Mohon tunggu...
Bagas Adi Saputra
Bagas Adi Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teologi STAK-AW Pontianak

hobi membaca dan bicara dengan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Alam Liar Filsafat dan Upaya Menjaga Kewarasan

12 April 2024   20:29 Diperbarui: 12 April 2024   20:30 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan berfilsafat selalu identik dengan orang-orang yang senang menyibukkan diri untuk membaca dan merenung tentang hal-hal yang dalam masyarakat umum dianggap tidak berguna dan hanya menghabiskan waktu saja. Anggapan ini memang bukanlah sesuatu yang baru dalam tradisi keilmuan kita.

Filsafat yang juluki sebagai The Mother of Science atau ibu dari segala ilmu pengetahuan memang kerap kali sulit dan hanya mendapatkan tempat kecil di dalam masyarakat. Terlepas karena ilmu ini adalah ilmu yang memusingkan, membingungkan, dan tidak memiliki "guna" yang jelas seperti ilmu-ilmu lainnya. Filsafat memang sejatinya tidak seperti kebanyakan ilmu pada umumnya, tidak seperti ilmu ekonomi yang sudah terlihat jelas kegunaannya membahas soal teori-teori ekonomi yang bertujuan sebagai roda penggerak peradaban, atau ilmu matematika yang selalu dekat dan berguna untuk analisis angka-angka.

Dalam tradisi keilmuan kita di Indonesia, filsafat hanya mungkin kita pelajari secara utuh di dalam konteks perguruan tinggi (Sekolah Tinggi Filsafat atau universitas yang di dalamnya memiliki fakultas/jurusan filsafat) hal itu dikarenakan filsafat memang lebih cenderung melekat pada situasi akademik, maksudnya adalah filsafat di Indonesia memang masih identik dengan kuliah-kuliah dalam ruang kelas.

Tetapi, beberapa tahun terakhir banyak sekali komunitas-komunitas filsafat yang menjamur di Indonesia, hal ini adalah sebagai upaya membumikan wacana filosofis dalam bentuk diskusi maupun analisis agar bisa diakses oleh banyak orang yang tidak mempunyai kesempatan untuk berkuliah di kampus filsafat.

Terbukanya akses untuk belajar filsafat di luar bangku kuliah membuat sebuah pergeseran baru dalam kegiatan berfilsafat. Yang awalnya hanya terbatas di kampus-kampus filsafat akhirnya bisa diakses oleh semua orang yang meminati ilmu ini. dari proses ini, lahirlah orang-orang awam (di luar bangku kuliah filsafat) yang kemudian aktif menulis dan berdiskusi tentang filsafat (entah sebagai ilmu teoretis maupun sebagai refleksi kritis atas kehidupan). Jelasnya filsafat kemudian mulai disorot oleh banyak orang di luar perguruan tinggi filsafat.

Orang-orang yang berfilsafat di luar bangku kuliah identik dengan istilah "berfilsafat di alam liar", ini sebagai identitas dari setiap individu maupun komunitas yang mempelajari filsafat tidak di dalam konteks perkuliahan formal, melainkan lewat membaca buku, diskursus filosofis, kuliah umum yang membahas filsafat, maupun komunitas-komunitas yang memiliki konsentrasi terhadap analisis filosofis.

tetapi, kendala dalam mempelajari filsafat di alam liar tentu saja ada, hal ini tidak bisa dipungkiri dan dihindari, ada banyak sekali kekurangan dalam belajar filsafat di alam liar. Kurangnya buku-buku filsafat yang memadai untuk diakses menjadi salah satu alasan yang cukup penting untuk dibahas. Karena tidak setiap daerah memiliki kampus filsafat itu membuat akses untuk membaca buku-buku yang memadai tentang filsafat sangat kurang, belum lagi perpustakaan daerah yang pada umumnya tidak mengisi rak buku mereka dengan buku filsafat, semakin menambah kesulitan dalam mempelajari filsafat di alam liar ini.

tidak hanya kurangnya buku yang memadai, ada satu hal yang mungkin juga perlu di bahas dalam tulisan ini tentang sulitnya belajar filsafat di alam liar, yaitu, sulitnya menyediakan waktu luang untuk membaca, menulis dan berdiskusi. Filsafat selalu dekat dengan kegiatan membaca, menulis dan berdiskusi, hal ini tentu saja mengharuskan para penggiat dan pencinta filsafat untuk meluangkan waktu yang sangat banyak dalam membaca, menulis dan berdiskusi untuk memperdalam pemahamannya terhadap filsafat.

Kaum awam yang baru terjun membaca teks-teks filsafat harus mengalami sebuah keadaan yang dilematik, karena biasanya semakin sibuk seseorang dalam pekerjaannya maka akan semakin sulit ia menyediakan waktu untuk membaca, menulis dan berdiskusi tentang teks-teks filsafat yang akan membuat para penggiatnya merasa kelelahan (bagaimana tidak? Mereka yang sibuk bekerja tentu sudah dibuat lelah oleh pekerjaannya, kemudian ia ingin mempelajari filsafat yang dekat dengan banyak kebingungan-kebingungan pada waktu luangnya yang seharusnya ia gunakan untuk istirahat, tentu saja itu sangat problematik dan dilematik).

Sebuah kerinduan besar untuk menjejaki dunia filsafat harus terhalang oleh banyak hal, dan memang demikianlah nasib mereka yang belajar filsafat di alam liar pengetahuan ini. tetapi, bila kemudian "memaksakan diri" untuk tetap belajar filsafat dengan segala keterbatasan waktu, tenaga, buku, maupun komunitas, belajar filsafat masih mungkin untuk ditempuh. Tetapi, tentu ada risiko dibalik ini.

Apa risiko memaksakan diri belajar filsafat di alam liar ini?. penulis mengandaikan "kegilaan", sebagai risiko paling fatal. mungkin terdengar terlalu dibesar-besarkan, masa sih belajar filsafat bisa "gila"?, tentu saja bisa, bukan hanya di dalam konteks alam liar filsafat, bahkan di tingkat perguruan tinggi atau kampus filsafat, sering terdengar ada mahasiswa mereka yang kehilangan kewarasannya, bayangkan, mereka yang memiliki akses untuk belajar filsafat saja sangat dekat dengan "kegilaan", apalagi orang-orang yang hidup dalam alam liar filsafat yang terbatas dan sangat liar ini, tentu hilang kewarasan menjadi salah satu kemungkinan, tetapi ini adalah kemungkinan terburuk yang dipikirkan oleh penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun