Boo! Bob bertemu seorang penjahit topi pada tahun 2014. Dengan ketidaksengajaan (lagi) di sebuah gang di daerah Cigondewah setelah survei banyak dari beberapa penjahit topi. Hanya penjahit tersebut lah yang mampu membuat topi tersebut. Penjahit tersebut pun mengaku bahwa Ia bahkan belum berani menjual ke orang lain dan hanya dapat membuat untuk sample saja. Akhirnya, cocok hingga kini menjadi penjahit di Wearbobe milik Bob. Di tahun awal Wearbobe resmi untuk diperjual-belikan, Bob mengaku bahwa penjualan memang berasal dari orang – orang terdekatnya dahulu. Bahkan menjual paksa. Sampai – sampai terus menawarkan ke teman dengan tawaran diskon harga teman.
Semua itu karena pada tahun 2015 – 2016 Bob masih berhutang kepada penjahit tersebut, apalagi kalau bukan keterbatasan modal yang Bob miliki. Dengan kebesaran hati, penjahit tersebut memperbolehkan untuk membawa topi – topi nya. Dengan rasa Iba dan kebesaran hati penjahit, melihat Bob sedang menempuh tugas akhir. Sambil berjalan dan topi – topi terjual hingga bisa balik modal kemudian membuat topi lagi. Ternyata puncak omsetnya ketika belum ramai kompetitor dengan produk serupa di tahun 2017 – 2018. Bob dari awal sangat concern pada produk yang Ia akan jual, sangat detail. Topi nya dimasukkan ke dalam pouch bag dulu, kemudian setiap topi akan mendapatkan stiker lalu di packing dengan boxnya. Ia menerapkan kekonsistenan dari dulu. Bahkan hingga saat ini, Wearboobe itu limited.
Jika sudah dibuat, maka tidak akan direpeat. Karena Wearbob menggunakan bahan Wol yang dimana, di Indonesia tidak ada tempat yang membuat kain wol. Jadi, jika ingin warna yang komplit harus Import. Namun pada saat itu, Bob menemukan sejumlah kain wol di Cigondewah, tetapi ternyata sisaan dan hanya ada setengah roll. Dengan konsistensi menggunakan bahan yang bagus, maka Wearbobe memutuskan untuk menjadikan produknya limited. Ternyata demand topi – topi Wearbobe semakin tinggi di 2017.
Bob tergiur untuk membuka gerai toko layaknya brand – brand lain. Namun kapasitas modal yang Bob miliki belum mampu. Bob sudah survei beberapa tempat untuk menyewa. Seperti Gudang Selatan dan Trunojoyo. Ternyata harganya tidak beda jauh. Bob masih belum kuat. Akhirnya Bob dan Robby (rekannya) memutuskan untuk menyewa sebuah toko di Pasar Kosambi karena harga sewa yang sangat murah, sekitar sepuluh persen lebih murah daripada yang lainnya. Lalu Bersatu dengan pedagang lainnya di lantai 1 Pasar Kosambi.
Satu tahun berjalan, pada tahun 2018, Ia dan Robby memutuskan untuk menyewa dan membeli sejumlah tempat di Lantai 2 Pasar Kosambi yang kebetulan yang sudah tidak terpakai. Mulai dari membuat sebuah perizinan Kelola, dan meminta persetujuan ke warga sekitar hingga ke orang yang memilki wewenang. Dengan niatan untuk mengajak teman – teman brand yang belum memiliki toko dan modal yang minim untuk bergabung bersama. Akhirnya The Hallway menjadi sebuah kenyataan.
Berangkat dari sebuah lorong kosong, Bob, Robby dan rekan lainnya telah yakin menjadi kan The Hallway menjadi wadah dan ide bagi para pemangku brand. Sayangnya, Pembangunan terpaksa harus dihentikan. Dari mulai Mei, Juni hingga Juli karena insiden kebakaran. Adapun memasuki tahun 2020 dimana pandemi mulai terjadi di Indonesia. Jika dihitung secara riil, maka pembangunan terhidung satu setengah tahun. Kemudian Launching di bulan Oktober 2020. Dimulai dengan tokonya, Wearbobe dan rekannya, Robby membuka toko sepatu. Hingga dari tahun ke tahun hingga hari ini terhitung ada 40 brand (tidak termasuk tenant FnB) yang menyewa tenant yang ada di Hallway Space dengan harapan untuk sama – sama berkembang di bidangnya.
Terbilang pengusaha yang sudah sukses, Bob tetap ingin dipandang menjadi orang biasa dan bahkan Ia ingin orang – orang tidak mengetahui siapa Bob sebenarnya. Namun Bob sendiri mengakui pada saat awal merintis perilaku “Ingin dikenal” tentunya ada. Namun seiring berjalannya waktu, Bob semakin menyadari hal itu tidak perlu dilakukan. Kini Bob memiliki beberapa Usaha yang sudah dijalankan. Plot twist nya adalah sebuah bisnis ini adalah bergerak dibidang Food and Bevarages yang diawal sempat Ia mention bahwa memang dirinya merasa memiliki keahlian di hal tersebut. Sambil Wearbobe dan The Hallway berjalan, Bob mencoba untuk membuat Bakmi yang merupakan makanan kesukaannya. Dengan ketidaksengajaan lainnya, akhirnya Bob membuat Bakmi yang bernama Bakmi Badami.