Badami adalah produk Covid, produk Isoman karena pada saat itu, dirumahkan. Mencoba untuk share di Instagram dan membuat Pre – Order, akhirnya memutuskan untuk bisa reservasi di rumahnya sendiri. Dengan sistem reservasi inilah, menjadikan Badami terbatas. Namun tidak disangka permintaan semakin melonjak. Banyak diantaranya meminta Bakmi Badami untuk membuka Badami diluar bahkan tidak sedikit yang menawarkan untuk Franchise atau Kerjasama. Namun dengan idealismenya, Bob dan Istrinya, Kadit, tidak ingin menu Badami diketahui orang lain selain mereka. Namun untuk mengkabulkan permintaan, Bob membuat deck atau sebuah presentasi singkat yang memberikan gambaran terkait rencna bisnis apa yang sedang dilakukan.
Munculah Bakmi Upami. Bakmi Upami dibuat menjadi secondbrand dari Badami. Jadi Upami adalah sebagai bentuk contoh ke orang – orang jika ingin membuka kemitraan dan kerjasama, dapat dilakukan. Karena Badami memang tidak bisa. Memuncaknya beberapa usaha yang dilakukan oleh Bob, Ia menyadari bahwa kelancaran dari usahanya akan lebih efektif dengan adanya tim. Dahulu, Wearbobe selama bertahun – tahun Ia turun tangan sendiri. Namun dengan semua Ia lakukan sendiri, maka rezeki yang Ia dapat pun tidak meningkat signifikan. Ternyata semakin banyak orang yang bergabung menjadi timnya, Rezeki yang Ia dapatkan semakin banyak. Termasuk Upami, dengan awalnya hanya 3 orang, kemudian menjadi 6 orang. “Selain pekerjaannya menjadi lebih mudah, rezekinya pun menjadi melebar”, Ucap Bob.Adapun beberapa pencapaian yang Bob belum realisasikan.
Membuat sebuah Compund Space dan berharap bahwa isi dari Compoun tersebut milik usahanya sendiri. Dengan beberapa ragam bidang seperti FnB hingga Fashion. Satu kesulitan yang hingga saat ini Bob alami adalah Malas. Rasa malas begitu erat kaitannya dengan kegiatan yang akan dilakukan. Masih juga menjadi musuh terberat. Bob mengaku bahwa Ia tidak luput dari kemalasan hingga saat ini. Namun Bob juga punya kunci ajaib yang dipegang olehnya, yaitu Konsisten dan tekun. Ia pernah membaca sebuah artikel. Artikel tersebut mengatakan bahwa kita memang harus mencoba ke berbagai titik untuk mencapai kesuksesan, sebagaimana Bob lakukan ketika Ia memutuskan untuk membuka Wearbobe, Hallway, Badami, Upami dan lainnya. Dengan konsisten, Bob menemukan dimana titik yang menjadi “turning point” untuk bisnis yang Ia jalani. Mana tahu ternyata Upami lebih melesat sekarang secara omset dibanding Wearbobe. Itu semua Ia lakukan dengan menerapkan sebuah kekonsistenan. Berbisnis sama dengan mempertaruhkan mental. Mental rugi khususnya. Bob tak mengulang berkali – kali soal mental rugi. Tapi selain daripada itu, ternyata, ada yang lebih penting, yaitu memulai. Ya benar, mulai. Ketika kita memang ingin berniat berbisnis, mulai dulu. Karena konsep akan terbentuk seiring berjalannya waktu. Setelah memulai, maka pertahankanlah, harus siap dan berani berteman dengan sepi, tetap pertahankan jika memang produk yang kita representasikan layak. Bob juga memiliki pandangan tersendiri kepada bisnis – bisnisnya. Ia menganggap bahwa bisnis itu anak Memang agak klise namun seperti itulah pandangan Bob. Dari awal memutuskan untuk mendirikan Wearbobe, bukanlah sebuah ‘bisnis’ yang benar – benar bisnis. Namun Bob melihat sosok atau seseorang.
Meskipun tidak begitu besar, namun dapat bertahan hingga 8 tahun lamanya. Wearbobe juga mengihidupi. Berawal dari membesarkan Wearbobe, muculah ‘anak – anak’ lain. Hallway, Badami, Upami dan lain – lain. Dan yang tidak boleh dilakukan adalah meninggalkan. Bisa – bisa nyawanya hilang. Meskipun sudah bisa berduru dan berjalan sendiri, tetap harus ditengok. Diurus dengan cinta dari kecil, dikasih makan, dibesarkan, bertambah besar dan tetap harus diperhatikan perkembangannya. Jangan sampai ditinggal.
Dengan menjalankan bisnis, Bob merasa adanya perkembangan dalam dirinya. Menjadi pribadi yang bertanggung jawab itu sudah pasti, namun Ia merasa bahwa sekarang semakin bisa melakukan banyak hal di satu waktu, atau disebut juga multitasking. Dapat mengatur waktu juga adalah keahlian. Tidak semua orang dapat melakukannya. Selain itu, secara personal, Ia menyadari jaringan koneksinya dengan orang lain semakin melebar dan kuat dan dari segi pengetahuan juga tentunya bertambah, yang sebelumnya tidak tahu, sekarang menjadi tahu. Dibalik semua huru – hara yang terjadi dikehidupan Bob, ada satu hal yang menarik. Faktanya, keluarga Bob sendiri tidak mengetahui kesibukan Bob hingga tahun kemarin. Hanya segelintir orang yang mengetahui termasuk Ibu nya.
Bob memang tidak berniat untuk memberitahu karena Bob merasa bahwa keluarganya tidak memegang koin keberuntungan dan sendok emas. Meskipun dalam materi sudah cukup, namun perasaan itu melekat di diri Bob. Bob berpangku tangan dengan Ibunya karena orang tua Bob bercerai. Setelah sekian lama, ada suatu waktu yang mungkin sudah menjadi waktunya keluarga besar Bob mengetahui usaha yang Bob jalani. Pertanyaan yang terus berputar di kepala Bob mengenai Bisnis yang Bob jalani, membuat Bob memutuskan untuk mengajak mereka untuk akhirnya memberitahu yang sebenar benarnya. Pujian tak kunjung berhenti. Sampai Ia merasa tidak enak atas pujian – pujian yang Ia dapatkan dari hasil usahanya sendiri. Tapi dengan bangga, Bob bisa menaikkan derajat orang tuanya sekarang. Sayangnya, kisah cinta Bob tidak begitu mulus pada saat itu. Ia mengalami putus cinta di tahun 2018 setelah menjalani hubungan hampir 8 tahun lamanya. Dengan harapan dapat menikah di umur yang Ia telah targetkan. Harapannya di umur yang ke 30, Ia dapat menikah. Memang menjalani hubungan selama apapun tidak menjamin akan naik ke pelaminan. Namun takdir berkata lain. Ia bertemu dengan Wanita yang sudah menjadi Istri sekaligus teman dalam perjalanannya. Kadit namanya. Meski Kadit yang jatuh hati kepada Bob terlebih dahulu, nyatanya itulah cinta sejati yang mereka jalani hingga kini. Menariknya, Kadit memang tertarik dengan lelaki berdarah seni. Kenal di tahun baru 2020, tidak banyak basa – basi, pernikahan merekapun dilaksanakan pada bulan Oktober 2020. Bob merasa beruntung mengenal Kadit, pun sebaliknya. Bob juga banyak belajar dari Kadit. Tidaklah mungkin Bob menjadi Bob yang sekarang jika tidak bertemu dengan pujaan hatinya.