Menurut Jefkins (2004), media sosial merupakan alat yang efektif dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dengan publik. Namun, untuk mencapai hasil yang maksimal, pengelolaan media sosial harus dilakukan dengan hati-hati, dengan tetap mengedepankan prinsip kejujuran, transparansi, dan keterbukaan. Dengan demikian, pondok pesantren dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan inklusivitas dalam komunikasi dan memperluas jangkauan hubungan dengan publik.
Untuk mengatasi tantangan dalam menerapkan manajemen kehumasan inklusif, pondok pesantren perlu melakukan investasi dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang komunikasi. Pelatihan dalam kehumasan, media sosial, dan keterampilan komunikasi lainnya harus diberikan kepada pengurus pesantren, santri, dan masyarakat sekitar. Hal ini penting agar mereka dapat mengelola komunikasi yang efektif dan inklusif, serta dapat mengoptimalkan berbagai saluran komunikasi yang ada.
Bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan tinggi atau praktisi kehumasan juga dapat menjadi solusi untuk memperkuat pemahaman tentang manajemen kehumasan di pesantren. Pelatihan dan pendidikan terkait komunikasi tidak hanya menguntungkan bagi pengurus pesantren, tetapi juga memberikan bekal keterampilan bagi santri yang kelak akan terjun ke masyarakat.
Manajemen kehumasan inklusif di pondok pesantren adalah suatu langkah strategis yang dapat membantu pondok pesantren untuk mengelola citra dan hubungan dengan berbagai pihak secara lebih efektif. Dengan pendekatan inklusif yang melibatkan seluruh elemen pondok pesantren---baik internal maupun eksternal---komunikasi dapat berjalan dua arah dan saling memberikan manfaat. Pondok pesantren harus mampu mengadopsi prinsip-prinsip komunikasi modern tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional yang telah menjadi dasar lembaga tersebut.
Meskipun tantangan dalam menerapkan manajemen kehumasan inklusif di pondok pesantren cukup besar, terutama terkait dengan keterbatasan sumber daya dan resistensi terhadap perubahan, peluang untuk mengembangkan praktik ini sangat terbuka lebar. Dengan meningkatkan kapasitas SDM dan memanfaatkan teknologi, pondok pesantren dapat memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, terbuka, dan beradab, serta memperkuat citra pesantren di mata masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H