Diskriminasi lain yang kerap dialami oleh kelompok dengan resiko tinggi seperti pengguna narkotika suntik, transpuan (waria), kelompok pekerja seks, lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), dan kelompok lainya juga masih sering kita dengar. September 2020 seorang waria di jember ditusuk oleh seorang warga Negara Nigeria. Di bekasi dua orang waria jadi korban presekusi oleh sekelompok orang tidak dikenal yang sampai saat ini belum terungkap pelakunya. Di Bandung, seorang youtuber inisial FP dengansengaja memberikan sembako berisikan batu kepada waria untuk menambah popularitas.
Pada titik ini, dan berkaca pada apa yang terjadi di masa lalu, tentu memperbaiki diri dan mengubah pola pikir masyarakat terhadap ODHA dan kelompok dengan resiko tinggi menjadi perhatian. Kampanye WHO untuk menciptakan dukungan global tidak akan cukup dengan dukungan kesehatan semata.Â
Pemberian perlindungan hukum bagi mereka yang menjadi korban juga merupakan bentuk dukungan. Dukungan ini tentu akan membuat ODHA dan kelompok beresiko tinggi setara dengan kita. Dengan kesetaraan, dapat mengeluarkan mereka dari kotak diskriminasi. Dan dengan demikian semoga dapat mendukung segala bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dampak buruk HIV-AIDS khususnya di Indonesia.
oleh Antonius Badar Karwayu, S.H.,
Advokat dan Direktur Badar Law Office
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H