Mohon tunggu...
Prof. Dr. Zurqoni M Ag
Prof. Dr. Zurqoni M Ag Mohon Tunggu... Ilmuwan - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

Terdepan Dalam Pengembangan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Manajemen Kehumasan Inklusif Pesantren Indonesia

14 Januari 2025   13:51 Diperbarui: 14 Januari 2025   13:51 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Badrut Tamam, M.Pd.I Dosen Tetap UINSI Samarinda

OPINI,-Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki peran vital dalam membentuk karakter generasi muda. Sebagai lembaga yang sangat berakar pada tradisi dan nilai-nilai agama, pondok pesantren kini dihadapkan pada tantangan globalisasi, modernisasi, serta perubahan sosial yang sangat cepat. Salah satu aspek yang kerap kali terabaikan dalam perkembangan pondok pesantren adalah manajemen kehumasan. Kehumasan, yang secara umum dipahami sebagai kegiatan komunikasi untuk membangun dan menjaga hubungan dengan publik, dapat menjadi instrumen yang sangat strategis bagi pondok pesantren dalam menjawab tantangan zaman. Namun, manajemen kehumasan yang inklusif---yang melibatkan semua pihak dalam organisasi---belum banyak diterapkan secara optimal.

Manajemen kehumasan adalah proses sistematis dalam membangun dan memelihara hubungan yang baik antara organisasi dan publiknya. Menurut Cutlip dan Center (2000), manajemen kehumasan adalah suatu fungsi komunikasi yang melibatkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka menekankan pentingnya strategi komunikasi yang terencana dan terstruktur untuk membangun kepercayaan dan citra positif. Sementara itu, Grunig dan Hunt (1984) dalam teori komunikasi mereka menekankan pentingnya komunikasi dua arah yang simetris, di mana baik organisasi maupun publiknya memiliki kesempatan untuk saling berinteraksi dan mempengaruhi.

Penerapan manajemen kehumasan di pondok pesantren membutuhkan lebih dari sekadar penerapan strategi komunikasi biasa. Kehumasan di pondok pesantren harus mampu mengakomodasi nilai-nilai Islam yang menjadi basis utama lembaga ini serta memperhatikan keragaman dalam komunitas pesantren itu sendiri, baik dalam aspek sosial, budaya, dan agama.

Konsep inklusivitas dalam manajemen kehumasan merujuk pada pendekatan yang melibatkan berbagai pihak dalam proses komunikasi. Inklusivitas bukan hanya sebatas melibatkan pihak internal seperti pengurus pesantren dan santri, tetapi juga melibatkan masyarakat sekitar dan alumni pondok pesantren. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan suatu hubungan yang lebih holistik, di mana komunikasi bukan hanya mengalir dari pesantren ke masyarakat, tetapi juga dari masyarakat kepada pesantren.

Secara teoretis, kehumasan inklusif dapat dipahami melalui pendekatan komunikasi dua arah yang simetris seperti yang dijelaskan oleh Grunig dan Hunt (1984). Mereka menekankan bahwa komunikasi harus bersifat timbal balik, di mana kedua belah pihak---baik organisasi maupun publik---dapat saling memberikan feedback. Pendekatan ini relevan untuk diterapkan di pondok pesantren, di mana komunikasi antara pengasuh, santri, dan masyarakat perlu didorong agar lebih terbuka, transparan, dan saling menghargai.

Citra pondok pesantren sangat penting, terutama dalam menghadapi stigma atau persepsi negatif yang sering muncul terkait dengan lembaga pendidikan berbasis agama. Citra pesantren sering kali dipandang konservatif, tertutup, dan tidak adaptif terhadap perkembangan zaman. Oleh karena itu, penting bagi pondok pesantren untuk membangun citra positif yang tidak hanya dilihat dari aspek tradisionalitasnya, tetapi juga dari kontribusinya terhadap kemajuan sosial dan pendidikan di Indonesia.

Salah satu cara untuk membangun citra ini adalah dengan memanfaatkan media dan teknologi informasi. Menurut Jefkins (2004), kehumasan yang efektif di era modern harus mampu mengoptimalkan berbagai saluran komunikasi, termasuk media sosial, untuk menjangkau publik yang lebih luas. Pondok pesantren dapat menggunakan media sosial untuk menunjukkan kegiatan positif yang dilakukan, seperti pendidikan agama yang progresif, pelatihan keterampilan bagi santri, atau pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh pesantren. Komunikasi yang inklusif di sini akan melibatkan semua pihak, mulai dari pengurus pesantren, santri, alumni, hingga masyarakat sekitar.

Namun demikian, penerapan manajemen kehumasan inklusif di pondok pesantren bukanlah tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan sumber daya manusia dalam bidang komunikasi dan kehumasan. Banyak pondok pesantren yang masih mengandalkan cara-cara tradisional dalam mengelola hubungan dengan publik, seperti pengumuman lisan atau papan pengumuman yang tidak memanfaatkan teknologi. Selain itu, keterbatasan dalam hal pelatihan dan pemahaman mengenai pentingnya kehumasan juga menjadi kendala dalam pengembangan manajemen kehumasan yang inklusif.

Selain itu, tantangan lain yang sering dihadapi oleh pondok pesantren adalah resistensi terhadap perubahan. Pondok pesantren yang selama ini beroperasi dengan cara yang sangat tradisional cenderung merasa ragu atau enggan untuk beradaptasi dengan teknologi atau praktik-praktik manajemen kehumasan yang lebih modern. Pemahaman yang lebih terbuka dan kesiapan untuk menerima masukan dari pihak luar adalah hal yang perlu dibangun secara bertahap.

Teknologi, terutama media sosial, memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan manajemen kehumasan di pondok pesantren. Media sosial memungkinkan pesantren untuk berkomunikasi dengan audiens yang lebih luas, mengedukasi masyarakat tentang kegiatan yang dilakukan, dan memperbaiki citra pesantren. Sebagai contoh, pondok pesantren dapat menggunakan platform seperti Instagram, Facebook, atau YouTube untuk menampilkan berbagai kegiatan positif yang melibatkan santri dan masyarakat, seperti seminar, kajian ilmiah, atau program pengabdian masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun