You are what you eat, merupakan sebuah kalimat yang menggambarkan siapa diri kita melalui makanan. Awalnya saya berpikir bahwa kenapa istilah ini muncul dan apakah benar melalui makanan dapat menggambarkan cerminan diri kita? Awal mula dari frase you are what you eat? (terjamahan: Anda adalah Apa yang Anda Makan) diperkenalkan oleh Jean Athelme Brillat-Savarin, pada tahun 1982. Beliau merupakan seorang pengacara asal Prancis, seorang politisi dan gastronom terkenal. Frasa asli dari kalimat tersebut, yaitu:
Dis-moi ce que tu manges, je te dirai ce que tu es, jika diartikan ke bahasa Indonesia menjadi "Katakan kepada saya apa yang kamu makan, maka saya akan menyatakan siapa dirimu."
Mari kita bahas
Pernyataan tersebut cukup fenomenal karena mengubah pandangan orang mengenai siapa kita yang berkaitan dengan makanan sehari-hari. Kebiasaan seseorang mengonsumsi makanan tertentu ternyata memang bisa menggambarkan siapa kita sebenarnya. Contohnya seorang atlit atau binaragawan, biasanya memiliki pola diet sehat, tinggi protein, dan cenderung menghindari lemak dan karbohidrat. Kemudian seorang model akan menjaga pola makannya dalam porsi sedikit dengan tujuan untuk memiliki bentuk badan yang proporsional. Tentu saja semua itu diimbangi dengan aktivitas fisik yang baik dan cukup istirahat.
Berbeda halnya dengan seseorang yang sering mengonsumsi makanan cepat saji dan tinggi gula, kecenderungannya memiliki berat badan yang berlebih dan asupan kalori yang melebihi kapasitasnya sehari-hari. Contohnya, perkiraan kalori untuk pria dewasa berumur 19-30 tahun, yaitu 2400 hingga 3000 kalori.Â
Rentang kalori tersebut tergantung seberapa berat aktivitas sehari-harinya. Saya, seseorang yang saat ini (artikel ini ditulis) berada pada rentang umur tersebut, bekerja lebih banyak di depan layar komputer, menggunakan kendaraan untuk transportasi, dan melakukan jalan santai setiap pagi. Kebutuhan kalori saya pasti diantara 2400 atau bahkan lebih rendah dari 2400.
Anggap saat saya duduk di depan komputer selama 8 jam (rentang jam kerja) dengan aktivitas berjalan sana-sini dalam waktu singkat 800 kalori, kemudian jalan santai selama satu jam kalori yang terbakar sekitar 350 kalori, kemudian melakukan berbagai aktivitas lainnya anggaplah habis 600 kalori, kemudian saat tidur selama 6 jam dapat membakar 360 kalori. Jika ditotal dalam satu hari, saya membakar sekitar 2110 kalori, dengan kemungkinan bisa lebih, bisa juga kurang dari itu.
Lalu, dalam keseharian saya, asupan makan saya, dengan pola diet pagi, siang dan malam dengan menu yang sama, yaitu nasi dan lauk, sehingga total kalori saya 2200 per hari, maka saya surplus 90 kalori. Kemudian siklus ini dilakukan selama satu minggu, jadi total surplus kalori saya selama 1 minggu adalah 630 kalori. Ke mana kalori ini disimpan? Ya, kalori ini disimpan dalam bentuk lemak dan disimpan dalam tubuh kita, seperti di perut dan lengan.
Hasilnya apa? Jika kelebihan kalori ini akan terus menumpuk dan secara tidak langsung akan mempengaruhi bentuk tubuh dan menaikkan berat badan. Jika ini terjadi secara berlebihan, maka akan terjadi yang namanya obesitas. Ini lah mengapa, apabila kita mengonsumsi makanan secara berlebihan, meskipun memiliki manfaat kesehatan bagi tubuh kita pun akan berdampak buruk ke diri sendiri.
Makanan cepat saji dan pangan olahan memang memberikan kenikmatan dalam setiap gigitannya. Tapi, disetiap kenikmatan tersebut ada total kalori yang cukup besar. Seperti susu UHT yang biasa saya konsumsi dengan takaran saji 125 mL memiliki kalori sebesar 110. Saya mengonsumsi susu UHT ini dalam kemasan 250 mL yang artinya untuk 2 takaran saji, jadi, total kalori yang saya terima untuk 1 kotak susu UHT yaitu 220 kalori. Ini baru susu UHT yang biasa dipajang di minimarket, bagaimana dengan makanan lainnya atau minuman boba yang dulu sempat trending?