Mohon tunggu...
Badiyo
Badiyo Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger, Content Creator

Seneng baca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Strategi Pertandingan Itu Dimulai Saat Pemilihan Pemain

12 September 2019   11:46 Diperbarui: 12 September 2019   13:17 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua penonton tahu bahwa kekalahan Indonesia atas Malaysia adalah stamina pemain Garuda yang payah. Di babak pertama, pemain Garuda masih bermain normal, namun di babak kedua, stamina mereka sangat merosot. Bahkan mereka seperti bukan pemain Timnas, Tidak bisa berlari mengejar lawan. Kalaupun bisa berlari terlihat sempoyongan bahkan pemain sering terjatuh.

Alih-alih mengakui salah pilih pemain yang sudah berusia, tim pelatih bahkan menyalahkan kompetisi. Bahkan termasuk Direktur Teknik Danur Windo juga ikut menyalahkan kompetisi.

Memang benar, kompetisi Indonesia masih penuh dengan masalah, namun rasanya kurang bijak juga jika keterpurukan Timnas, tim pelatih kemudian melempar kesalahan ke pihak lain.

Seharusnya kalau sudah tahu kondisi dan jadwal kompetisi, maka seharusnya pelatih punya strategi lain yakni misalnya memanggil pemain muda yang tentu lebih baik staminanya. Kalau sudah tahu jadwal kompetisinya sangat padat, mengapa pelatih lebih memilih pemain yang sudah di atas 30 tahun?

Sejatinya, srategi pertandingan sudah dimainkan saat sang pelatih mulai memilih para punggawanya. Ya, memilih 24 pemain untuk menghuni skuad Timnas Indonesia adalah bagian dari strategi. Strategi awal. Strategi berikutnya adalah menentukan Starting Eleven, skema permainan dan seterusnya.

Berkaca pada kekalahan Tim Garuda di kandang sendiri, sepertinya ada yang keliru dengan strategi pemilihan pemain. Saat melawan Malaysia, para pemain Indonesia kepayahan di babak kedua. Begitu juga saat melawan Thailand. Tiga gol Gajah Perang semua dicetak di babak kedua. Itu jelas indikasi bahwa fisik dan stamina pemain Indonesia sangat payah.

Bagaimana tidak kepayahan, di setiap laga setidaknya ada 4 pemain berusia di atas 30 tahun yang dimainkan Simon. Jika memang tujuannya adalah transfer pengalaman, mungkin cukup dua pemain senior yang dimainkan pada setiap laga. Itupun tidak harus bermain selama 90 menit penuh. Barangkali itu lebih bijak.

Coba kita perhatikan lagi laga Indonesia vs Thailand. Betapa Alberto "Beto" Goncalves sampai terengah-engah. Nampak Ngos-ngosan di babak kedua dan baru diganti pada menit ke-87.

Semoga segera ada evaluasi dari PSSI dan Tim Kepelatihan Timnas Indonesia untuk menyongsong laga berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun