturnya sedikit lengket, seperti makan kue mochi. Cuma bedanya Pudak tidak diisi gula merah dan parutan kelapa atau kacang tanah seperti kue mochi.

Saat saya mengonsumi makanan tradisional seperti halnya Pudak, saya menjadi merenung. Negara kita ini memiliki beragam suku dan setiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri. Contohnya di pulau Sumatera, terdapat beberapa makanan khas seperti rendang, pempek, sate padang, arsik ikan, dan sebagainya. Kemudian di pulau Jawa, ada Laksa, Rawon, Soto Lamongan, Soto Banjar, dan sebagainya. 

Makanan tersebut, saya kategorikan sebagai hidangan berat dengan ciri khas daerahnya masing-masing. Lalu di level makanan pencuci mulut, ya seperti kue Pudak dan kue Bugis. Masih ada yang lainnya lagi, seperti Klepon, Cenil, Getuk, kue Muso, Bika Ambon, Mangkuak Sayak, dan masih banyak yang lainnya.

Setiap kali saya merenungkan hal tersebut, semakin saya mengagumi tanah air tercinta ini. Sayangnya, saya sendiri pun suka luput dari informasi seperti ini, seakan seperti tidak tersiarkan dan tidak se viral makanan kekinian seperti minuman teh, boba, kopi gula aren, atau malah yang lebih terkenal itu makanan dari luar negeri seperti Croissant, bomboloni, donut atau kue-kue moderen seperti kue tart, cheese cake, dan crepe.

Bukan berarti saya ini anti dengan hal seperti itu, tetapi, bagi saya sangat disayangkan, saya lebih mengenal kue-kue itu dibandingkan kue tradisional negara sendiri. Bahkan, salah satunya Croissant itu banyak divariasikan seperti Croffle (Croissant waffle) atau Cromboloni (Croissant bomboloni). 

Pertanyaannya, apakah saat ini sudah ada Puffel (Pudak waffle) atau Klepoloni (Klepon Bomboloni) ? Sebuah invoasi dari variasi bentuk makanan tradisional. Bahkan, mungkin ada di generasi yang baru ini, tidak tahu apa itu getuk atau cenil, atau bahkan makanan tradisional di daerah kita masing-masing.

Saya merasa cukup sedih, tetapi saya juga ingin sekali memperkenalkan makanan daerah melalui narasi saya melalui artikel ini. Apabila saya belum merasakannya, paling tidak, saya bisa menambah literasi mengenai makanan ringan tradisional Indonesia dan mimpi saya, yaitu bisa menikmati makanan tradisional itu sebelum akhirnya punah oleh waktu.

Sekian berbagi pengalaman dan pengenalan tentang salah satu makanan tradisional Indonesia, yaitu Pudak. Kira-kira, pembaca pernah menikmati makanan tradisional apa dan bagaimana rasanya? Silakan berbagi di kolom komentar ya. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun