Mohon tunggu...
Namira ZahrahR
Namira ZahrahR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Hi, I am a communication student who interested in Communication, and photography. In collage, I love to interact with others. I am highly motivated, confident, and energic. My skills are good at social media, and speaking in public.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bila

6 November 2023   07:48 Diperbarui: 6 November 2023   08:17 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila.. sini cepat” Ujar nenek memanggilku. Jam menunjukkan dua belas siang, Matahari begitu terik, tak terasa sudah dua jam lalu ku habiskan bermain di halaman rumah nenek, sedang menagkap kupu – kupu. Mendengar panggilan itu, dengan bergegas aku lari ke dalam rumah yang terbilang besar sekali untukku yang masih berumur 6 tahun. Rumah nenek sangat luas, sekitar 1000 meter dengan kebun di halamannya, pada saat itu, nenek sedang masak di dapurnya, feeling ku tidak meleset! Pasti sedang masak!

                “Ya nek, kenapa.. Bila lagi main di luar, habis tangkap kupu – kupu.” Sambil bernafas ngos – ngosan menjawab panggilan nenek. Gotcha! Nenek menyuruhku untuk menyantap semua masakan yang sudah di siapkan di bale belakang rumah nenek. Telor kecap manis dan nasi hangat, sederhana tapi lezatnya tak ada yang dapat menggantikan. “Sana minta suapin ke Eba, mau pakai sayur sop?” sembari membawa mangkuk panas berisi sayur – sayuran wortel, kol, kentang dan kacang panjang. Kakekku biasa dipanggil Eba oleh cucu – cucu nya, termasuk aku. Kesibukan Eba yaitu menyiram tanaman dan memandikan burung – burung peliharaan tercintanya, cih padahal dirinya jarang sekali mandi, tapi Eba selalu wangi? Bagaimana mungkin? Entahlah.

Cantik nian cucu-ku ni” Ujar Eba dengan logat palembangnya itu sembari memegang perutku yang buncit. Aku tak kuasa menahan lapar, aku meminta Eba untuk menyuapiku. Ah lezatnya.

                Sore pun telah tiba. Tak terasa, langit sudah berwarna kuning. Sudah harum dan kenyang. Tinggal menunggu waktu ayahku dan ibuku datang untuk menjemputku pulang ke rumah. Memang rutinitas ku di hari libur untuk mengunjungi rumah nenek. Tidak sabar, besok aku harus kembali sekolah.

                Sekolah ku tidak jauh dari rumah. Jadi, ibuku membiarkan ku untuk jalan kaki, agar mandiri katanya. Aku dibekali makanan menggunakan kotak makan dan tempat minum berisi 300ml. Tidak lupa uang 2.000 rupiah untuk jajan pada jam istirahat. Jam sudah menunjukkan pukul 7. Aku harus bergegas pergi ke sekolah. Kebetulan sekolah TK ku berada di belakang perkampungan dan di dalam perumahan. Empat rumah sebelum aku sampai di sekolah, aku akan lari karena ada rumah yang memelihara seekor anjing, ketika ada suara ataupun seseorang lewat, anjing itu akan menggonggong dan itu membuatku sangat terkejut hingga lari terbirit – birit. Padahal, anjing tersebut diikat di dalam pagar oleh pemiliknya, tetapi tidak tahu kenapa, aku selalu terkejut.

                Sesampainya di sekolah, aku menaruh tas pink ku berwarna hijau di bangku hijau ku juga. Ah, bangku hijau favoritku. Kemudian setelah teman - teman ku semua sampai, kita baris di depan kelas bersama guru untuk bernyanyi an berdoa sebelum kelas dimulai. Sebenarnya agak membosankan. Namun apa boleh buat, memang rutinitas saat TK lumrah seperti itu. 

Bel istirahat berbunyi, akhirnya aku bisa bermain ayunan dengan teman - temanku. Hal paling asyik yang aku tunggu di sekolah. Kebetulan pada saat itu, musim hujan telah tiba. Katak - katak berbunyi dan diam dipojokkan. Aku pun bingung ternyata aku suka katak, dan memutuskan mengambil katak - katak itu dengan tangan kosong. Iya, tangan kosong!

"ibu!!! Namira mainin kodok! ih jijik sekali" Ujar temanku sambil lari ke arah guru ku untuk mengadu apa yang aku lakukan. Ah, padahal ini misi ku, mengapa teman ku bisa tahu? bisa berabe nih. Oiya, di sekolah aku tidak mau dipanggil bila oleh teman - teman ku, terkesan ke kanak kanalkkan. Hahaha padahal memang masih anak - anak.

"Eits.. Namira, tidak boleh ya bermain katak, taro lagi sayang, kasihan loh kataknya lagi santai masa diganggu. Udah yu nak, cuci tangannya takut ada kuman." Yah walaupun ibu guru ku tersenyum, tetap saja aku bete.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun