[caption caption="Suasana seusai Sholat Jum'at (26/12/2014)"][/caption]
Ini pengalaman saya seitar setahun lalu. Di penghujung tahun 2014, saya mendapat undangan dari Pemimpin Umum Harian Online KabarIndonesia (HOKI), Bapak Robert TS. Nio. Melalui telepon, Pak Robert mengundang saya untuk pertemuan hari Jum’at tanggal 26 Desember 2014, pukul 13.00 WIB. Tempatnya adalah di Hotel Grand Melia, Kuningan – Jakarta Selatan. Sebagai rasa hormat saya langsung menyatakan siap untuk menghadiri undangan itu.
Saat menutup telepon, baru saya mulai berpikir tentang waktu dan tempat pertemuan. Selain membuka Google, saya juga tanya beberapa teman tentang alamat Hotel Grand Melia. Saya juga membaca peta (manual) Jakarta. Aktifitas seperti ini biasa saya lakukan sebelum pergi ke tempat yang belum pernah saya datangi. Hal ini meminimalisir kesalahan alamat lias nyasar yang bisa berakibat membuang-buang waktu perjalanan.
Mengingat undangan pertemuan tersebut hari Jum’at, maka saya harus meperhitungkan waktu keberangkatan dan juga dimana nanti akan melaksanakan sholat Jum’at. Karena pertemuan dimulai pukul 13.00 WIB, maka saya harus sholat Jum’at di sekitar lokasi pertemuan. Agar lebih aman, saya berangkat pukul 10.00 WIB dari Ciputat. Dari Lebak Bulus saya naik Kopaja P20 jurusan Lebak Bulus Pasar Senen.
[caption caption="Halte Busway Kuningan Timur"]
Turun di Halte Busway Kuningan Timur. Sampai di Lokasi sekitar pukul 11.30 WIB. Saya bertanya kepada seorang Satpam, dimana Masjid terdekat. Satpam itu menunjukkan arah Masjid yang lokasinya tidak jauh dari situ. “Bapak ikutin jalan ini, belok kiri, nanti Masjidnya ada di sebelah kanan jalan.” katanya. Setelah mengucapkan terima kasih, saya kembali berjalan mengikuti arah yang telah ditunjukkan.
Tidak sulit untuk menemukan lokasi Masjid karena saat itu memang menjelang waktu Jum’atan sehingga saya tinggal mengikuti orang-orang yang sedang menuju Masjid. Saat itu tampak banyak dan ramai orang-orang yang sedang menuju masjid untuk menunaikan Sholat Jum’at. Mereka adalah para karyawan perkantoran dan juga para pedagang yang ada di sekitar itu. Termasuk masyarakat setempat yang memang tinggal di wilayah Patra Kuningan.
[caption caption="di Masjid Darussalam - Kuningan"]
Sesampai di Masjid saya mengamati suasana sekeliling Masjid. Hijau pepohonan yang ada membuat suasana sekitar Masjid terasa sejuk. Saya melangkahkah kaki memasuki gerbang Masjid. Ketika menengok ke sebelah kiri, saya sedikit kaget karena ternyata ada makam di sana. Saya berfikir ini adalah Masjid khas orang Betawi. Saya tidak menyangka di tengah-tengah perkantoran di wilayah Kuningan, ternyata masih ada Masjid bernuansa tradional, khas Betawi.
Saya terus melangkah menuju Masjid. Setelah melepas sepatu, saya menuju ke tempat wudu. Sambil berwudu, saya tengok kanan-kiri. Hamparan makam cukup luas di bawah keteduhan pepohonan nan rindang. Gemericik air orang berwudu dan suara tapak kaki para jamaah sedikit mampu menghangatkan suasana.
[caption caption="Tertutup Rimbunnya Dedaunan"]
Kemudian saya masuk Masjid sambil mengamati ruangan masjid sambil yang cukup besar dan luas. Adem. Itu kesan saya setelah masuk ke Masjid. Bagi saya, adem itu berbeda dengan sejuk. Kalau sejuk itu tidak gerah dan cenderung nyaman. Sementara kalau adem, tidak gerah juga namun ada kesan hiiih. Ada aura yang gimana gitu. Apalagi lokasi masjid itu memang di pinggir pemakaman.
Masjid itu letaknya di sekitar perkantoran. Saya tidak melihat banyak rma-rumah pendduk yag dekat masjid itu. Kalau saat Sholat Jum’at saja masjid masih terasa adem, bagaimana kalau hari-hari biasa. Lebih-lebih di hari libur dimana orang-orang kantor tida masuk kerja. Betapa sepi dan ademnya. Dan tidak terbayang bagaimana suasana masjid itu saat waktu sholat Isa dan Subuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H