Mohon tunggu...
Muhammad Badrussalam
Muhammad Badrussalam Mohon Tunggu... -

Menjelajahi pemahaman tentang jiwa melalui warna-warni cerita kisah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Orang-orang Gila Berebut Kursi

22 September 2014   18:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:56 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepulang dari pemakaman, Zayin dan Salim berpisah. Zayin pulang lebih dahulu karena terburu-buru ada janji dengan temannya. Zayin menggunakan sepeda motornya, sementara Salim berjalan kaki melewati perumahan. Jarak pemakaman dari kosnya memang tidak terlalu jauh. Saat perjalanan pulang, Salim melihat ada orang berpelukan dengan anjingnya dan rela dijilat-jilat oleh anjingnya itu. Mungkin anjing itu adalah anjing kesayangannya. Salim kemudian teringat dengan orang yang trauma terhadap anjing.

Ia teringat ada anak seorang pengusaha yang dahulu mempunyai trauma terhadap anjing. Ibu anak itu ingin mengatasi trauma pada anaknya. Ia memanggil temannya, seorang terapis. Ia ingin memberikan terapi pada pada anak pengusaha itu agar trauma anaknya bisa hilang dan anaknya tidak takut lagi pada anjing. Maka si terapis memberikan terapi flooding atau pembanjiran.

Pada pertemuan awal, si anak ditampilkan seekor anjing dari jauh. Anak itu bergetar dan menampakkan wajah takutnya, lalu anjing itu disingkirkan darinya setelah sekitar sepuluh detik. Kemudian anjing ditampakkan kembali selama sekitar dua puluh menit, si anak gemetar lagi dan menunjukkan ekspresi takut. Namun terapis memberikan pujian terhadap anak itu karena sudah bisa melebihi waktu sebelumnya.

Kegiatan ini dilakukan tahap demi tahap setiap hari selama sekitar dua minggu. Setelah dua minggu, anak itu diajak berjalan-jalan di taman. Tak lama kemudian ia diperlihatkan beberapa anjing yang muncul dari semak-semak. Terapis tetap mengajaknya bicara santai dan berusaha menguatkan pada si anak bahwa para anjing itu adalah anjing yang lucu dan ramah. Ada beberapa anjing yang dipegang dan dipeluk-peluk oleh orang-orang, laki-laki dan perempuan. Hal itu juga menguatkan bahwa anjing tidaklah menakutkan seperti yang anak itu bayangkan. Kemudian banyak anjing bermunculan namun orang-orang tetap ramah dengan anjing-anjing itu, begitu pula sebaliknya anjing-anjing itu juga ramah terhadap mereka. Lama-kelamaan anak itu mulai berani memegang anjing, dan akhirnya anak pengusaha itu tidak lagi trauma terhadap anjing.

Salim juga teringat tentang tempat rehabilitasi jiwa yang berada di pelosok desa. Memang tempat rehabilitasi itu diatur jauh dari kegaduhan dan keramaian kota agar pengkondisian yang diterapkan sebagai kegiatan rutin untuk para orang-orang yang mengalami sakit jiwa bisa maksimal. Perilaku orang-orang desa yang ramah juga mendukung untuk penyembuhan orang-orang itu. Mereka merasa sangat diterima oleh manusia dan merasa sangat nyaman dengan alam. Mereka tidak merasakan berbagai hal yang menyibukkan dan mengganggu penyembuhan mereka. Para terapis di sana juga tekun dalam membimbing orang-orang sakit jiwa itu.

Setiap usaha pasti ada hasilnya. Ternyata beberapa pasien bisa sembuh setelah mendapat berbagai terapi dan pelatihan yang menjadi program dan kegiatan rutin para pasien. Sedikit demi sedikit mereka merasa bisa normal layaknya orang-orang. Ada yang sembuh dalam enam bulan, namun ada pula yang mebutuhkan tiga tahun untuk menyembuhkan gangguan kejiwaan pada pasien. Tetapi para terapis bersyukur bisa menyembuhkan penyakit jiwa pada pasien, dan orang-orang terdekat mereka tentunya lebih bersyukur atas hal itu.

Tak terasa Salim sudah sampai di tempat kosnya. Ia masuk kamar dan duduk santai kemudian membaca berita di internet lewat gadgetnya. Ia melihat berita politik yang sedang gencar saat ini. Setelahmembaca sebuah berita utama, ia sedikit tertawa dan ingat perkataan seorang comica (peserta acara stand up comedy) “Ada 6608 orang berebut 560 kursi. Ini berarti setiap orang punya peluang menang 8%. Memang tidak semua, tapi ada orang yang menghabiskan banyak uang untuk posisi ini. Pertanyaannya adalah, orang gila mana yang mau menghabiskan uang banyak untuk investasi yang peluang kalahnya adalah 92% ?”. Salim menambahi dengan pertanyaan “Bagaimana cara mengatasi orang-orang gila itu ?”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun