Mohon tunggu...
Evan Stepanus Sinuraya
Evan Stepanus Sinuraya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

saya seorang pelajar dengan minat di bidang sastra seperti artikel, jurnal, puisi, dll

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Pawai Barisan Budaya Menuju Ke Pelestarian Budaya: Tembut Tembut Seberaya

7 Juli 2024   11:41 Diperbarui: 7 Juli 2024   11:55 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Dalam rangka merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2023 silam, Kabupaten Karo melaksanakan suatu acara pawai karnaval yang diikuti oleh setiap sekolah di Kabupaten Karo baik dari jenjang SD hingga SMA. Dalam acara ini SMAS Katolik 1 Kabanjahe ikut ambil bagian dengan mengadakan barisan budaya. 

Beragam jenis dan unsur budaya yang ada di Indonesia dimasukkan ke dalam barisan ini,  unsur budaya yang dimasukkan adalah pakaian-pakaian adat dari berbagai wilayah indonesia. Selain itu satu hal yang paling mencolok di barisan ini adalah adanya unsur Tembut-tembut Seberaya di dalamnya.

Tembut-tembutSeberaya adalah suatu tradisi masyarakat Karo lebih tepatnya Seberaya, menggunakan topeng   tembut-tembut dalam upacara pemanggilan air hujan. Kata "tembut-tembut" berarti "menakut-nakuti", pengertian ini sama halnya dengan arti gundala-gundala dalam masyarakat Karo. 

Namun terdapat perbedaan makna didalamnya, dimana  kata gundala-gundala diambil dari orang-orangan sawah yang berfungsi untuk menakut nakuti burung. Hal ini berbeda dengan tumbut-tumbut yang memiliki makna "menakut-nakuti namun dapat bergerak dan berpindah untuk menakuti orang-orang yang mempunyai niat jahat". 

Topeng yang digunakan dipercaya memiliki kekuatan magis didalamnya, terlebih lagi konon bahan dari topeng ini terbuat dari kayu yang tersambar oleh petir. Topeng tembut-tembut terdiri dari lima jenis topeng yang perbedaan tiap topeng didasarkan pada warna dan karakternya yaitu 1) Karakter Panglima, 2) Karakter Piherta Sembiring Depari, 3) Karakter Nimaisa Sembiring Br Milala, 4) Karakter Kikir Labang, dan 5) Karakter Perik Gurda-Gurdi. Dalam prosesi upacara pemanggilan air hujan dengan topeng tembut-tembut di Seberaya, terdapat beberapa tahapan ritual yang harus dilaksanakan terhadap topeng sebelum dipentaskan. 

Tahapan pertama adalah mengeluarkan topeng dari peti penyimpanan dan diletakkan di ruang tamu menggunakan alas kain putih, topeng kemudian dibersihkan menggunakan lau penguras. Lau penguras adalah air untuk menyucikan topeng tembut-tembut, air ini dibuat oleh penerus topeng tembut-tembut. 

Tahapan kedua masih dalam tahapan pembersihan topeng, namun pembersihan dilakukan menggunakan air yang berbeda, air yang digunakan adalah lau peniresen, pembersihan topeng menggunakan lau peniresen Ini bertujuan agar topeng yang sudah bersih dan suci siap dibawa keluar dari rumah. 

Tahapan ke tiga adalah menyajikan beberapa bahan makanan khas Karo yakni cimpa, cimpa adalah makanan khas karo yang terbuat dari beras ketan dengan cara dikukus. Proses penyajian ini disebut sebagai cimpa buka siang. Setelah penyajian ini barulah topeng siap dibawa keluar untuk dipentaskan, pementasan yang dilakukan berupa tarian dengan menggunakan topeng tembut-tembut. Penari dalam upacara ini hanya berisi penari pria, tak ada wanita yang menarikan topeng tumbut-tumbut.

Setelah tahapan pembersihan topeng tumbut-tumbut, upacara dilanjutkan dengan pementasantarian atau landek dalam bahasa Karo. Ada tiga tahapan tarian atau landek dalampementasan topeng tumbut tumbut di Seberaya yakni :

 

1.      Landek kelemah-lembutan

Pada awal pertunjukkan penari yang memakai karakter topeng berada pada posisi sejajar. Posisi sejajar ini sebagai bentuk awal permulaan pertunjukkan yang diiringi  dengan lagu yang musiknya pelan. Tarian inimemperlihatkan kelemah-lembutan seorang gadis yaitu karakter Nimaisa BrSembiring Milala yang menampilkan kecantikannya. Kecantikan dari Nimaisa BrSembiring Milala akan memancing ketertarikan lawan jenis disekitarnya

 

2.      Landek Melindungi

Dalam tahapan ini, Karakter Piherta Sembiring Depari akan mengetahui bahwa akan ada orang lain yang terpesona dengan kecantikan karakter Nimaisa Br Sembiring Milala, sehingga dalam tahapan ini, Posisi penari terlihat melindungi karakter Nimaisa dibantu oleh karakter Panglima dan Kikir Labang. 

Tarian tahap melindungi ini menggambarkan bagaimana seseorang laki-laki yang harus melindungi seorang wanita. Tarian mulai terlihat lebih cepat sebagai bentuk benteng untuk gerakan melindungi. Dalam tahap ini posisi penari t8dak lagi mempunyai struktur dan gerakan dilakukan secara improvisasi oleh para penari untuk melindungi karakter Nimaisa. Dalam posisi ini karakter Panglima, Piherta dan Kikir Labang akan Secara bergantian melindungi karakter Nimaisa yang berada Dibelakang posisi ketiga penari tersebut. 

 

3.      Landek Berperang

padatahapan ini posisi penari gerakannya semakin cepat Dan tidak beraturan karenaharus berperang dengan karakter Hewan yaitu Perik Gurda-Gurdi. Karakter PerikGurda-Gurdi terlihat Seperti ingin mematuk karakter Nimaisa Br Sembiringsehingga Karakter yang lain akan bergantian menghalangi Perik Gurda-Gurdi Agartidak mematuk Nimaisa.

Dalam tarian perang ini, Menunjukkan bagaimana karakterseorang raja, istri raja dan Menantu raja dalam melindungi seorang putri darigangguan Musuh yaitu karakter hewan Perik Gurda-Gurdi. Tarian ketiga iniDiiringi oleh lagu yang lebih cepat dari lagu dalam tarian tahap Kedua. Laguyang dibawakan seperti suara lantunan lagu yang Berperang.

Tarian topeng tembut-tembut inilah yang kemudian di adaptasi oleh SMAS Katolik 1 Kabanjahe untuk ditampilkan dalam rangka HUT RI ke 78 di Kabupaten Karo. Tarian ini telah ditampilkan bahkan dari tahun-tahun sebelumnya sehingga hal ini menjadi salah satu penampilan yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat Kabupaten Karo. SMAS Katolik 1 Kabanjahe  menjadi salah satu dari dua sekolah yang menampilkan tarian tersebut, mereka berhasil mengadaptasi tarian Tembut-tembutSeberaya tanpa menghilangkan satu unsur pun, mulai dari topeng, pakaian, dan tari yang di pentaskan, seluruhnya sesuai dengan apa yang telah diwariskan turun temurun. Dengan tujuan untuk memperkenalkan tarian Tembut-tembut Seberaya ke masyarakat umum, melalui pawai barisan budaya ini SMAS Katolik 1 Kabanjahe telah berhasil membuat masyarakat Karo mengingat kembali apa itu Tembut-tembutseberaya dan membuka hati mereka untuk melestarikan tari tersebut. 

Di tengah-tengah masyarakat Karo memang tarian Tembut-tembut Seberaya sudah mulai memudardari kehidupan sehari hari  dan biasanya hanya ditampilkan pada saat acara-acara tertentu saja. Hal inilah yang dilihat SMAS Katolik 1 Kabanjahe sebagai suatu masalah yang harus segera diatasi, tradisi dan budaya yang ada harus tetap dijaga dan dilestarikan di lingkungan masyarakat agar tidak kehilangan jati dirinya. 

Untuk itulah SMAS KATOLIK 1 KABANJAHE menampilkan tarian Tembut-tembut Seberaya sebagai cara mereka melestarikan budaya yang ada. Selain itu pula di lingkungan SMAS Katolik 1 Kabanjahe sendiri tari Tembut-tembut Seberaya tetap dilestarikan di kalangan para siswa/i dengan memasukkan materi tari Tembut-tembut Seberaya ke dalam mata pelajaran seni budaya, hal ini terbukti efektif dan tarian Tembut-tembutSeberaya menjadi hal yang lumrah untuk diketahui setiap siswa/i disana. Serta dikarenakan penampilan tiap tahunnya tari Tembet-tembet Seberaya menjadi ciri khas dari SMAS Katolik 1 Kabanjahe. 

Cara pelestarian  yang dilakukan SMAS Katolik 1 Kabanjahe benar-benar berhasil mencapai tujuannya yakni untuk melestarikan tarian Tembut-tembut Seberaya, dilihat dari penantian masyarakat Karo untuk melihat penampilan tari Tembut-tembut Seberaya dari SMAS Katolik 1 Kabanjahe, dan bagaimana setiap siswa/i SMAS Katolik 1 Kabanjahe mengenal dan mempelajari apa dan bagaimana tradisi dari tari Tembut -tembut Seberaya. 

Keberhasilan ini menjadi pedoman sekaligus pertanyaan bagi kita, MengapaSMAS Katolik 1 Kabanjahe dapat merealisasikan pelestarian budaya Tembut-tembutSeberaya ?. Apa kah hal yang sama bisa diterapkan di kehidupan masyarakat kita sehari hari ?. Mari kita lebih memperhatikan keberadaan budaya budaya yang ada disekitar kita dan ikut melestarikan budaya tersebut seperti yang dilakukan SMAS Katolik 1 Kabanjahe. Banyak cara berbeda yang dapat kita terapkan dalam pelestarian budaya dan semuanya pasti akan berjalan baik apabila kita memiliki keinginan kuat untuk melestarikannya, salam budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun