Mohon tunggu...
ayub badrin
ayub badrin Mohon Tunggu... Penulis - Ayub Badrin seorang jurnalis

Selain menggeluti dunia Teater saya juga aktif di media masa lokal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Amir Arsyad Nasution

15 Oktober 2019   16:43 Diperbarui: 15 Oktober 2019   16:51 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sekali yang bisa diceritakan tentang sosok yang baru-baru ini kisahnya di monologkan. Diceritakan juga Bang Amir yang semasa mudanya sudah ditinggal kedua orangtuanya yang tewas dalam satu kecelakaan lalu lintas. Amir muda harus menjadi tulang punggung keluarga menghidupi adik-adiknya.

Kepada penulis dia juga berkisah tentang bagaimana dirinya bisa tiba-tiba lancar berpantun. Adalah Dol Babarosa dan Dahri Uhum Nasution yang menempa dirinya. Waktu itu kedua pelawak senior ini membutuhkan seorang lagi kawan main. Nah, Bang Amir melihat ini adalah peluang mencari uang, dia pun nekat saja bergabung.

Menurut Almarhum, dia sempat dianggap tak mampu oleh kedua senior ini. Namun oleh Amir "cibiran" itu justru dijadikannya pemacu. Dari situ malah menumbuhkan ide, dirinya harus menjadi raja pantun. Amir pun belajar terus. Bagaimana sifat-sifat pantun. Dan dia berhasil. Pantunnya selalu disukai orang. Segar, lucu dan menggelitik.

Nama Amir Arsyad Nasution sontak melejit. Setiap acara-acara besar tak seru rasanya kalau tak memanggil MC Kondang si Raja Pantun ini. Amir menjadi Ikon MC Pantun paling ternama dan temahal. Dan hebatnya, nyaris tak ada yang mampu menyainginya sebagai MC selama bertahun-tahun.

Yose Rizal Firdaus dalam sambutan terakhirnya di rumah duka mengatakan seniman Sumut sangat berduka kehilangan Amir Arsyad Nasution yang sudah dianggapnya sebagai anak kandungnya sendiri.

"Kami sebagai seniman Sumut merasa sangat kehilangan dan berduka. Amir adalah keluarga besar Study Tari Patria sewaktu di Kutab Ujana Geri. Saya paling tahu tentang sosoknya sejak mereka sekeluarga ditinggalkan orangtuanya tercinta. Sejak itu saya menjadi orangtuanya," kata Yose Rizal Firdaus.

Kini kita semua merasa kehilangan sosok raja pantun itu. Sosok seniman tradisi Melayu yang tak pernah jemu membangun kejayaan seni pantun dan seni Ronggeng Melayu yang kini mulai hidup "apinya". Menghangatkan semangat menghidupkan tradisi yang mulai layu.

Tatan Dhaniel dalam statusnya di Facebook menulis sangat berduka dan kehilangan seorang sahabat, orang baik yang tak henti-hentinya berjuang untuk seni tradisi itu.

"Orang yang seumur hidupnya berjuang untuk kesenian melayu itu kini sudah dipanggil-Nya. Semoga Allah memberi tempat yang sebaik-baiknya. Amir Pantun yang tegar jiwa itu. Amin, ya , Allah," tulisnya.

Ya kita patut berduka. Bahkan sangat patut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun