Mohon tunggu...
Bagas Hayujatmiko
Bagas Hayujatmiko Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger dan Dreamer

Seorang pengangguran banyak acara yang hobinya mengkhayal dan menulis. Cita-cita masa kecil pengen masuk Hogwarts, tapi tidak seberani Gryffindor, tidak sepintar Ravenclaw, tidak sebaik Hufflepuff, tidak selicik Slytherin.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Standar Penampilan? Tidak Apa-apa Jika Ada, tapi... Tidak!

17 Desember 2021   15:00 Diperbarui: 17 Desember 2021   15:04 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika aku tidak cocok dengan standar kecantikan saat ini, aku akan membuat standar kecantikanku sendiri."

Kira-kira itulah yang diucapkan oleh Hwasa, seorang idol perempuan asal Korea Selatan yang merupakan anggota termuda dari girl group Mamamoo. Ia mengucapkannya saat Mamamoo mengadakan konser Mamamoo "4 Seasons S/S" yang diselenggarakan tahun 2019. Dalam konser itu, pemilik nama asli Ahn Hyejin itu bercerita soal mimpinya menjadi penyanyi. "Saat itu aku audisi di salah satu agensi besar. Mereka bilang suaramu bagus, tapi wajahmu...," ucapnya. Hwasa yang masih remaja pun menangis di kamarnya setelah mendapat penolakan seperti itu.

Lalu, kemarin sebuah video Youtube yang diunggah oleh kanal "ODG" menampilkan beberapa pelajar yang ditemani oleh seorang penyanyi terkenal dan penyanyi itu bernyanyi untuk para pelajar itu. Penyanyi yang datang adalah rapper legendaris Korea Selatan, Yoon Mirae. Ia menyanyikan lagu "Black Hapiness" yang ia ciptakan ketika menghadapi "penghakiman" dari orang-orang di sekitarnya karena dia adalah blasteran Korea dan Amerika berkulit hitam.

Dan ternyata, salah satu pelajar laki-laki menangis karena bisa relate dengan lagu itu. Ia akhirnya bercerita kalau impiannya adalah menjadi aktor, namun teman-temannya langsung menilai kalau dia tidak pantas jadi aktor karena tubuhnya yang tambun dan wajahnya yang, menurut teman-temannya, tidak tampan.

Contoh-contoh di atas memang diambil di Korea Selatan. Namun, kasus body shaming itu memang terjadi di manapun dan dialami oleh siapapun, termasuk laki-laki. Dan jangan salah, meskipun laki-laki terkesan tak acuh, mereka bisa jadi menyimpan sakit hati itu dalam-dalam. Seperti pada artikel saya sebelumnya tentang toxic masculinity, sebagian laki-laki tidak bisa dan tidak terlatih untuk mengungkapkan perasaannya.

Setiap negara memiliki standar kecantikan dan ketampanan masing-masing. Sebenarnya sah-sah saja memiliki standar penampilan. Sebagian orang pun punya kriteria fisik masing-masing dalam memilih pasangan. Sah-sah saja. Yang tidak boleh adalah ketika standar yang ada dipakai untuk menyakiti orang lain. Seperti contoh yang diucapkan oleh seorang juri audisi pada Hwasa di atas. Jika ingin menolak, tidak perlu mengucapkan hal menyakitkan seperti itu soal fisiknya.

Dan sekarang dia adalah salah satu it girl Korea. Hahaha!

Yang saya sangat sayangkan adalah ketika seseorang yang dirundung karena tidak memenuhi standar penampilan setempat, akhirnya mereka merasa dirinya tidak berguna dan menutup semua potensi yang ada dalam dirinya. Hwasa dan Yoon Mirae serta beberapa orang lainnya adalah sebagian dari mereka yang memiliki jiwa kuat dan punya sisi rebel dalam diri mereka. Sehingga penilaian orang tentang fisik justru memicu mereka untuk bekerja keras. Tapi, tidak sedikit juga yang seperti murid laki-laki di atas, yang merasa down karena penampilan fisiknya yang dianggap jelek.

Teruntuk kita yang mengalami hal yang sama seperti murid laki-laki di atas, semangat! Jangan biarkan penilaian dan penghakiman mereka menjatuhkanmu. Tunjukkan kalau kamu bisa jadi apapun yang kamu inginkan. Karena pada akhirnya, kualitas dirimu akan selalu menang. Ingin jadi penyanyi? Suaramu yang akan dinilai. Ingin jadi aktor? Aktingmu yang akan dinilai.Jika kamu mampu mengembangkan potensimu, kamu akan "cantik" dan "tampan" dengan sendirinya.

Dan teruntuk kita yang masih memiliki standar penampilan, tidak apa-apa. Sah-sah saja jika kita memiliki standar itu. Tapi, jangan gunakan standar itu untuk menyakiti siapapun, termasuk diri sendiri. Jangan bandingkan dirimu dengan dia yang kamu anggap cantik atau tampan. Jangan juga bandingkan orang lain dengan standar penampilanmu. Kamu, orang-orang sekitarmu dan panutan standar penampilanmu adalah manusia yang berbeda-beda. Kita semua punya keunikan masing-masing.

Ingat satu hal: Kita tidak bisa jadi seperti dia, tapi kita bisa jadi versi terbaik diri kita sendiri dalam hal apapun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun