Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya memiliki hobi membaca dan menikmati konten visual yang berkaitan dengan sains, perkembangan teknologi, dan makanan. Tetapi tidak hanya di situ, saya juga tertarik dalam dunia otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sepertinya Istilah "Media Sosial" Sudah Tidak Relevan

12 Januari 2024   21:29 Diperbarui: 13 Januari 2024   12:26 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Website | Sumber: Carlos Muza

Media sosial, siapa yang tidak mengetahui istilah tersebut? Dari yang hanya mendengar, pengguna, bahkan sampai menjadikannya sebagai wadah pekerjaan. Media sosial sudah dikenal lintas generasi, maka dari itu tidak heran pada era globalisasi hingga industri 4.0 (saat ini), media sosial sudah melekat dalam kehidupan sehari hari. Kehadiran media sosial di dunia maya (internet) sungguh merubah sistem peradaban dalam hidup manusia.

Kentongan | Sumber: Museum Penerangan
Kentongan | Sumber: Museum Penerangan

Perubahan ini sejalan dengan sejarah perkembangan teknologi komunikasi. Sejarahnya, dahulu manusia berkomunikasi secara luring dengan bantuan alat sebagai isyarat darurat, seperti lonceng, peluit, teriakan, kentongan, atau apa pun yang berbunyi sebagai peringatan kepada masyarakat lokal. Pada masa ini, manusia berkomunikasi secara langsung, tatap muka, dan harus berpindah dari satu tempat ke tempat tujuan saat hendak berkomunikasi.

Setelah itu, muncul alat komunikasi jarak jauh, yaitu facsimile. Melalui facsimile (fax) kita dapat mengirim pesan melalui tulisan dan tulisan tersebut akan dicetak melalui mesin fax si penerima pesan. Kemudian berkembang menjadi telepon yang menjadi alat komunikasi jarak jauh dengan menangkap suara, baik secara lokal atau interlokal. Setelah itu, muncul pager, sebuah alat komunikasi yang seperti fax (menangkap pesan singkat) dan merekam suara seperti telepon.

Lalu mulai masuk dalam era komunikasi jamak dan lahir siaran radio yang menangkap frekuensi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh tiang pemancar, namun untuk radio hanya menyiarkan suara saja. Tidak berhenti sampai di situ, lahirlah siaran televisi, merupakan siaran komunikasi melalui gambar dan suara (yang kita nikmati sampai hari ini).

Ilustrasi Website | Sumber: Carlos Muza
Ilustrasi Website | Sumber: Carlos Muza

Selama perkembangan teknologi, internet juga sedang dikembangkan dan pertama kali diciptakan pada tahun 1968 (berada di era setelah pager) oleh ARPANET. Internet pada masa ini hanya untuk menghubungkan satu perangkat ke satu perangkat lain secara jarak jauh. Kemudian pada akhir 1970, seorang ilmuwan komputer, Vinton Cerf mengembangkan jaringan internet agar dapat menghubungkan ke banyak perangkat, sehingga bisa digunakan untuk berkomunikasi satu dengan lainnya.

Lalu, berkembang hingga pada tahun 1991, seorang programmer bernama Tim Berners-Lee menciptakan WWW (World Wide Web) yang membuat setiap orang dapat mengakses dan memperoleh informasi secara daring (seperti yang kita gunakan saat ini). Pada momen ini, banyak programmer yang berusaha membuat wadah komunikasi yang bisa mengirim pesan secara "real time" dan terkoneksi secara langsung. Mungkin untuk generasi milenial, pasti sudah mengenal sarana komunikasi seperti email, Yahoo! Messenger, Friendster, dan Skype, yang saat itu masih menggunakan komputer. Kemudian berkembang lagi dengan munculnya gawai yang dapat dibawa ke mana-mana dan memiliki kamera.

Ilustrasi Media Sosial | Sumber: Adem Ay
Ilustrasi Media Sosial | Sumber: Adem Ay

Akhirnya, media sosial yang awalnya hanya mengirim pesan secara "real time" atau bisa kita sebut sebagai "chat" kini, berkembang menjadi sarana telekomunikasi yang bisa mengambil gambar dan suara sekaligus hingga saat ini, kita mengenal WhatsApp, Facebook dan Instagram (dikenal sebagai Meta), kemudian twitter (dikenal sebagai X) dan masih banyak lainnya. Kehadiran media sosial ini membuat kita bisa mengetahui kabar baik dari keluarga atau kerabat kita secara mudah dan di mana pun kita berada.

Media sosial juga bisa sebagai wadah untuk membagikan keceriaan atau pencapaian yang kita raih dan ingin mengabadikannya secara digital. Maka dari itu, media sosial bertujuan untuk mempermudah menghubungkan setiap individu dengan individu lain di mana pun mereka berada agar mempererat silaturahmi. Hadirnya media sosial ini, sungguh mengubah cara manusia untuk saling terhubung secara daring dan tidak perlu lagi tatap muka secara langsung.

Nah, saya ingin mengajak kita untuk kembali ke waktu saat ini, di saat saya menulis dan kalian membaca tulisan saya. Saya memiliki pertanyaan untuk kita renungkan bersama-sama bahwa "Apakah pada saat ini media sosial masih dipergunakan sesuai dengan tujuan semula?". Mengapa pertanyaan ini muncul? Selama saya menggunakan media sosial kurang lebih 10 tahun (secara total), saya melihat banyak sekali perubahan yang terjadi.

Awalnya media sosial berfungsi sebagai tempat seseorang mencurahkan perasaan, berbagi cerita, berbagi kenangan melalui foto/video, malah kini berubah menjadi "ladang uang". Hampir yang saya lihat sekarang ini, di beragam media sosial sudah muncul unggahan berupa kampanye politik, iklan dagangan, iklan permainan, sponsor ini dan itu, belum lagi penyebaran informasi yang salah (hoax). Saat menulis artikel ini, saya berpikir apakah saatnya merubah istilah "Media Sosial" menjadi "Media Market Sosial" untuk bisa menggambarkan perubahan yang terjadi saat ini ?

Secara sadar, saya bisa mendapatkan banyak informasi bermanfaat dengan hadirnya media sosial. Tetapi saya juga mendapat pemikiran lain bahwa, apakah istilah media sosial ini masih valid dengan melihat kondisinya saat ini? Atau istilah media sosial ini valid ketika kita mempergunakannya untuk follow atau terkoneksi dengan akun yang hanya kita kenal dan membuat banyak akun supaya kita bisa memilah bahwa akun pertama untuk wadah sosial (terhubung dengan akun yang dikenal) kemudian akun ke-sekian untuk berniaga atau apa pun itu? Jika seperti itu, bukankah jadinya media market di lingkungan sosial makanya istilahnya menjadi Media Market Sosial?

Apakah para pembaca memiliki pemikiran yang sama dengan saya atau punya pandangan berbeda? Mari kita berbagi pandangan melalui kolom komentar ya.

Terima kasih sudah membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun