Saat aku membaca tentang hujan, aku masih di kamar mandi.
Saat itu hujan bukan lagi cerita tentang sepatu, tetapi telah menjadi kasur dan
bantal, sabun mandi dan odol gigi.
Lalu kemana perginya gerimis dan buliran air yang beranak pinak dalam jerangan secangkir kopi pagi?
Ah begitu sulit untuk melupakan kisah tentang rambut yang basah, sebab hujan tak ingin pulang
Awan telah berkeluh kesah, mereka ingkar janji, hoax di mana mana
Aku belum paham tentang hujan tadi malam. Mengapa aromanya begitu puitis, tetapi Matahari tak menyapa pagi, dan Bulan kedinginan.
Ini negeri milik siapa? Ada orang membakar hujan. Ada orang berteriak pada sepi. Ada orang mengawini malam. Ada orang menipu resahnya sendiri.
Kami ini hujan yang kemarin. Belum lagi kering kepala kami, mengapa terus ada amuk di mata mu, mengapa tak ada hujan??
Medan, 23 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H