Medan mengasah Mu menjadi pisau
Lalu meluncurlah
Membelah samudra jagad raya
Menuju Batavia
Kemudian lesap menjadi Jalang
Peluru dan banyaknya seribu kali
Tak pernah takut mati
ingin hidup seribu tahun lagi
Ooo, Chairil Anwar
Beta PAtih Raja Wane
Yang dijaga datu datu cuma satu
Kamu jaga kamu punya nama
Melangkah sesuka hati
Di anatara Hb Jasin dan Soetarji
Ayo Bung!!!
Dengan mudah dia berseru
Ooo, Chairil Anwar
Binatang Jalang
Jalang dari kumpulan terbuang
Hidupmu penuh kebebasan
Sebentar di tempat pelacuran
Sebentar di kantor-kantor koran
Besok menulis puisi
Lusa dicaci maki Basoeki
Keluar masuk rumah murcikari
Tak membuat namamu mati
Dan kau lebih tak perduli
Mampus Kau, dikoyak-koyak sepi, katamu
Ku kenang engkau wahai Chairil
Muda tak kenal takut
Padahal di rumah penuh remah roti
Engkau pilih menimang mati
Pak Chairil aku berdiri di sini
Mengenang mu dari jalan-jalan di kota ini
Yang bagi mu tak bernyali
Tak bisa mengerti diri
Kini kota ini menjadi kota yang tak pernah mengerti
Mengapa Charil Anwar harusnya diperingati
Mengapa daerah lain lebih perduli
Padahal engkau pemuda kota ini.
Kini Kota ini juga tak peduli seni
Anggaran disunat sesuka hati
Jika engkau ada Pak Chairil
Pastilah engkau peduli
Setidaknya memaki dengan puisi