Penelitian Lilis Setyowati Ungkap Kepatuhan Penggunaan APD di Rumah Sakit Pascapandemi
Malang -- Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lilis Setyowati, dosen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (FIKES UMM), berhasil mengungkap perbedaan kepatuhan perawat dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di ruang rawat inap dan instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit pendidikan di Malang. Penelitian yang berjudul "Monitoring and Evaluation of the Use of Personal Protective Equipment (PPE) Among Nurses in Post Pandemic Educational Hospitals" ini bertujuan untuk memantau serta mengevaluasi penggunaan APD sebagai upaya memutus rantai penularan penyakit, khususnya Covid-19.
Menggunakan metode cross-sectional dengan pendekatan analisis komparatif, penelitian ini melibatkan 82 perawat yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Data dikumpulkan berdasarkan lembar observasi standar operasional prosedur (SOP) APD yang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan uji statistik Chi-square untuk membandingkan tingkat kepatuhan di dua area kerja berbeda, dengan tingkat signifikansi =0,05.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara perawat di IGD dan ruang rawat inap dalam hal kepatuhan penggunaan APD, dengan nilai p=0,009. Perawat di IGD cenderung lebih patuh menggunakan APD sesuai SOP dibandingkan dengan perawat di ruang rawat inap. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat risiko paparan yang lebih tinggi di IGD, di mana perawat sering menangani pasien dengan kondisi darurat dan potensi penyakit menular lebih besar.
Meskipun tingkat kepatuhan di IGD lebih tinggi, penelitian ini juga mengungkap beberapa tantangan, seperti kelelahan, beban kerja tinggi, dan ketersediaan APD yang tidak selalu optimal. Kondisi ini menekankan pentingnya pengawasan yang lebih ketat dan penyediaan APD yang memadai untuk semua tenaga kesehatan.
Lilis Setyowati merekomendasikan beberapa langkah strategis untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan APD, termasuk pelatihan rutin bagi perawat, sistem monitoring yang lebih baik, dan evaluasi risiko secara berkala di setiap area kerja rumah sakit. "Penggunaan APD bukan hanya tentang melindungi tenaga kesehatan, tetapi juga mencegah penularan penyakit kepada pasien dan masyarakat luas," ungkap Lilis.
Penelitian ini menjadi pijakan penting bagi rumah sakit pendidikan dalam memperbaiki sistem pengendalian infeksi di era pascapandemi. Temuan ini diharapkan dapat memotivasi rumah sakit untuk lebih serius dalam memastikan keselamatan kerja tenaga kesehatan di tengah tantangan global dalam bidang kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H