Kompetisi sepak bola Indonesia terhenti sejak Maret lalu karena pandemi Covid-19. Rencana dimulainya kembali kompetisi sepak bola kasta tertinggi Tanah Air tetiba terhenti secara mendadak. Hanya dua hari sebelum pertandingan perdana di masa pandemi, pihak kepolisian mengumumkan penolakan penerbitan izin keramaian yang diperlukan guna melaksanakan pertandingan. Ujar Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono dalam keterangannya, salah satu pertimbangan adalah angka penularan Covid-19 di masyarakat yang masih terus meningkat. Kemudian, Polri sebelumnya sudah mengeluarkan maklumat dan penegasan tidak akan keluarkan izin keramaian di semua tingkatan.
"Polri bersama TNI serta stakeholder terkait sedang konsentrasi mendukung kebijakan pemerintah, melaksanakan Operasi Yustisi di semua jajaran," ungkap Argo. Polri memiliki alasan pihaknya tidak menerbitkan izin keramaian dalam berbagai tingkat tertentu karena situasi pandemi virus corona di Indonesia yang belum membaik.
PT. LIB sendiri menyusun prosedur standar operasi pencegahan Covid-19 yang dipaparkan kepada semua klub. Prosedur itu mengacu kepada ketentuan WHO, Satgas Penanganan Covid-19, FIFA, dan AFC. Salah satu protokol itu ialah melakukan tes usap setiap 14 hari untuk semua pihak yang terlibat pertandingan. Satgas Penanganan Covid-19 rencananya memantau dan berkoordinasi secara langsung terhadap pelaksanaan protokoler kesehatan di kompetisi nasional, baik di Liga 1 maupun Liga 2.
Satgas Penanganan Covid-19 Nasional menilai pelaksanaan liga sepak bola di masa pandemi Covid-19 perlu dilakukan dengan mempertimbangkan status zona lokasi.
Tidak semua zona lokasi tempat terselenggaranya suatu pertandingan tersebut sudah bisa melaksanakan. Masih banyak daerah yang tingkat penyebaran kasus virus corona terbilang masih cukup tinggi. Faktor-faktor penentu lain dalam membangun kesiapan pembukaan pertandingan kembali, belum seutuhnya siap.
Berharap penundaan kembalinya kompetisi sepak bola Indonesia ini hanya untuk waktu satu bulan kedepan. Jika lebih dari itu, maka kompetisi musim 2020 akan terancam batal sama sekali dan akan membuat jadwal lainnya mundur sehubungan berlangsungnya sejumlah perhelatan sepak bola internasional yang diikuti Indonesia seperti Piala Dunia U-20 dan piala AFF.
Saat ini kurva penambahan kasus Covid-19 di Indonesia sedang tinggi. Maka, apa pun aktivitasnya jika tingkat kenaikannya seperti saat ini, yang bersifat banyak orang, tetap akan ada risiko penularan yang tinggi dan sudah  seharusnya dihindari terlebih dahulu.
Hal itu tidak dapat dihindari dengan hanya melakukan berbagai upaya pencegahan. Terlebih, klub sepak bola yang akan bertanding tidak hanya berasal dari satu daerah saja, tetapi dari berbagai daerah yang dapat memunculkan potensi penularan. Selain itu, dalam laga sepak bola juga terjadi kontak fisik yang tidak bisa dihindari. Ditambah lagi faktor pendukung fanatik di Indonesia yang cenderung melanggar aturan walau sudah dilarang hadir di stadion. Tidak ada jaminan benar-benar "bersih" di dalam lapangan karena kenekatan pendukung fanatik tersebut. Selain itu, dikhawatirkan terjadi penularan dari dalam lingkup tim kesebelasan itu sendiri. Misalnya terjadi penularan di kamar ganti pemain dan di bench pemain.
Sepakbola bisa menjadi suatu terapi dan bahkan dapat mengembalikan mood sejumlah orang di tengah pandemi seperti sekarang ini. Bukan hanya sekadar simbol kelahiran kembali atau balik ke normalitas, kita terkhusus penikmat sepakbola sangat merindukan, tetapi juga memiliki hal-hal lain untuk dipikirkan. Dan berharap bisa melihat musim ini akan dapat diselesaikan. Melihat bagaimana animo masyarakat terkhusus para pendukung fanatik tim kebanggaannya dengan segala pelik masalah di luar sana, tidak ada kata lain selain hiburan yang membuat keluh kesah itu semua sirna. Sebagian orang menganggap sepakbola ialah hiburan yang sangat menarik untuk dinanti, terlepas dari digelarnya tanpa kehadiran penonton. Itu sudah menjadi kebahagiaan tersendiri. Ketika ada ketidakpastian, hal tersebut mengarah pada ketakutan dan risiko kehancuran ekonomi, bukan hanya dalam olahraga saja. Kita semua harus berkontribusi untuk menurunkan tingkat penyebaran virus covid-19 ini.
Ini aturan pun sebaiknya ditujukan untuk ajang pesta demokrasi pilkada serentak yang tentu saja akan memantik perkumpulan orang. Kebijakan seharusnya berbasis pengetahuan. Tidak hanya dilihat dari faktor mana yang lebih penting untuk diselenggarakan, politik atau itu olahraga. Namun lebih mengedepankan kemaslahatan dan kesehatan bersama.
Ini memang sudah keputusan terbaik untuk menghentikan sementara kegiatan apa pun itu termasuk sepakbola yang terbilang sangat minim dalam terciptanya upaya jaga jarak dan itu sulit. Namun berharap protokol kesehatan dalam olahraga telah memenuhi standar, sehingga dapat kembali diselenggarakan. Serta komitmen seluruh elemen yang terkait untuk patuh dan disiplin dalam upaya pencegahan klaster baru virus corona.