Mohon tunggu...
Bagas Candrakanta
Bagas Candrakanta Mohon Tunggu... Mahasiswa -

SMI - Sopan Mengelaborasi Ide

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang Tua yang Terus Berkarya

9 Januari 2017   07:33 Diperbarui: 9 Januari 2017   07:56 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang Tua Yang Berkarya | Banyak orang bangga dengan usianya yang masih muda atau produktif. Sampai-sampai ada kata-kata seperti, “maklum udah tua” sebagai alasan toleransi kita yang muda. Bahkan untuk lebih ‘menghormati’ mereka yang sudah berusia, kita menggunakan istilah 'senior' atau 'berpengalaman'. Yang muda merasa berapi-api dibanding dengan yang berusia. Yang produktif menganggap sang senior sudah ‘tumpul’. Itulah yang penulis lakukan belakangan ini. Saya sering melakukan tindakan yang seharusnya, apabila rem pakem, tidak dilakukan. Munculnya ide untuk menulis artikel ini adalah simbol kesadaran terhadap perbuatan yang harus dikoreksi,  yaitu perlakuan ke orang tua. Saya pernah membaca (lupa dimana), jika ingin menjadi individu yang bertumbuh, bergaulah sama anak-anak atau orang tua. Wadohh... !

Genuine

RI 1 nomor urut 3, B.J Habibie. Di usianya yang pada tanggal 25 juni nanti, 81tahun, beliau masih menyempatkan waktu bermain untuk cucu dan cicitnya, untuk membimbing produksi film tentang dirinya. Beliau juga disibukkan dengan menulis buku sebagai tanda bukti keengganannya untuk menurut pada usia. Padahal di usia tersebut, banyak orang menganggap, sah-sah saja untuk bersantai-santai. Saya pernah menonton behind the scene film Rudy Habibie, dimana para aktor dan aktris ditanya tentang sosok Pak Habibie. Jawaban yang mudah terprediksi adalah, pasti memuji beliau. Jadi keliru kalau kita masih penasaran. Rasa penasaran yang paling tepat adalah memujinya seperti apa. Semua aktor dan aktris kompak mengatakan Pak Habibie adalah sosok yang genuine. Selalu beraktivitas. Selalu ada saja yang dikerjakan beliau.

Superman

Saat Pak Ahok diminta komentar tentang film terbaru Ernest Prakasa (Cek Toko Sebelah), Pak Ahok menjawab bahwa film tersebut benar-benar sesuai dengan kehidupan masyarakat keturunan Chinese di Indonesia. Beliau menceritakan bahwa salah satu dari anggota keluarganya, yang sudah berusia 90 tahun lebih, masih berkegiatan mengurusi toko kelontong. Masih melakukan yang namanya menimbang beras, menghitung pemasukkan, dan lain-lain. Tampaknya,  jika saya ditanya oleh anak kecil superman itu seperti apa, saya akan menjawab seperti pengurus toko kelontong ini. Paman saya pun masih rajin mengurusi toko kelontongnya. Masih rajin mengangkut kardus mie, merekatkan kemasan keripik dengan lilin, dan memanjat untuk mengambil barang yang diletakkan di rak bagian atas. Izinkan saya untuk mengatakan kata-kata Pak Mario Teguh, Super!

Bukti dan Saksi

Kita akan sangat mudah mendapati para ‘senior’ di Kompasiana. Sangat banyak yang bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk menciptakan artikel menarik. Sebut saja Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Ina Tanaya. Saya tidak mengenal mereka dengan baik, tapi saya mengenal hasil karya melalui ketikan tangannya. Saya yakin, inilah yang dirasakan anggota Kompasiana lainnya. Mereka berdua (tentunya masih banyak lagi) menjadi bukti bahwa umur hanya sekadar angka. Kita menjadi saksi dan penonton.

3 contoh yang saya sebutkan diatas hanya sebagian kecil bukti kalau orang tua menyukai aktivitas, menyukai karya. Masih banyak mereka yang menolak tuntutan usia. Mari saya bandingkan dengan saya. Jangankan mengangkat beras, untuk mencuci beras, yang notabenenya untuk makan sendiri saja, masih ogah-ogahan. Mendapatkan liburan seminggu diisi dengan kegiatan baring di atas kasur sambil memainkan telepon pintar serta kaki yang tampaknya mengkhianati untuk digunakan karena sudah ada kemudahan tranportasi.

Jika semua manusia di bumi bisa diukur tingkat kemalasannya, mudah diprediksi siapa pemenangnya. Saya akan menjadi orang yang paling banyak memenangkan 'piala' tersebut. Kita masih banyak mendapati orang tua menyempatkan diri untuk menyiram tanaman. Tetapi kita jarang melihat anak muda menghentikan kegiatan mereka yang berbau smartphone. Saya yang masih sungguh muda tapi kalah ‘muda’ sama yang sudah tidak muda. Kemunduran zaman ?

Jadi, orang tua dapat merespon pernyataan, “Yang Muda Yang Berkarya” dengan, “Hei, Kami Belum Usai”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun