Berbicara mengenai energi baru terbarukan memanglah asyik. Berbagai hal yang kita kira tidak berguna bisa disulap menjadi bahan baku untuk menciptakan energi. Salah satunya yang paling nge-trend saat ini yaitu bioenergy. Bioenergi merupakan energi yang diperoleh/ dibangkitkan/berasal dari biomassa atau sumber organik. Bioenergi terbagi dalam tiga jenis sumber energi, yaitu: biofuel, biogas, dan biomassa.
Bioenergi menjadi energi yang nge-hits dikembangkan di Indonesia. Bukan hanya karena karena sumber energinya mudah ditemukan di Indonesia tetapi juga karena variannya yang beraneka ragam. Bioenergi merupakan energi terbarukan yang paling lengkap. Bioenergi ini tidak hanya bisa diolah menjadi listrik. Banyak variasi yang ada seperti, biofuel pengganti bahan bakar fosil, biogas pengganti gas bumi, dan biomassa pengganti batubara.
Beberapa tahun belakangan, bioenergy hangat diperbincangkan diberbagai lini diskusi mengenai energi baru terbarukan. Hal ini karena potensinya di Indonesia sangatlah melimpah. Berbagai jenis tanaman yang tumbuh di Indonesia dapat dimanfaatkan menjadi bienergi. Berbagai factor mendukung perkembangan sector EBT ini untuk terus maju di Indonesia.
- Sebagai solusi ketahanan energi nasional masa depan
Produksi minyak bumi dan batubara nasional mencapai angka tertinggi pada dekade 2000-an, tetapi diperkirakan akan mengalami penurunan hingga tahun 2025. Keadaan ini mengindikasikan ancaman terhadap ketahanan energi nasional. Untuk mengatasi hal tersebut, Indonesia melakukan impor minyak bumi dan batubara yang semakin tinggi mulai tahun 2007 dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2025. Namun hal ini, akan menguras devisa negara dan pada akhir nya pula sumber energi fosil dunia akan habis. Untuk itu diperlukan gerakan dini pemerintah dalam upaya menjaga ketahanan energi nasional dengan menggunakan bioenergy. Energi alternatif ini akan mengurangi tekanan impor dan mengatasi ancaman keamanan energi nasional.
- Upaya Indonesia dalam menggunakan energi bersih
Penggunanan bioenergy juga termasuk dalam upaya Indonesia menggunakan energi bersih (celan energy) untuk mengurangi dampak negative emisi gas rumah kaca (GRK) akibat menggunakan fosil. Walaupun demikian, bioenergi belum dapat dikatakan sebagai energi bersih karena terkait dengan proses produksi yang masih belum sepenuhnya lestari. Namun bioenergi tetap dipandang sebagai energi yang lebih ramah lingkungan daripada energi fosil karena energi ini dihasilkan oleh aktivitas produksi pertanian. Pada gilirannya, emisi karbon yang dihasilkan oleh pembakaran bioenergi dapat diserap kembali ke dalam sistem siklus karbon aktivitas pertanian.
- Pengendali komoditas pertanian dan perkebunan nasional
Dalam hal ini, pengembangan biodiesel berbasis Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia menjadi salah satu tindakan untuk mengendalikan pasokan minyak sawit ke pasar global, yang diharapkan akan mendorong harga minyak sawit internasional naik dan menggairahkan kembali sektor kelapa sawit di Indonesia.
- Mendorong ekonomi kerakyatan
Bioenergi juga menjadi salah satu solusi untuk mendorong ekonomi kerakyatan melalui pembangunan pertanian dan perkebunan. Permintaan bahan baku bioenergi yang besar pastinya akan mendorong peningkatan produksi biomassa yang akan mendorong tumbuhnya industri bioenergi, perluasan kesempatan kerja, peningkatan penerimaan negara, dan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu produk perkebunan yang marak dijadikan bioenergy adalah komoditas kelapa sawit. Banyak potensi energi yang bisa diambil dari kelapa sawit. Dari minyak kelapa sawitnya, cangkang sawit, serat sawit, sampai limbar cairnya berpotensi sebagai sumber energi. Menurut, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (2020), mencatat bahwa semester I 2020, produksi minyak kelapa sawit nasional dan turunannya tercatat sebesar 23,47 juta ton. Bahkan Badan Pengola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memproyeksikan produksi CPO tahun ini akan mencapai 52,3 juta ton. Ini merupakan potensi yang sangat besar.
Disamping biofuel, kita juga punya untuk listrik, jadi secara teoritis kita punya hampir 800 pabrik kelapa sawit se-Indonesia jadi secara potensi kita punya sekitar 8730 MW. Belum lagi potensi cangkang sawit sebagai bahan bakar co firing batubara PLTU. Bahkan Jepang telah memesan 10 juta ton per tahun cangkang sawit untuk dijadikan bahan co firing. Di sisi lain, potensi Palm Oil Mill Effluent (POME) juga sangatlah besar. POME banyak digunakan sebagao bahan bakar biogas yang kemudian dijadikan listrik. Tidak menutup kemungkinan juga, di masa yang akan datang biogas POME dapat menggantikan LPG dari fosil yang dipakai saat ini. Â
Kelapa sawit juga dipandang positif karena kemampuannya menghasilkan minyak yang jauh lebih banyak dari minyak nabati lainnya pada satu hektar lahan. Dengan besarnya kontribusi tersebut, kelapa sawit dipandang menjadi raja biomassa untuk menggerakkan perekonomian sekaligus menopang industri bioenergi di Indonesia.
Terlepas dari potensinya, kritik yang sangat tajam terhadap sektor kelapa sawit dalam kaitannya dengan ekspansi perkebunan kelapa sawit, konversi lahan, dan dampak negatif pada hilangnya keanekaragaman hayati, hilangnya cadangan karbon dan gangguan terhadap ekosistem, serta ancaman terhadap keamanan pangan akibat pengembangan bioenergi berbasis kelapa sawit juga banyak bermunculan. Namun, berbagai peraturan, moratorium telah diterbitkan untuk menganggulangi isu tersebut. Tinggal sekarang tugas kita, sebagai generasi masa depan menyikapi hal ini. Akankah kelapa sawit akan tetap menjadi raja bioenergy Indonesia di masa depan ? Â