Mohon tunggu...
Bagas Candrakanta
Bagas Candrakanta Mohon Tunggu... Mahasiswa -

SMI - Sopan Mengelaborasi Ide

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keresahan Itu Kabar Baik

10 Januari 2017   07:03 Diperbarui: 10 Januari 2017   07:26 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : eletforma.hu

Berpikir Terlalu Jauh | Penulis sering kali berpikir terlalu jauh untuk mendapatkan sebuah ide. Bahkan, terkadang, apa yang saya bicarakan terlalu jauh dari apa yang sebenarnya saya dapat bicarakan. Saya seperti menjadi salah satu karakter di film animasi SING, Mike, yang ingin terlihat selalu menyenangkan, karena selalu membicarakan apa yang orang ingin dengar. 

Malam tadi, saya menyadari jika ingin mendapatkan ide untuk diceritakan, tidak perlu di cari jauh-jauh. Cukup lihat di sekeliling saya. Ini seperti salah satu tipe rap, freestyle, dimana membuat sebuah nyanyian berdasarkan keadaan sekitar. Meja, papan tulis, tempat tidur, bahkan gayung, bisa dijadikan sebagai bahan freestyle. Saya sempat membaca di salah satu artikel di sini (maaf, saya lupa siapa penulisnya), yang mengatakan bahwa tahapan pertama yang bisa dengan mudah kita ambil sebagai proses aspirasi dan aktualisasi diri, adalah menulis. 

Melalui menulis, saya sedikit tahu dimana minat saya. Melalui menulis, saya paham apa yang bisa saya bicarakan. Melalui menulis, saya seperti lebih mengenal diri sendiri, yang sangat sulit diketahui banyak orang, terutama pemuda.

| Unik |

Saya pernah menonton sebuah acara televisi yang bercerita tentang sebuah usaha cuci sepatu di Kota Palembang. Saat mendengar jenis usaha ini, saya langsung tertarik mengikuti acara ini sampai usai. Saya sadar, banyak sekali jenis usaha yang unik-unik, dan ini saya yakinkan sebagai salah satunya. Dimana yang kita butuhkan cukup waktu sekitar 15 menit, sepatu bisa kita bersihkan sendiri. Hadirlah usaha ini. Usaha ini terdiri dari 2 jenis kegiatan,  fast cleaning dan deep cleaning. 

Sesuai namanya, fast cleaning diperuntukkan untuk pihak yang memiliki kesibukan bagaikan RI 1. Sepatu tidak perlu dilepas dari kaki, dan kita didudukan di sebuah kursi yang dinamakan kursi raja. Bagi teman-teman yang ingin merasakan menjadi raja sekitar 30 menit, ini adalah tempat yang ideal. 

Sambil menunggu salah satu ahli membersihkan sepatu, kita bisa memainkan kebiasaan zaman milenial, smartphone. Deep cleaning berarti sepatu harus ditinggal. Ucapkan selamat tinggal menjadi raja. Deep cleaning membersihkan keseluruhan sepatu, sampai kedalam-dalamnya. Sepatu juga dicat ulang dengan menggunakan bahan cat yang top, apabila ditemukan warna yang memudar. Saat diwawancarai bagaimana mendapatkan ide usaha seperti ini, pemilik usaha menjawab, dari teman-teman yang mempunyai keresahan dengan sepatunya. Setelah menonton acara ini, saya belajar bahwa tidak perlu berpikir terlalu dalam untuk mencari sebuah ide. Cukup lebih peka dengan keadaan sekitar dan bertanya di depan cermin, “apa keresahanmu?”

| Mulai Dari Keresahan |

Hal ini sempat dijelaskan oleh Raditya Dika, penulis yang baru-baru ini memperoleh penonton 2 juta lebih untuk film besutannya, Hangout. Pemilik akun twitter dengan jumlah followers belasan juta ini mengatakan, bahwa ide itu bisa dicari dan digali. Bukan menunggu datangnya ilham. Bagaimana mencarinya? Bertanya dengan diri sendiri apa keresahan kita. 

Apa yang membuat kita kesal? Beliau mencontohkan, pengalaman tidak menyenangkan saat di lampu  merah pun bisa dijadikan bahan karya. Sosok yang dijadikan banyak orang sebagai alasan munculnya stand-up comedy di Indonesia ini, percaya dengan cara inilah kita bisa memiliki ide yang kita harapkan. Ide yang dapat kita katakan, “Gue banget!”. Tidak perlu menjadi orang lain dalam berkarya. Dari Raditya Dika, saya belajar bahwa untuk berkarya cukup ‘meresahkan’ diri sendiri. Terdengar sederhana tapi rumit saat dicoba, ya. But it’s worth itto try.

| Menjadi Keresahan Bersama |

Hal senada juga bisa saya dapatkan dari Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax, yang pada akhir tahun lalu menciptakan sebuah database terbuka, Turn Back Hoax, dimana semua pihak bisa membaca dan membagikan kejadian-kejadian bohong yang ada sekitar mereka. Saat diwawancarai di sebuah siaran televisi, salah satu perwakilan Turn Back Hoax, mengatakan bahwa sumber ide munculnya aplikasi berbasis crowdsourcing ini adalah dari banyaknya konten yang menyesatkan di dunia maya, yang menyebabkan keresahan banyak pihak. Semua orang di Indonesia pun mempunyai sebuah akses penyebaran kejadian bohong. Aplikasi ini akan semakin dahsyat apabila tingkat keterlibatan massa, lebih banyak. 

Dari aplikasi anti Hoax ini, saya lagi-lagi belajar bahwa dari keresahan kita dan banyak orang, saya bisa menciptakan sebuah karya yang dapat dijadikan banyak orang sebagai langkah pertama dalam menanggulangi keresahan. Dengan lebih peka terhadap keresahan dan mau bergerak, tampaknya, saya tidak mempunyai waktu untuk mencari ide terlalu jauh.

Pada akhirnya, banyak sekali kejadian di sekitar saya yang dapat diserap dengan baik. Saya, yang selama ini hanya dapat menjelek-jelekan keadaan sekitar, bisa memanfaatkan Kompasiana sebagai sarana aspirasi dan aktualisasi diri. Sekarang saya paham bahwa untuk mendapatkan sebuah gagasan cukup dari keresahan pribadi, yang dikemas dengan baik. Saya tidak perlu mencari-cari terlalu jauh.

Yang saya butuhkan hanyalah lebih berteman dengan diri sendiri dan paham mana porsi saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun