Mohon tunggu...
Bagaskara Raditya
Bagaskara Raditya Mohon Tunggu... Insinyur - Fresh Graduate S1 Teknik Elektro Universitas Telkom | Aktif mencari pekerjaan di bidang engineering

Perkenalkan, nama saya Bagaskara Raditya, saya berasal dari Bandung. Saya lulusan S1 Teknik Elektro Universitas Telkom.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hambatan-hambatan Utama Dalam Transisi Energi di Indonesia dan Cara Mengatasinya

3 Juni 2024   14:15 Diperbarui: 3 Juni 2024   14:22 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Pendahuluan. 

Menurut yang sudah saya pelajari pada kelas dasar transisi energi, hambatan-hambatan utama dalam transisi energy di Indonesia diantaranya adalah permasalahan Intermittency, Variabilitas dan pada Penyimpanan Energy. Seperti yang sudah saya sebutkan pada jawaban essay sebelumnya bahwa pemerintah harus berkomitmen dan konsisten, disertai dengan dukungan dari masyarakat untuk mewujudkan target 23% energy terbarukan pada tahun 2025. 

Menurut Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan bahwa "tantangan utama Indonesia dalam mencapai ketahanan energi adalah ketergantungan pada bahan bakar fosil, penurunan produksi minyak, dan permintaan energi nasional yang terus meningkat." Dalam upayanya mengatasi tantangan ini, Nicke menekankan pentingnya mendiversifikasi energi, memanfaatkan sumber daya energi lokal, dan memperluas akses ke sumber energi yang lebih bersih. 

Dikatakannya bahwa Indonesia memegang peranan strategis dalam rantai pasokan global dalam transisi energi, dengan kekayaan sumber energi terbarukan dan bahan-bahan esensial seperti nikel, bauksit, tembaga, serta potensi untuk Energi Terbarukan Nasional (NRE), Solusi Berbasis Alam (NBS), dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Nicke merinci tiga peran utama Pertamina dalam menghadapi tantangan energi yakni meningkatkan ketahanan energi untuk memastikan ketahanan energi nasional, dengan meningkatkan kapasitas pasokan.

 Lalu mobilisasi sumber daya domestic, dengan fokus mengurangi defisit perdagangan minyak dan gas. Dalam konteks ini, Pertamina telah mengambil langkah-langkah strategis, termasuk dekarbonisasi operasional, pendirian bisnis emisi karbon rendah, dan program penurunan karbon. Nicke menyampaikan dukungan kuat Pertamina terhadap NZE melibatkan transformasi dalam cara menjalankan bisnis dan mengelola operasi perusahaan untuk memprioritaskan keberlanjutan.

 Namun, Nicke juga mengakui, hambatan yang dihadapi Indonesia dalam mempercepat transisi energi. Faktor-faktor seperti akses ke pembiayaan yang kompetitif, kemajuan teknologi, pendanaan tahap awal, dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia masih menjadi tantangan. Dalam menyikapi hal ini, Nicke menegaskan pentingnya dukungan yang tepat dan dorongan melalui kemitraan strategis. "Saya percaya bahwa bisnis berkelanjutan dibangun melalui kekuatan kolaborasi dan kemitraan," imbuhnya. 

Sumber kutipan : https://tanahair.net/id/tantangan-utama-transisi-energi-ketergantungan-padabahan-bakar-fosil/ 

2. Penjelasan Permasalahan. 

a. Intermittency : Intermittency adalah suatu permasalahan yang berkesinambungan untuk energy pada waktu tertentu. Permasalahan awalnya bermula dari kebutuhan dan produksi dari energy yang tidak seimbang dan lebih condong ke kebutuhan, akibatnya pasokan listrik secara keseluruhan tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan pengguna listrik sehingga terjadinya pemadaman listrik. 

b. Variabilitas : Variabilitas adalah suatu permasalahan yang disebabkan oleh kurang sesuainya pembangunan pembangkit di daerahnya. Dampak yang akan terjadi pada permasalahan ini diantaranya adalah : 

- PLTS yang hanya sedikit beroperasi dikarenakan daerahnya sering mendung dan terjadi hujan, 

- PLTB yang terdapat di daerah angina yang tidak tertentu arahnya, 

- PLTMh yang dibangun di daerah sungai yang airnya tenang, dll. Sehingga hal tersebut yang menyebabkan pembangkit bekerja kurang optimal. 

c. Penyimpanan Energy : Permasalahan pada penyimpanan energy diantaranya adalah : 

- kapasitas serta ruangan penyimpanan yang terbatas, sehingga masih sulit untuk menyimpan energi dalam jumlah yang besar untuk keperluan industri atau penyedia layanan listrik. 

- Masa pakai atau umur suatu energy tersebut tida kekal (ada masa habisnya) yang disertai dengan proses yang masih mahal dan sulit untuk dilakukan pelaku usaha. 

- Diperlukan biaya yang sangat tinggi untuk skala besar. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi sektor bisnis dan penyedia layanan listrik yang ingin melakukan solusi pada suatu penyimpanan energy untuk saat ini. 

- Beberapa peraturan dan regulasi yang masih belum jelas dan hanya menguntungkan untuk ke sebelah pihak, yang menyebabkan permasalahan ini sulit untuk terselesaikan. Peraturan dan regulasi pada teknologi penyimpanan energy untuk saat ini masih berkembang dan berbeda-beda di berbagai negara. Ketidakpastian dalam regulasi dapat menghambat investor untuk menginvestasi dan mengembangkan teknologi penyimpanan energi. 

3. Cara Mengatasi Permasalahan. 

a. Intermittency : Untuk penanganan yang bisa dilakukan pada masalah ini, menurut saya harus dilakukan beberapa upaya dari pelaku usaha yang khususnya ingin berusaha pada bidang EBT yaitu dengan cara membangun pembangkit listrik terbarukan di daerah daerah yang kurang atau belum terpasok dengan energy listrik, sehingga beberapa kebutuhan pasokan listrik yang sebelumnya tidak dapat pasokan listrik akan mendapatkan pasokan listrik dan hal ini akan menyeimbangkan/meratakan pasokan listrik di seluruh daerah di Indonesia. 

b. Variabilitas : Untuk penanganan yang bisa dilakukan pada masalah ini, menurut saya harus dilakukan beberapa upaya diantaranya, pelaku usaha dapat bekerja sama dengan pemerintah ESDM untuk menggali informasi terkait peta persebaran energy dan melakukan riset alam seperti cuaca, sungai dan laut pada daerah tersebut, sehingga pembangkit yang dibangun oleh pelaku usaha dan pemerintahan dapat dibangun pada daerah yang tepat dan membuat pembangkit yang dapat bekerja secara optimal. 

c. Penyimpanan Energy : Untuk penanganan yang bisa dilakukan pada masalah ini, menurut saya harus dilakukan beberapa upaya diantaranya, membuat baterai penyimpanan dengan kapasitas yang besar Battery Energy Storage System (BESS) dan membuat Compressed Air Energy Storage (CAES) di beberapa titik pada peta persebaran energy secara merata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun