Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya memiliki hobi membaca dan menikmati konten visual yang berkaitan dengan sains, perkembangan teknologi, dan makanan. Tetapi tidak hanya di situ, saya juga tertarik dalam dunia otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ternyata Makanan Tinggi Nutrisi Itu Tidak Selamanya Sehat, Ini Penjelasannya

16 Februari 2024   18:50 Diperbarui: 16 Februari 2024   19:40 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak kecil mengonsumsi makanan | Sumber gambar: Helena Lopes

Kemudian, panganan bernutrisi tinggi menjadi tidak baik apabila dikonsumsi oleh orang yang sudah tidak mengalami pertumbuhan, jarang beraktivitas berat, atau bahkan yang hanya duduk diam di depan komputer. Mengapa demikian? Agak kontradiktif ya? Jelas, karena panganan yang kita konsumsi, akan diserap oleh tubuh, dan akan diubah menjadi kalori. Menurunnya aktivitas kita, maka kalori yang digunakan juga akan berkurang dan apabila terjadi kelebihan kalori, maka akan disimpan dalam bentuk lemak.

Tidak jarang, untuk pria atau wanita, di usia yang sudah melewati masa pertumbuhan cenderung menjadi mudah gemuk. Hal ini disebabkan karena kebutuhan kalori yang tidak lagi sama dengan masa pertumbuhan. Waktu kita di masa kecil, kita begitu aktif dan tubuh juga aktif melakukan pertumbuhan, sehingga banyak kalori yang digunakan oleh tubuh. Namun, ketika beranjak dewasa, masa pertumbuhan berhenti, kemudian bekerja di depan komputer, artinya kita mengalami penurunan aktivitas dan tentu saja kalori yang dibakar lebih sedikit.

Kelebihan nutrisi dalam tubuh sangatlah tidak baik bagi kesehatan karena membawa kita menuju obesitas atau diabetes. Seperti pada artikel yang pernah saya buat, bahwa makanan bernutrisi itu baik untuk kesehatan, namun jika berlebihan, maka akan berdampak buruk bagi kesehatan kita. Sebaiknya, panganan yang kita konsumsi harus mengikuti pola hidup yang sedang kita jalani.

Seorang kuli bangunan | Sumber gambar: Mufid Majnun
Seorang kuli bangunan | Sumber gambar: Mufid Majnun

Contohnya, mengapa kuli bangunan perlu mengonsumsi nasi padang dua bungkus tapi memiliki badan yang bagus, sedangkan kita pekerja korporat, makan hal serupa, jadinya naik 3 kilogram? Sudah jelas bukan? Itu karena kuli bangunan butuh banyak nutrisi untuk menunjang aktivitas berat mereka, sedangkan kita pekerja korporat hanya butuh nutrisi yang lebih sedikit dari mereka.

Jadi panganan bernutrisi tinggi hanya diperlukan untuk seseorang yang memiliki kebutuhan khusus. Kebutuhan khusus ini dilihat berdasarkan apakah seseorang masih dalam masa pertumbuhan dan apakah aktivitas yang dilakukannya cukup berat atau ringan? Serta, panganan bergizi itu adalah makanan yang mengandung nutrisi. Lalu, nutrisi yang terkandung dalam panganan tersebut, kandungannya berbeda-beda. Oleh sebab itu, ketika kita membeli kudapan atau minuman, mulai lah untuk melihat label "Nutrition Fact" atau "Fakta Nutrisi". Label tersebut dibuat untuk kita, supaya memahami  nutrisi apa saja yang akan kita peroleh dari panganan tersebut.

Tidak jarang, pangan olahan yang kita jumpai, mayoritas memiliki satu atau dua nutrisi yang ditonjolkan dalam prduknya. Misalnya produk A tinggi protein, kemudian produk B tinggi Protein dan Vitamin. Lalu apakah artinya produk itu bagus? Ya jika dilihat dari nutrisi yang ditonjolkannya, bisa dibilang bagus. Lalu, apakah bisa dinikmati oleh masyarakat umum? Saya bisa bilang tidak, karena industri pangan olahan juga memikirkan siapa target market dari produk yang dijual. 

Misalnya makanan atau minuman yang tinggi protein, lebih diincar oleh binaragawan karena fungsi dari protein itu sendiri untuk membentu massa otot. Kalau itu dikonsumsi secara terus menerus oleh orang awam yang tidak melakukan aktivitas layaknya binaragawan, hanya akan menumpuk menjadi kalori dan lebih parahnya bisa memberatkan fungsi ginjal karena terlalu banyak protein dalam tubuh. Apa lagi jika pangan olahan tersebut mengandung gula yang cukup tinggi dan dikonsumsi secara terus menerus, dapat meningkatkan risiko terkena diabetes.

Maka dari itu, kita perlu menjaga keseimbangan nutrisi yang kita butuhkan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah memberikan penjelasan dan rasio makanan gizi seimbang yang dapat diterapkan oleh masyarakat umum. Serta, makanan utuh menjadi pilihan sumber nutrisi yang terbaik karena lebih seimbang dibandingkan dengan pangan olahan.

Jadi ini kesimpulannya

Apakah setiap panganan itu bergizi? Ya, karena mengandung nutrisi di dalamnya. Lalu apakah semua panganan menyehatkan? Tidak juga, lihat lagi komposisinya, karena biasanya di pangan olahan ada satu atau dua nutrisi yang dominan, dan itu bisa menyebabkan gizi yang tidak seimbang. Makanya konsumsi pangan olahan perlu dibatasi dan dianjurkan untuk mengonsumi makanan utuh karena cenderung memiliki nutrisi yang seimbang.

Kemenkes juga sudah memberikan pedoman mengenai gizi seimbang yang dapat dikunjungi di sini. Kemudian, untuk memvisualisasikannya, Kemenkes sudah memberikan komposisi "Isi Piringku" yang sudah mencakup kebutuhan gizi seimbang untuk kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun