Fajar Shodiq membuka segarnya hari
Menunggu Sang mentari menyingsing menampakkan diri
Apakah ini pagi akhir atau ada satu lagi
Hari-hari yang terlewati seakan tak rela pergi
Pergi meninggalkan apa yang disebut bulan suci
Hati terasa sedih, sedih akan ditinggal pergi
Walau sudah merasa senang, senang telah berjuang
Sedihku karena belum tentu aku kan bertemu lagi
Senangku karena telah terisi malam dan hariku tak usang
Malam-malam indah yang tak pernah mataku di dalamnya terpejam
Hanya bermunajat lewat kalam indah Sang Maha Pemurah
Nuzulul Qur’an, tujuh belas hari menjadi bukti
Kendali hawa nafsu lebih besar dari perang badar
Lailatul Qodar, semalam serasa seribu bulan
Siapa pun dapat berkata tapi segelintir yang dapat merasa
Qur’an, suaramu selalu terdendang sepenuh hari sepanjang malam
Walau hanya di bulan ini
Membasahi lidah para hamba hingga pipi basah oleh air mata renungan
Walau hanya di bulan ini
Sholat, banyak orang denganmu menjadi sehat dan giat di waktu yang tepat
Walau hanya di bulan ini
Berpuluh-puluh rokaat untuk menebus dosa dengan tekad taubat
Walau hanya di bulan ini
Zakat, butir beras bagi sejuta umat untuk berbagi rahmat
Walau hanya di bulan ini
Membuat manusia peduli, mereka tak selalu berlimpah nikmat di muka bumi
Walau hanya di bulan ini
Tapi aku memang tak dapat menahan duka
Isak tangsiku tak kan dapat menahan gundah
Munajatku tak kan sanggup menawar ketetapanmu
Lantang mulutku tak kan sanggup berteriak hentikan langkahmu
Ramadhan, maaf aku tak setia bersamamu
Aku tak tahu akankah kita kembali bertemu
Semoga Sang Pemilik jiwa pertemukan kita
Dan diriku masih kuasa untuk kebersamaan kita
30 Ramadhan 1437, 00:17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H