Mohon tunggu...
Bagas Asmara
Bagas Asmara Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa

Only teenagers like movies.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pengalaman Pertama Kali Membuat Film Dokumenter

26 Juli 2023   06:00 Diperbarui: 26 Juli 2023   06:15 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Dokumenter "Format Lama" (Dokpri)

Saya adalah mahasiswa semester 8 Ilmu komunikasi di Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Penjurusan yang saya ambil dari universitas itu adalah Jurnalistik. Saya belajar menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Di sini saya juga memiliki ketertarikan dengan film, foto dan editing.

Saya ingin bercerita tentang pengalaman saya dan teman-teman kuliah saya membuat film dokumenter. Ini adalah film dokumenter pertama kali yang kami buat, film dokumenter ini berjudul "Format Lama" yang bercerita tentang perjalanan seorang penari jathil lanang Sampan dan Andik yang berasal dari grup Reog Sepuh desa Bedingin, Ponorogo.

Film ini kami buat ketika liburan kuliah berakhirnya semester 5 disaat ramainya Covid-19 di pertengahan tahun 2021. Sebelum keluarnya ide untuk membuat film dokumenter tersebut kegiatan keseharian kami pada saat itu cuma ngopi dan nongkrong tidak jelas. 

Pada akhirnya kami merasa jenuh dengan kegiatan sehari -- hari yang hanya begitu saja, dikala kejenuhan ini tiba -- tiba ada teman saya mempunyai ide yang cukup menarik yaitu membuat film dokumenter. 

Semua sedikit agak ragu wajar, karena kami tidak memiliki alat yang mendukung ditambah ini pertama kalinya kami membuat film dokumenter, tetapi dari pada kami mengisi kegiatan hari libur ini dengan kegiatan yang tidak jelas dan tidak menghasilkan apa -- apa, lebih baik kami isi dengan mencoba suatu hal baru yang belum pernah kami coba.

Keesokan harinya setelah kita sepakat untuk membuat film, kami satu grup yang terdiri dari 4 anak pun membuat janji, untuk berkumpul membagi jobdesk masing -- masing dan memikirkan ide cerita film  yang nantinya akan kami buat bersama-sama. Pertemuan ini menghasilkan sebuah kesepakatan untuk membuat film yang menceritakan tentang perjalanan seorang penari Jathil lanang.

Di hari selanjutnya dibahas lagi tentang alur cerita secara detail. Secara umum, film ini akan menceritakan tentang perjalan seorang jathil lanang dan memberikan pandangan terkait stigma "Jathil lanang adalah gemblak" yang selalu melekat pada penari jathil lanang tersebut. Dan bertujuan untuk mengedukasi masyarakat luas agar mengerti apa itu Jathil lanang dan apa itu gemblak.

Setelah konsep film ini selesai dibuat, selanjutnya kami riset terlebih dahulu dimana Paguyuban Reog Sepuh Jathil Lanang berada dan mencari beberapa narasumber untuk diwawancarai terkait Jathil lanang tersebut.

Gambar 1. Proses Riset Jathil Lanang di Desa Bedingin (Dokpri)
Gambar 1. Proses Riset Jathil Lanang di Desa Bedingin (Dokpri)

Setelah menemui dan berdiskusi dengan narasumber Paguyuban Reog Sepuh Bedingin akhirnya permintaan kami untuk membuat film dokumentar tentang film Jathil Lanang disetujui. 

Disini kami juga bertemu dengan Pak Lurah desa Bedingan dan Mas Andik, Mbah sampan selaku penari jathil lanang kami disambut dengan sangat ramah. Sebelum kami  syuting, kami melakukan pendeketan terlebih dahulu dengan berkunjung ke rumah narasumber dan ikut  melakukan kegiatan sehari -- hari seperti bertanam disawah, agar menjalin chemistry dan tidak terlalu kaku ketika waktunya syuting nanti.

Gambar 2. Melakukan Kegiatan Keseharian Narasumber (Dokpri)
Gambar 2. Melakukan Kegiatan Keseharian Narasumber (Dokpri)

Pada akhirnya kita masuk ke tahap produksi film selama proses produksi berlangsung, dilakukan pengambilan gambar tentang kegiatan sehari-hari Sampan dan Andi. 

Selain itu kami juga melakukan pengambilan gambar kegiatan Sampan dan Andi bersama Paguyuban Reog Sepuh serta pengambilan gambar wawancara bersama Sampan,Andi dan Rido untuk sebagai subjek dalam film dokumenter ini juga dilakukan selama produksi. Semua pengambilan gambar dilakukan menggunakan kamera mirrorless Sony A6000 dan Canon M50. 

Saat pengambilan gambar kami menggunakan beberapa Teknik yaitu long shot, medium shot, dan close up, dalam proses produksi kami juga mengumpulkan file vidio dokumentasi Jathil Lanang grup Reog Sepuh dari arsip tim multimedia yang ada di Desa Bedingin ini untuk dijadikan footage tambahan. Setelah proses produksi selesai kami melakukan pendataan dengan melihat kembali hasil pengambilan gambar dan footage.

Gambar 3. Proses Pengambilan Gambar selama Produksi (Dokpri)
Gambar 3. Proses Pengambilan Gambar selama Produksi (Dokpri)

Setelah proses produksi selesai dilakukan selanjutnya adalah proses editing film. Dalam Proses editing film terbagi dalam dua tahap, yaitu tahap off-line dan tahap on-line. 

Pada tahap off-line, editor melakukan proses rough cut atau penyuntingan dan penyusunan materi sesuai dengan editing script yang telah dibuat. Setelah semua materi tersusun secara kasar maka dapat terlihat bagaimana alur cerita pada film dokumenter, sampai akhirnya memasuki final cut. 

Setelah tahap editing off-line selesai, maka selanjutnya memasuki tahap editing on-line. Pada tahap ini editor akan melakukan colour grading, sound effect, dan rendering. 

Pada proses rendering, semua materi yang telah melawati seluruh proses editing akan di export ke dalam bentuk format MP4 dengan resolusi 1920x1080 kualitas HD.

Untuk mendistribusikan film ini kepada penonton luas, kami mengunggah film ini melalui channel youtube kami yang bernama Swa Suara. Alasan kami memilih youtube sebagai media distribusi karena dapat menjangkau penonton yang sangat luas. 

Selain itu, kami juga mengikutkan film ini ke festival film dokumenter dengan tujuan mengedukasi masyarakat Ponorogo dan masyarakat luar Ponorogo tentang keberadaan jathil Lanang ini. Selama proses pembuatan film dokuemnter ini kami juga di dukung oleh prodi Ilmu Komunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun