Bob atau Faizal Budiman merupakan laki – laki asal Bandung, lahir dan tinggal Bandung hingga saat ini. Kini ia sudah menginjak kepala tiga. Berlatarbelakang dan berkecimpung di dunia Seni di waktu yang lumayan lama namun ternyata “banting setir” menjadi seorang pengusaha dengan ketidaksengajaannya. Lahir di keluarga sederhana, tak disangka saat ini Bob sudah mencapai titik dimana orang – orang menginginkan posisi yang dialaminya.
Sejak menginjak bangku SMA tahun 2008, Bob sudah tertarik dengan musik. Bergabung di sebuah komunitas Seni Musik yang berada di salah satu kampus di Bandung, Universitas Pasundan. Komunitas tersebut bernama Bandung Percussion Community. Bob mengakui pada saat itu memang sedang senang – senang nya dengan musik.
Sempat goyah, Bob awalnya berniat untuk masuk ke Sekolah Tinggi Pariwisata NHI karena Bob juga merasa bahwa ia memiliki keahlian di tata boga. Namun seiring berjalannya waktu, Bob semakin menyukai Seni Musik. Bob juga sudah riset kampus kampus seni di Bandung. Yaitu Seni Musik Universitas Pasundan, Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia dan Seni Karawitan Institut Seni Budaya Indonesia.
Namun sayangnya, di Institut Seni Budaya Indonesia tidak ada Musik Barat. Dengan rasa penasaran, Bob mencoba daftar di ISBI, dan ternyata ada musik yang menurutnya berbeda dan menarik, dan akhirnya ada sebuah ketertarikan di Budaya. Masuk tahun pertama di tahun 2010 dan mendapatkan gelar di tahun 2015. Sebelum kuliah Bob pernah menjadi Manager di sebuah Perkusi yang Bernama Pancasura Ethic Percussion and Ladies Percussion Community di tahun 2009.
Pancasura ini adalah grup musik dan memiliki genre Ethic Percussion yang memadukan antara Jazz dan juga perkusi. Bob juga menjadi Manajer yang dimana Ia pun merupakan salah satu personal didalamnya juga. Bogasora Percussion. Impian Bob pada saat kuliah adalah membuat agensi yang di dalamnya berisis talent mahasiswa ISBI. Dan terealisasikan, bernama Touch and Play Percussion.
Sayangnya, personil dari perkusi – perkusi diatas sudah tidak aktif lagi. Namun jika memungkinkan, mereka masih saling bertemu. Bob juga mengungkapkan bahwa personilnya merupakan kerabat terdekat bahkan hingga sekarang menjadi partner bisnis yang sedang dijalani.
Ternyata pada saat menginjak perkuliahan, Bob sudah memikirkan persoalan dan ketertarikan bisnis. Sekitar 2013, Ia pernah merasa dan membayangkan bahwa suatu hari nanti, musik akan berhenti. Bob merasa sebagai musisi kedepannya pasti akan teregenerasi. Bob juga memberi ilustrasi bahwa semakin tua musisi maka akan semakin mahal juga bayarannya. Bob berpikir ditahap dimana aka nada masanya personil sebuah grup band akan melanjutkan hidupnya masing – masing. Dari situ, Bob memutuskan untuk memulai bisnis berawal dari Wearbobe secara ketidaksengajaan.
Pada tahun 2008 sedang gempar dan ramai diperbincangkan tentang Emo. Dengan kekhasan gaya pakaian yang mencolok dan rambut lurus menutupi ¾ wajah. Teringat disaat itu, Bob merasa malu karena hanya Ia yang memiliki rambut yang keriting. Akhirnya dengan perasaan itu, Bob mengakali dengan sebuah topi untuk menutupi rambutnya. Dan ternyata mulai menyukai topi vintage yaitu flat cap. Beruntungnya Bob menemukan satu produk topi yang menurutnya paling proper di suatu Mal di Bandung, Ciwalk.
Namanya Mars and Venus. Ia membeli tiga buah topi dari brand tersebut yang dibandrol sekitar Rp. 120.000. Tentunya terbilang cukup mahal bagi Bob di usia bangku sekolah. Namun sayangnya, usut punya usut ternyata di tahun 2010, toko tersebut bangkrut dan akhirnya tutup. Sangat disayangkan, mencari lagi karena topinya sudah tidak layak dipakai bahkan ada yang hilang. Dari situlah, Bob berpikir untuk membuat topi sendiri untuknya.