TEMANGGUNG -- "Sudah banyak jalan rusak yang saya lewati , sekarang dijaman susah seperti ini kalo enggak semangat gimana mau makan." tutur mak narti sambil mengusap keringat di dahinya. Dimasa sulit seperti ini beliau dengan keyakinan dan kegigihanya menjajakan kerupuk rengginang dan samilernya di terotoar alun-alun kota Temanggung.Â
Sebelumnya Mak narti bekerja sebagai penjual nasi didepan salah satu  SMP negeri di Temanggung. Omset dari berjualan nasi pun dibilang cukup lumayan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. karena masakan mak narti enak dan juga sangat terjangkau.Â
Namun karena lahan yang digunakan untuk berjualan nasi mak narti adalah bukan lahan miliknya. Jadi saat itu, karena pemiliknya ingin membangun lahanya maka mau tidak mau mak Narti harus rela pergi dari tempat tersebut. Nah dari kejadian tersebut mak narti pun jadi kehilangan pekerjaanya karena lahan yang dipakai untuk berjualan sudah tidak ada.Â
Beberapa bulan setelah mak Narti tidak mendapat lahan untuk berjualan, beliau istirahat dirumah sekitar beberapa minggu untuk memikirkan bagaimana nasib jualanya kedepan.Â
Setelah kurang lebih beliau istirahat selama 1 minggu, beliaupun beberapa kali mencoba berjualan nasi didesanya dan juga dibeberapa tempat lainya. setelah beberapa kali berpindah tempat, Mak Narti sempat memiliki tempat yang strategis. Namun beberapa minggu kemudian munculah Pandemi Covid-19 yang menyebabkan jualanya terpaksa ditutup.Â
Saat berjualan nasi pun Mak narti tidak Sendiri, beliau selalu ditemani oleh suami tercinta. Mak Narti dan suaminya sudah seperti pasangan Romeo dan Juliet, mereka saling bahu membahu dan saling melengkapi anatra satu dengan yang lain.Â
Suami Mak narti bertugas untuk membawakan barang barang yang berat misalkan tabung gas,galon,dan perabotan lainya dan maknarti bagian masak dan juga menjajakan jaulanya.Â
namun beberapa tahun terakhir ini suami Mak Narti sering sakit dibagian kakinya yang menyebabkan suaminya sering tidak dapat lagi membantu mak Narti. Nah dari kejadian tersebut Mak narti memutuskan untuk tidak bejualan nasi lagi.
sekarang mak Narti sudah hampir genap 6 bulan lamanya menjajakan kerupuk rengginang dan samiler di trotoar depan masjid agung Temanggung. Dengan beralaskan karung bekas dan juga topi caping beliau dengan semangat menjajakan daganganya.Â
Daganganyapun selalu tidak menentu tapi yang beliau paling sering buat adalah kerupuk rengginang dan lentheng samiler yang harganya dipatok Rp.3.000. "jualan kayak gini enggak tentu mas, kadang kalo alhamdulillah lagi rejekinya saya ya habis tapi enggak jarang juga seharian kadang cuman laku satu atau dua saja mas." ucap mak narti dengan tubuh yang sudah tidak lagi muda.Â
Pada saat awal beliau berjualan di trotoar belaipun juga takut dan cemas dengan adanya razia. "saya ya takut mas nek dirazia,tapi ya gimana mas orang  kayak saya ini enggak bisa apa apa. saya psrah lillahitaala aja mas." ungkap Mak Narti dengan nada yang lirih.Â
Diumur yang tidak bisa dibilang muda mak narti hanya tidak mau merepotkan anak cucunya. "saya bisa makan hari ini dan besok aja sudah cukup bagi saya" ucap mak narti sambil tertawa kecil.  pada akhirnya, dalam situasi dan kondisi yang sulit sekalipun, Mak NArti tetap  bersyukur untuk segala yang ia dapatkan.Â
Tetap berusaha selagi masih bisa dan tak lupa selalu bersukur tentunya itu yang menjadi kunci untuk beliau tetap semangat menjalani hidupnya. Mak Narti yakin bahwa pekerjaannya sekarang ini adalah sebuah perantara yang Allah SWT berikan untuk menjemput rezeki yang akan selalu ia dapatkan. Hidup itu ya seperti ini Senang susah kita nikmati yang terpenting hanya satu apapun yang kita milki harus kita syukuri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H