Mohon tunggu...
Badrun Niam
Badrun Niam Mohon Tunggu... Peternak - Guru, Peternak dan Penggemar Sepakbola

Tulisan berasal dari pengamatan, pengalaman dan buku bacaan. | Happy Reading and Writing :) | Mari Berdikusi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Kembali Belajar, Mending di Rumah atau Sekolah?

3 Januari 2021   11:34 Diperbarui: 3 Januari 2021   11:56 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Picture by: Zen Chung/Pexels.com)

Pandemi Covid-19 telah membuat sistem pembelajaran di sekolah menjadi berubah. Jika setiap hari anak-anak kita berangkat ke sekolah, maka selama pandemi dilakukan secara virtual di rumah. Tak heran jika banyak dari anak-anak dan orang tua yang mengeluh dengan kondisi ini. 

Untungnya beberapa pekan terakhir sekolah sedang libur, sehingga anak-anak dan orang tua bisa sejenak beristirahat. Tak terasa, sesuai kalender akademik mulai tanggal 04 Januari 2021 sekolah sudah mulai pembelajaran. Dengan kondisi seperti ini, mending di rumah aja atau mulai ke sekolah?

Kemendikbud sebenarnya telah mengizinkan sekolah tatap muka bagi sekolah yang berada di zona hijau atau daerah yang potensi penularan Covid-19 sangat kecil. Namun, semua dikembalikan ke Kepala Sekolah dan Pemerintah Daerah setempat untuk mengambil kebijakan. Karena sudah tentu Pemda dan Kepala Sekolah lebih paham bagaimana kondisi dan siap bertanggung jawab atas apa yang terjadi di wilayahnya. 

Di kampung saya, termasuk kampung yang lumayan jauh dari pusat kota Blora. Potensi penyebaran Covid-19 relatif sangat kecil. Apalagi semenjak Lebaran anak-anak muda yang merantau di kota besar memilih tidak pulang untuk mencegah penularan. Sehingga yang berada di kampung adalah warga asli yang tidak pernah pergi keluar kota. Meskipun demikian kondisinya, sebanyak 3 SD di kampung saya tetap menjalankan pembelajaran di rumah secara daring. 

Siswa Sekolah Dasar yang notabene adalah anak-anak kecil tentu sangat berbeda karakternya dengan Siswa di SMP maupun SMA. Anak-anak kecil ketika belajar di rumah kebanyakan lebih susah menerima pelajaran. Sehingga membuat orang tua harus sangat sabar dalam mendampinginya. Apalagi dunia anak adalah dunia yang tak bisa dipisahkan dengan dunia main. Mereka selalu ingin bermain dengan teman-temannya. Maka tak heran jika belajar di rumah membuat anak-anak kebanyakan menjadi bosan dan tidak semangat.

Pada bulan Desember kemarin, salah satu SD di kampung saya mencoba menerapkan pembelajaran dengan sistem bergantian. Artinya setiap kelas hanya terdiri dari 50% dari kapasitas kelas. Sehingga tidak ada lagi teman sebangku karena masing-masing anak menempati bangku sendirian. 

Di kelas pun hanya berlangsung selama 1 jam. Tidak ada jam istirahat dan saat selesai pembelajaran, cuci tangan lagi terus langsung pulang ke rumah. Selain itu mereka juga harus memakai faceshield/masker dan mencuci tangan dengan sabun sebelum masuk kelas. Bahkan selama 6 hari aktif, siswa hanya masuk 3 hari secara berselang-seling. Entah di semester genap ini, sistem ini akan tetap berjalan atau dirombak, kita tunggu saja hasil evaluasi Kepala Sekolah dan persetujuan Pemda setempat.

Pada dasarnya, menurut saya ini menjadi salah satu cara untuk memberikan semangat anak-anak SD yang memang harus ada sesi bertemu secara langsung dengan guru saat belajar. Sekaligus bisa mengurangi potensi penyebaran virus, selama protokol kesehatan tetap dijalankan. Apalagi anak-anak juga senang dengan sistem selang-seling belajar seperti ini. Karena bisa menghapus kerinduan ke sekolah saat mulai bosan di rumah. 

Selain itu, jika saat normal, akhir pekan atau hari libur sangat didambakan. Situasi saat ini memungkinkan mereka punya waktu libur di rumah lebih banyak. 

Saat hari ini giliran di sekolah, eh, besok sudah libur lagi. Esoknya mulai bosan di rumah, besok lusa sudah bisa ke sekolah lagi. Jadi seimbang gitu hidupnya. Sehingga bagi daerah zona hijau khusus SD, menurut saya bisa memakai sistem pembelajaran bergantian selang-seling di sekolah.

Untuk siswa SMP dan SMA? Menurut saya tetap secara virtual tidak masalah, karena mereka sudah mulai sadar secara logika dan mulai dewasa dalam menyikapi kondisi yang ada. Tinggal bagaimana orang tua mendampingi atau menyewa tutor belajar di sekitar tempat tinggalnya. Karena anak-anak remaja seperti ini hanya butuh didampingi saat belajar, sedangkan untuk kumpul atau main dengan teman-teman sudah cenderung paham dan bisa ditahan.

Jadi, tetap semangat untuk kita semua. Pandemi hanya mengubah sistem pembelajaran, secara tujuan masih sama yaitu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa untuk masa depan. 

Semangat beradaptasi, Selamat belajar tiada henti. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun