Mari kita andaikan, kenapa kita (yang belajar filsafat di alam liar ini) dekat dengan hilangnya kewarasan. Telah disinggung bahwa di alam liar filsafat buku-buku bertemakan filsafat sangat terbatas, itu membuat isu-isu atau teori filsafat yang kita pelajari cenderung ketinggalan zaman. Juga telah dibahas bahwa berfilsafat memerlukan waktu yang cukup banyak, berarti untuk mempelajari filsafat para penggiatnya diharapkan untuk tidak "sibuk" dalam artian memiliki waktu yang cukup untuk membaca, menulis dan berdiskusi, karena jika tidak tentu akan memakan banyak sekali tenaga dan pikiran sehingga potensi untuk stres dan terbebani akan sangat besar.
Alasan-alasan di atas mungkin adalah sedikit dari banyaknya kesulitan berfilsafat di alam liar, jika hal-hal ini terus menerus berulang, maka tidak menutup kemungkinan akan ada yang frustrasi bahkan hilang kewarasan. Hal ini mungkin saja ketika ada orang-orang yang saking ingin mendalami filsafat malah mengorbankan diri dan menatang kewarasannya.
Sebagai orang yang juga berfilsafat di alam liar, penulis mungkin akan menyarankan hal-hal yang perlu dan patut untuk dipertimbangkan ke depannya dalam proses belajar filsafat:
Pertama, terimalah nasib Anda sebagai orang yang harus belajar filsafat di alam liar. Maksudnya adalah sebagai orang yang tidak memiliki kesempatan belajar filsafat di tingkat perguruan tinggi, kita pertama-tama harus sadar bahwa akses untuk belajar filsafat di alam liar tidak seutuhnya sama dengan teman-teman yang belajar filsafat di tingkat pendidikan formal. Hal ini penting agar kita bisa mengerti batasan-batasan apa saja yang menjadi kendala dalam proses belajar filsafat, dan memaklumi batasan-batasan tersebut.
Kedua, carilah pekerjaan yang tidak memakan banyak waktu. Maksudnya adalah jikalau teman-teman ingin belajar filsafat carilah pekerjaan yang tidak menguras waktu dan tenaga. Itu penting agar teman-teman memiliki waktu dan tenaga yang cukup untuk berpartisipasi dalam kegiatan membaca, menulis dan berdiskusi.
Ketiga, dan ini yang bagi penulis memang harus disadari sejak awal sebelum orang belajar filsafat di alam liar, bahwa tanpa filsafat kita tetap bisa melanjutkan hidup, jadi saya menyarankan bahwa jangan mengorbankan kewarasan hanya agar terlihat keren di mata masyarakat.
Partisipasi banyak orang di alam liar filsafat ini memang patut untuk kita apresiasi, setidaknya ini menjadi tanda bahwa masyarakat kita sudah mulai peduli dan memandang filsafat sebagai sebuah ilmu yang menyenangkan, meskipun perlu dipahami juga bahwa memang ada orang-orang yang belajar filsafat hanya untuk terlihat keren, tetapi, setidaknya ini membuat alam liar filsafat menjadi sangat beragam dan menarik untuk tetap ada di dalam tradisi berpikir kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H