Mohon tunggu...
Rizal Marajo
Rizal Marajo Mohon Tunggu... profesional -

It's me

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Garuda Jaya, Membuat Garuda Tua jadi Figuran

11 September 2014   07:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:01 2134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_358459" align="aligncenter" width="540" caption="Rully Desrian / padangtoday.com"][/caption]

Menulis dengan topik Timnas U-19 nampaknya mendapat   "pasar" yang bagus di kanal ini, untuk meraup pembaca. Karena kisah  sepak terjang Garuda Jaya dengan lakon utama Indra Sjafri, Evan Dimas, Maldini Pali, Zulfiandi, Hansamu Yama, Ilham Udin, Ravi Murdianto dan lain-lainnya itu, memang  menarik bagi publik.

Kehebatan dan pesona anak-anak muda pasukan 'sujud syukur" ini,  jauh  lebih menarik dari  seniornya  Garuda Muda U-23.  Bahkan Garuda Tua pun dibuatnya terlihat seperti figuran saja,  ketika Garuda Jaya hampir saban pekan  show di layar kaca dalam episode drama dua babak  Tur Nusantara mereka yang selalu gegap gempita.

Karena itu, saya ingin coba "uji nyali" juga menulis U-19 pujaan bangsa ini.  Soalnya  saya orang yang agak realistis, tak terlalu pintar untuk melempar sanjungan dan puja-puji berlebihan kepada Garuda Jaya.  Saya lebih cenderung memberi masukan, cubitan,  atau kritik kalau ada sisi yang dirasa perlu untuk diingatkan. Saya tahu sikap ini tak populer bagi mereka yang terbius pancaran pesona Garuda Jaya.

Saya punya pengalaman, setelah kehebatan  Timnas U-19 sedikit "tercederai" di HBT 2014 Brunei lalu, saya beberapa kali menulis status  di media sosial, yang sifatnya mengkritik atau memberi sebuah sindiran pada Indra Sjafri dan timnya.

Salah satunya saya ingatkan, jangan terlalu bombastis dan arogan berkomentar di media, misalnya menyebut timnya sudah kelas Eropa, Malaysia bukan kelas kita lagi,  menyelepelekan Jepang yang bakal keringat dingin kalau bertemu Evan Dimas Cs, atau hanya Tuhan yang tak bisa dikalahkan.  Walau Indra berdalih itu cara dia membakar semangat anak asuhnya, tapi bersikap rendah hati sepertinya tetap jauh lebih baik.

Jelas hal diatas itu bukan hujatan , kritik membabi-buta, apalagi caci maki yang saya lontarkan, tapi hanya sekadar mengingatkan mereka agar  tetap low profile dan membumi saja. Tapi justru muntahan kemarahan dan komen sinis yang saya terima. Tapi biarlah, saya berlapang dada saja menerima. Mungkin mereka terlalu cinta dan  punya harapan terlalu tinggi pada Garuda Jaya ditengah kegersangan prestasi sepakbola nasional.

Meskipun begitu, pada hakekatnya saya sedikit bertanya-tanya dengan perlakuan publik yang agak  berlebihan pada Indra dan skuadnya itu.  "Sanjungan adalah makanan orang bodoh, tetapi kritik akan membuat Anda jadi besar".  Bagaimanapun, saya masih percaya quotes yang satu itu.

Sama lapang dadanya ketika Indra yang nota bene sahabat saya semasa masih jadi pelatih di Padang, kerap jadi teman diskusi soal bola, dan sering  jadi narasumber saya dalam hunting berita lebih dari satu dekade lalu.  Tapi sejak Indra mengudara bersama Garuda Jaya,  sahabat yang satu ini semakin sulit didekati.

Sudahlah, setelah beberapa kali menelpon di jam-jam yang saya perkirakan dia lagi rehat, dan tak ada respon,  saya langsung maklumi. Mungkin memang waktunya tak cukup 24 jam sekarang untuk mengurus Garuda Jaya. Alternatif lain saya coba lewat teks, massages, atau semacamnya, juga tak ada respon memuaskan.

Kiriman salam pembuka,  bertanya kabar,  kalimat basa-basi pembuka atau pemancing komunikasi, hanya dibalas dengan tiga huruf;  "yup", tanpa menjawab salam yang hukumnya wajib. Setidaknya begitu  menurut ajaran agama yang saya dan dia anut.

Tapi sekali lagi, ya sudahlah, itu tak terlalu penting. Jauh lebih penting adalah, melihat  Indra bisa kembali membuat anak asuhnya garang, berkelas mainnya, dan kembali bersemangat seperti saat menjuarai AFF u-19 dan lolos  ke putaran final Piala Asia U-19 . Tentunya puncak dari semua itu, bangga melihat Indra berkibar di Myanmar dan membawa pasukannya terbang ke Selandia Baru tahun depan.

********

Hari ini, saya baca di Kompas, Indra kemungkinan akan kehilangan satu kipernya, Awan Setho yang cedera dislokasi jari. Dokter tim memperkirakan si Awan bakal absen 4-8 minggu. Anak muda ini jelas berpotensi kehilangan kesempatan tampil di Myanmar.

Cederanya Awan,  membuat timnas u-19 hanya punya dua kiper, Muhammad Diki Indrayana dan Ravi Murdianto. Dalam kondisi ini, pelatih cerdas dan hebat pasti akan langsung memutar otak untuk mencari kiper alternatif,  jaga-jaga jika Awan tak kunjung sembuh sampai hari H.

Sebagai anak bangsa, walau saya kini mungkin berstatus "sahabat yang tak dianggap" oleh Indra,  saya tetap juga ingin mengusulkan sebuah nama kepadanya untuk mengisi pos yang ditinggal sementara oleh Awan.  Namanya Rulli Desrian.

Bukan nama baru sebenarnya, kiper muda asal Padang ini sebelumnya adalah deputy Ravi Murdianto semasa juara AFF U-19   dan kualifikasi Piala Asia. Rulli tak jelek, bahkan sempat tampil saat melawan Malaysia di Kualifikasi, dengan rapor lumayan dalam debutnya sebagai kiper pengganti. Tapi entah mengapa, kemudian anak ini dicoret Indra, dengan alasan indispliner.

Ketegasan yang terburu-buru oleh Indra, sekali terlambat latihan langsung dipulangkan. Konon bocoran dari orang dekat Indra, Rulli terlambat karena menunaikan shalat. Entah benar atau tidak , mungkin hanya Tuhan dan Indra yang tahu.

Rulli, jebolan PPLP Padang, terbukti punya talenta yang terlalu sayang untuk disia-siakan Indra. Lepas dari u-19, Semen Padang U-21 langsung menyambutnya. Skill dan talentanya sejatinya memenuhi semua syarat  untuk jadi kiper  masa depan. SPFC U-21 senang dapat menikmati servis mutiara satu ini, meskipun belum terasah sempurna.

Tapi setidaknya, kiper nomor satu di Kabau Sirah U-21, dengan penampilan yang makin memikat, dan mengantarkan timnya meraih hasil sempurna dan clean sheet di putaran pertama babak 12 besar ISL U-21, membuktikan langkah Indra memang agak terburu-buru mencoretnya dulu.

Indra pasti memantau terus kiprah Rulli yang semakin matang di Semen Padang U-21. Sedikit malu-malu, dia ingin memanggil kembali si Rulli. Agar tak terlalu kentara disebut menjilat ludah sendiri, dia mengatakan sudah memberi rekomendasi kepada BTN agar si Rulli dipanggil ke Timnas U-21 yang hari ini menjelma jadi Timnas U-19 B. Bahasa diplomatisnya, kalau  Rulli  perkembangannya  bagus, tak tertutup kemungkinan akan dipanggil kembali ke timnya.

Memang, beberapa hari kemudian, nama Rulli sempat masuk draft seleksi Pemain U-19 B, tapi mendadak kemudian hilang begitu saja. Apakah Indra juga yang menganulir nama Rulli itu, bisa saja. Apalagi setelah di medsos Indra jadi bahan tertawaan di Padang, karena mulai menjilat ludah sendiri meski terkesan mencari jalan berbelok-belok untuk membawa Rulli kembali. Lagi pula Semen Padang U-21 juga tak terang-terangan memberi izin  Rulli yang sangat dibutuhkan tenaganya di kompetisi ISL U-21.

Well, mungkin pesan terbaiknya untuk Indra, jika Anda memang ingin Rulli kembali tak usah sungkan. Toh yang Anda jilat adalah ludah sendiri, bukan ludah orang lain. Itu tak ada artinya dibanding amanah yang Anda pikul untuk membawa nama negara berkibar di Myanmar nanti.

Selamat bekerja Uda Indra, semoga yang terbaik juga yang engkau dapatkan dalam tugas negara ini.  Salam..

Padang, 11092014, Jam 00.35 WIB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun