Mohon tunggu...
Bagas Anugrah Permata Putra
Bagas Anugrah Permata Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, NIM 23107030052

Hidup seperti Laryy!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Program Makan Siang Gratis Prabowo: Beban Fiskal atau Investasi Masa Depan?

15 Juni 2024   10:56 Diperbarui: 15 Juni 2024   11:05 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Morgan Stanley baru-baru ini menurunkan peringkat saham-saham di Indonesia menjadi "underweight". Keputusan ini diambil berdasarkan kekhawatiran terhadap risiko ketidakpastian fiskal di masa pemerintahan Prabowo Subianto. Salah satu aspek yang menjadi sorotan adalah program makan siang gratis yang diinisiasi oleh Prabowo, yang dianggap dapat membebani keuangan pemerintah secara signifikan. Selain itu, penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang membebani rupiah turut menjadi faktor penurunan peringkat ini.

Ketidakpastian Kebijakan Fiskal

Menurut Analis Morgan Stanley, Daniel Blake, ketidakpastian terkait arah kebijakan fiskal di masa depan serta pelemahan pasar valuta asing di tengah tingginya suku bunga acuan AS dan prospek dolar yang terus menguat menjadi alasan utama penurunan peringkat ini. 

Morgan Stanley menyarankan investor untuk mengurangi portofolionya di pasar saham Indonesia, karena underweight menunjukkan kondisi saham atau indeks tertentu yang diperkirakan akan memiliki performa lebih rendah dari rata-rata saham.

Risiko Program Makan Siang Gratis

Program makan siang dan susu gratis yang diinisiasi oleh Prabowo dinilai dapat membebani keuangan pemerintah. Program ini diperkirakan menelan biaya sebesar Rp 460 triliun per tahun.

 Meski Prabowo menyatakan optimistis mampu menjaga defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di bawah 3%, banyak pihak yang meragukan kemampuan pemerintah untuk menjaga keseimbangan fiskal dengan program ambisius tersebut.

Program ini, meskipun berpotensi membawa manfaat sosial jangka panjang, seperti meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anak sekolah, tetap dipandang skeptis oleh kalangan ekonomi. Mereka khawatir bahwa alokasi anggaran yang besar untuk program ini dapat mengorbankan sektor lain yang juga penting, seperti infrastruktur, kesehatan umum, dan pendidikan yang lebih luas. Selain itu, ketidakpastian mengenai sumber pendanaan program ini dapat memperparah ketidakstabilan fiskal.

Penguatan Dolar AS dan Pelemahan Rupiah

Penguatan dolar AS juga menjadi perhatian utama. Indeks dolar AS bergerak naik menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve, sementara pelemahan rupiah terhadap dolar AS menambah tekanan bagi investor di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun