Belum lagi di Solo banyak angkringan atau warung Pokwe (Jupok Dewe) yang memanjakan kantong mahasiswa perantauan saat akhir bulan tak banyak uang. Untuk kos-kosan juga murah sekitar 250 ribu hingga 400 ribu sesuai kebutuhan. Apalagi jika bayarnya per semester atau per tahun tentu ada potongan harga.
6. Lingkungan Sosial
Solo terkenal dengan masyarakatnya yang halus, ramah dan sangat menjunjung tinggi nilai budaya serta punya tata kota yang baik. Tak heran jika pada tahun 2019, Solo mendapatkan predikat pertama kota layak huni versi IAP (Ikatan Ahli Perencanaan) dengan tingkat kelayakan 66,9% sedangkan Semarang ada di peringkat 5 dengan presentase 65,6%.Â
Saya paling kagum dengan fakta bahwa di Solo memiliki corak yang berwarna.
- NU ada
- Muhammadiyah ada, bahkan punya kampus terbaik dan termegah di sana (Kampus UMS)
- MTA, pusatnya disana
- LDII ada
- HTI sempat ada
- Budaya berbau klenik juga masih ada dalam bentuk event-event di keraton Solo
Saya dari Cepu yang notabene dari kalangan NU, sangat bersyukur selama kuliah di Solo. Karena bisa melihat langsung berbagai perbedaan itu. Sehingga saya mulai terbiasa untuk tidak kagetan dan nggumunan (Bahasa Jawa: kaget dan heran berlebihan) terhadap sesuatu yang baru. Perbedaan yang katanya rawan konflik, justru terlihat indah jika saling menghormati dan tak saling mengusik.Â
"Dikelilingi banyak orang dengan cara pandang yang berbeda denganmu sangatlah bermanfaat." (Nadiem Makarim)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H