Mohon tunggu...
Baedoni S.P
Baedoni S.P Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya menyukai isu lingkungan, kesehatan dengan basic Back To Nature

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Membedah Bumi dan Langit dengan "Pisau" Bahasa Indonesia

20 September 2012   07:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:10 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MEMBEDAH BUMI DAN LANGIT DENGAN “PISAU” BAHASA INDONESIA

Menurut Fodor (1974), Bahasa adalah system simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan system simbol adalah hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan system tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud. Sedangkan menurut Gorys Keraf Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dari dua definisi tersebut, maka bahasa merupakan alat komunikasi secara lisan dan tulis.

Sebagai alat komunikasi tulis, bahasa digunakan dalam korespondensi, publikasi hasil karya seseorang, dan pemberian informasi kepada masyarakat umum. Ilmu pengetahuan yang telah didapatkan oleh seseorang, ditularkan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa melalui media informasi seperti jurnal ilmiah, majalah, surat kabar dan sebagainya .

Ilmu pengetahuan dapat diperoleh manusia dari berbagai sumber ilmu, karena manusia dikaruniai oleh Tuhan YME berupa mata, telinga dan otak. Mata difungsikan untuk melihat fenomena alam atau menggali informasi dari berbagai sumber bacaan. Telinga dfungsikan untuk mendengarkan ilmu pengetahuan yangdatang kepadanya. Sedangkan otak untuk memproses data yang berasal dari mata dan telinga , kemudian membuat analisa-analisa terhadap data-data tersebutPerpaduan antara mata, telinga dan otak akan melahirkan ilmu pengetahuan yang baru. Semakin banyak ketiga organ tubuh ini digunakan , semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh dan dimunculkan .

Senyatanya bahwa intensitas penggunaan mata, telinga dan otak manusia berbeda-beda antara orang per orang, sehingga ilmu yang dimiliki oleh masing – masing manusia berbeda-beda baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Dalam skala yang lebih luas, penguasaan ilmu pengetahuan ( dan teknologi) berbeda-beda untuk bangsa-bangsa di dunia. Dalam kaitan ini, harus diakui bahwa negera-negera berkembang (termasuk Indonesia ) memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih rendah dibanding negara – negara Eropa atau Amerika dan negara maju lainnya.Dengan adanya kesenjangan ini, diharapkan ada transfer ilmu pengetahuan antara negara berkembang dengan negara maju.

Transfer ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui berbagai cara antara lain pertukaran pelajar/mahasiswa , training – training yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di negara maju dan menterjemahkan karya-karya mereka pada ilmuwan ke dalam bahasa Indonesia serta cara-cara lain yang dapat meningkatkan akselerasi penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Khusus untuk penterjemahan karya – karya besar hasil temuan ilmuwan di dunia menjadi sangat penting bagi Indonesia . Dengan demikian proses penyerapan dan aplikasi ilmu pengetahuanterjadimakin cepat. Pada suatu saat (mudah – mudahan sepuluh atau dua puluh tahun kedepan ) Indonesia dapat menyetarakan penguasaan ilmupengetahuan dan teknologi dengan negara maju .

Dalam konteks ini kita dapat belajar dari sejarah renaissance. Renaisance adalah suatu masa kebangkitan ilmu pengetahuan dunia barat (Eropa) setelah sebelumnya mengalami masa kegelapan (dark age). Disebut jaman kegelapan karena sangat sedikit dokumentasi yang dapat memberitahukan kepada kita tentang suasana abad itu ( bisa dikatakan pada saat itu begitu kosongnya tradisi ilmiah di Eropa ).

Setelah dunia Arab (islam) mengalami kejayaan pada masa Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya, mulailah dilakukan penaklukan terhadap bangsa-bangsa lain oleh Dinasti Abasyiah, khususnya ke wilayah Eropa. Mulailah dunia Eropa belajar pada dunia Islam. Transfer ilmu pengetahuan terjadi saat itu. Bangsa Eropa mulai belajar dan menterjemahkan karya-karya dari Ibnu Sina, AlKhawarizmi, Ibnu Rusyd, dan ilmuwan lainnya. Tetapi sayangnya dominasi gereja begitu kuat saat itu, sehingga pengembangan ilmu pengetahuan begitu lamban di Eropa. Sains Eropa gagal mengembangkan dirinya. Baru lima abad kemudian, ketika seorang filosof yang bernama Descartez mengemukakan metode cogito (keraguan) sekitar tahun 1640 dan dibiarkan oleh tokoh-tokoh gereja, barulah perkembangan Ilmu di Eropa mulai berkembang pesat. Mulailah Abad Pencerahan di Dunia Eropa ( Renaisance ). Tetapi tampaknya baru setelah revolusi Industri, perkembangan Iptek di Eropa sangat Pesat


Salah satu kata kunci dari sejarah Renaisance diatas adalah penterjemahan ilmu pengetahuan ke dalam bahasa setempat. Dalam konteks Indonesia penterjemahan karya – karya besar dunia ke dalam bahasa Indonesia adalah suatu harga mati, tidak dapat ditawar – tawar lagi, sehingga orang tertarik dan mudah untuk mempelajari lebih lanjut. Alhasil, kita senantiasa dapat menemukan sesuatu yang baru yang lebih baik (kemajuan ilmu pengetahuan). Dengan kemajuan dalam iptek, kita dapatmengeksplorasi bumi dan langit dengan lebih intens. Kita akan mampu membedah bumi dan langit ini lapisan demi lapisan. Itulah kekuatan yang akan muncul bila bahasa Indonesia digunakan sebagai “pisau” nya. Sangat hebat kekuatannya. Bagi anda yang menguasai berbagai bahasa, dapat anda gunakan untuk translate ke bahasa Indonesia, sehingga anda akan memiliki andil dalam proses percepatan Indonesia menjadi negara maju. Kami menunggu kiprah anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun