Bagaimana jika.. saya pada awal-hingga-akhir 2020 tidak memutuskan untuk Study Abroad? tidak akan mungkin saya mengerti cara memulai ini semua. Berawal dari saya mulai melengkapi semua dokumen - dokumen yang harus dipenuhi. Saya pergi ke Jakarta untuk menguji kemampuan bahasa inggris saya (IELTS). Saya harus mengeluarkan uang, tenaga, waktu untuk mengurus Paspor saya di kota yang lumayan jauh dari tempat saya tinggal, Bekasi. Selain itu, saya juga harus merocek beberapa pundi uang untuk mengubah dokumen penting saya menggunakan bahasa inggris. Keputusan yang terbilang besar untuk saya pada ssat itu, memilih untuk Gap-Year dan fokus untuk Apply beberapa beasiswa.Â
Diluar dugaan saya dan ekspetasi saya, pada bulan februaru 2021, Ayahanda tercinta saya meninggal dunia. Perasaan saya bahkan tak mampu terdeskripsikan. Saya merasa dunia saya telah hancur, pada saat itu. Mimpi saya redup seketika. Lima dari lima beasiswa yang telah Apply  tak satupun menyatakan bahwa saya lolos. 'Apakah ini awal dari kehancuran?' ujar saya. Saya merasa semua yang telah saya lakukan adalah hanya sia - sia. Satu tahun kurang, hanya saya gunakan untuk menderaikan air mata. Meratapi sebenarnya apa yang sedang terjadi. Baiknya adalah, satu waktu telah menyadari bahwa ternyata saya hanya membuang - buang waktu. Dengan kerendahan hati, saya menggerakan dengan mencari kota untuk saya jadikan tempat mencari ilmu dan membuka lembaran baru yang tentunya menjadi sebuah awal saya memulai mimpi "itu" bangkit kembali.Â
Kota Bandung menjadi pilihan saya diantara kota - kota lain. di Akhir 2021 saya mulai mencari tempat bersinggah. Sebagian baju dan barang - barang penting  saya bawa dari rumah menggunakan motor hadiah ulang tahun yang diberikan oleh ayah saya di umur 17 tahun silam. Di tahun pertama saya mulai merasa ragu, apakah saya bisa? entah. Namun, Ibu saya seseorang bak malaikat itu tidak lelah mendorong dan memberi dukungan penuh. apapun bentuknya. Ia berusaha keras meyakinkan saya untuk mengikhlaskan apa yang telah terjadi dan menghadapi yang akan terjadi.Â
Akhirnya, Pada tahun kedua saya tinggal di Kota ini, saya ternyata telah mampu beradaptasi dan tidak sadar bahwa saya telah merasa nyaman dan aman dengan segala budaya dan norma di Kota Kembang ini. Banyak hal yang telah terjadi kepada saya. Saya sendiri dan bahkan orang lain menyadari perubahan yang terjadi pada diri saya. What a bless. Rasanya, saya harus bersyukur setiap bangun tidur, deh. Jadi, bagaimana jika saya tidak melakukan ini semua? kalau saya tidak tahu jawabannya, mungkin anda tahu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H