Setelah melewati bulan Juli yang penuh tantangan, kini kita memulai bulan baru dengan semangat baru. Juli dikenal sebagai bulan yang berat bagi banyak orang di Indonesia. Banyak yang harus menghadapi berbagai biaya, mulai dari biaya sekolah, pembayaran uang kuliah, hingga perayaan hari raya yang baru saja berlalu. Namun, di balik semua tantangan tersebut, ada kesempatan untuk memperbaiki dan menata keuangan kita dengan lebih bijak.
Mengelola Keuangan dalam Perspektif Syariah
Pada kesempatan kali ini, mari kita bahas tentang bagaimana mengelola keuangan berdasarkan prinsip Syariah. Tidak berarti kita membahas tentang pendirian bank syariah, melainkan bagaimana kita bisa mengatur keuangan kita dengan perspektif Islam yang mengutamakan keadilan dan tanggung jawab.
Islam mengajarkan pentingnya manajemen keuangan yang baik, bukan hanya untuk kepentingan duniawi, tetapi juga untuk kesejahteraan akhirat. Dalam perspektif Syariah, pengelolaan keuangan harus sesuai dengan prinsip-prinsip berikut:
Pertama, Menghindari Riba (Bunga): Salah satu prinsip dasar dalam pengelolaan keuangan Syariah adalah menghindari riba atau bunga. Bunga dianggap sebagai bentuk keuntungan yang tidak adil, dan Islam melarang praktik ini karena dapat menyebabkan ketidakadilan dalam masyarakat.
Kedua, Berkendara dengan Kedermawanan. Islam mengajarkan pentingnya sedekah dan zakat. Mengeluarkan sebagian harta untuk membantu mereka yang kurang beruntung adalah bentuk kepedulian sosial yang sangat dianjurkan. Ini tidak hanya membersihkan harta, tetapi juga membawa keberkahan.
Ketiga, Menghindari Perjudian. Aktivitas perjudian dilarang dalam Islam karena bisa menyebabkan kerugian dan ketidakadilan. Keuangan harus dikelola dengan cara yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Keempat, Prinsip Keberlanjutan dan Kewajiban. Mengelola keuangan juga berarti memastikan bahwa pengeluaran tidak melebihi pemasukan. Islam mengajarkan untuk hidup sesuai dengan kemampuan dan menghindari utang yang berlebihan.
Kaya dan Miskin dalam Perspektif Islam
Banyak orang sering kali membandingkan antara menjadi kaya atau miskin. Dalam Islam, konsep kekayaan tidak hanya diukur dari banyaknya harta, tetapi dari bagaimana seseorang bisa merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, dijelaskan bahwa kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati, yaitu merasa puas dan cukup dengan apa yang dimiliki.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa orang-orang miskin akan lebih dahulu memasuki surga dibandingkan dengan orang kaya. Ini bukan berarti bahwa menjadi miskin lebih baik, tetapi mengajarkan bahwa kekayaan hati lebih penting daripada kekayaan materi.Â
Mengelola Keuangan di tengah kesulitan
Di tengah situasi ekonomi yang mungkin menantang, seperti yang kita alami di bulan Juli, penting untuk tetap bijak dalam pengelolaan keuangan. Ada baiknya kita membuat dan menyusun anggaran bulanan sehingga dapat membantu memantau pengeluaran dan memastikan bahwa keuangan tetap terkendali.
Lalu, menabung dan berinvestasi. Selain menyisihkan uang untuk kebutuhan mendatang, investasi dalam bentuk yang sesuai dengan prinsip Syariah juga bisa menjadi pilihan yang baik. Selanjutnya, menghindari utang. Jika memungkinkan, hindarilah utang yang tidak perlu dan pastikan bahwa utang yang ada dikelola dengan baik dan sesuai dengan prinsip yang adil.
Memasuki bulan Agustus ini mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk merefleksikan dan memperbaiki cara kita mengelola keuangan. Dengan prinsip Syariah sebagai panduan, kita dapat mengatur keuangan kita dengan lebih baik, menjaga keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan spiritual, serta menghadapai setiap tantangan dengan penuh keyakinan.
Semoga di bulan ini membawa kemudahan dan keberkahan bagi kita semua. Selamat menyambut bulan Agustus dengan semangat baru dan pengelolaan keuangan yang lebih bijaksana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H